Malam ini adalah malam pertama Zerra menyelesaikan pekerjaannya. Bulan di atas sangat begitu murung, di tambah bintang yang enggan menampakkan diri. Angin semilir berhembus menyapu dedaunan yang tergeletak di seluruh jalanan. Senandung hewan-hewan kecil dan burung hantu membuat suasana malam begitu teramat mencekam.
Jam kurang lebih menunjukan pukul 22:30 WIB malam. Kali ini Zerra harus sedikit bersabar menunggu angkot atau pun bis datang melintasi jalalan di hadapannya. Karena akan jarang jika malam-malam seperti ini ada banyak transfortasi umum. Kecuali orang yang mempunyai mobil pribadi sendiri, itu tidaklah mustahil.
Tidak berapa lama kemudian. Mobil hitam datang dari arah kiri jalan. Sebelum ia memberhentikan mobilnya ia terlebih dahulu membunyikan kelakson mobilnya. Lantas setelah berheti di hadapan Zerra pengemudi mobil hitam itu membuka perlahan kaca depan sebelah sisi kiri mobilnya. Yang ternyata setelah bertatap muka itu adalah pak Aron.
"Kau belum pulang?" Tanya pak Aron yang membuat Zerra harus menggelengkan kepalanya. "Masuklah!" Ucapnya kembali sembari membukakan pintu depan mempersilahkan Zerra untuk masuk. "Kau jangan diam saja. Ayo masuklah! Sampai kapan kau akan berdiam diri menunggu angkot di tengah malam seperti ini? Ayo saya akan mengantarmu!"
Benar juga kata Pak Aron sampai kapan aku menunggu angkot dan bis lewat? Lagi pula perjalananku masih lumayan jauh. Batin Zerra sembari memasang tatapan kosong.
Baiklah tanpa ragu lagi Zerra melangkahkan kakinya menghampiri pintu yang terbuka lebar itu. Lantas ia pun duduk di sebelah kiri pak Aron dan kembali menutup pintu mobilnya.
"Jika tidak ada saya. Kau mau tetap menunggu disana?" lirik pak aron melihat Zerra yang membenahi diri setelah ia mengatakan itu pada Zerra.
"Harus bagaimana lagi! Kalo tidak ada sama sekali aku pasti berjalan kaki.!"
"Di tengah dinginnya malam? Astaga apa kau tidak punya kendaraan?" Kembali bertanya, namun kali ini dengan sedikit memprihatinkan.
Zerra menggelengkan kepalanya pelan. "Itu sudah menjadi resiko untukku pak!"
"Kau ini, bagaimana jika ada orang jahat?" Ucapnya melirik Zerra dengan sekejap. Karena harus berkonsentrasi mengemudikan mobilnya.
Zerra tidak menjawab, kali ini ia gunakan matanya untuk melihat lepas kedepan jalanan kota. Musik pun Pak Aron nyalakan dengan sedikit membisik. Judulnya my hearet will go on. Kalo tidak salah itu adalah lagu yang di putar dalam pilem titanik. Tidak tahan dengan kantuk yang menggelayuti matanya. Lantas Zerra pun dengan perlahan menutup matanya, terlelap dalam lagu yang pak Aron putar.
"Sepertinya kau kedinginan!" Ucap pak Aron dengan pelan. Lantas mobil pun ia hentikan sekejap. Membuka jaket yang ia kenakan dan memakaikannya ke tubuh Zerra. Setelah terpasang, kembali ia lajukan mobilnya dengan sedikit kencang.
Selang beberapa saat mobil pun kembali terhentikan. Pak Aron kebingungan tidak tahu harus mengantar pegawainya ini kemana. Dengan amat terpaksa pak Aron pun membangunkan Zerra perlahan. "Sya…" Sedikit memegang pundak Zerra. Dengan perlahan pula Zerra membuka matanya. "Rumahmu…"
"Astaga pak maafkan saya. Sudah pak sampai sini saja! Sudah dekat kok" Ucap Zerra seteh ia melirik meneliti kota sekitar.
"Apa kau yakin?"
"Iya pak! Ini sudah dekat"
Pak Aron membukakan pintu untuk Zerra. "Kau hati-hati… di luar sudah sepi kalo ada apa-apa kau teriak saja!"
Zerra tersenyum mendengar ucapan pak Aron. "Baik pak!"
Sekali lagi pak Aron menatap Zerra. Setelahnya ia kembali melanjutkan perjalanan utamanya. Dan menghilang dari belokan jalan depan. Zerra pun sama, ia melanjutkan perjalanannya menuju rumah peristirahatannya.
***
Jam menunjukan pukul 23:30 malam. Kini suasana malam yang selalu Daniel nantikan entah kenapa berubah sedemikian rupa. Bukan tanpa alasan Daniel seperti ini. Melainkan ada sebuah kejadian yang membuatnya harus memikirkan semua itu.
Flaseback on…
Pagi tadi setelah pencurian kalung Firzinia. Daniel membawa Zerra kelorong koridor sekolah. Ia tatap mata Zerra dalam. Setelahnya ia mengusap wajahnya yang kebas.
"Aku tidak percaya kau melakukan ini Zerra. Hal serendah ini…!" Ucapnya setelah mereka berdiri bersitatap. "Itu sangat memalukan!" Lanjut Daniel menaikan volume suaranya.
Zerra tersenyum sinis. "Kau memang musuhku, aku tidak percaya kau menuduhku seperti yang mereka lakukan!" Jelas Zerra tanpa melepaskan tatapannya pada Daniel. "Dan untuk apa aku melakukan semua ini.!" Seketika suara getir keluar dari mulut Zerra dan diiringi pula oleh air yang menghujani pipinya.
"Bisa saja kau melakukan ini untuk balas dendam!" Daniel kembali berkata. Kini kemarahan Daniel semakin membludak.
"Kau tidak tahu aku Daniel. Kau itu hanya musuhku. Bahkan kau tidak berhak membentakku dan memarahiku. Seperti sekarang ini. Kau musuhku Daniel, kau musuhku!"
Flaseback off…
Pertengkaran itu yang membuat Daniel tidak bisa tertidur nyenyak. Suara serak Zerra terus terngiang di kepala Daniel. Apalagi perkataannya yang terakhir. Itu membuatnya menyesali tindakan memarahi Zerra. "Ahrhhh" Daniel memjambak rambutnya kasar.
Jendela ia biarkan terbuka beberpa menit yang lalu. Hingga angin segar masuk membuat ketenangan kembali datang. Pikiran pun kembali sedikit terang benderang. Hingga ia memutuskan untuk membuka laptop dan melirik sosial media.
Sebelum benar-benar ia membuka sosial media. Matanya tidak sengaja melihat video yang beberapa saat tersimpannya. Dan Daniel tidak tahu sama sekali tentang video itu. Semakin menjadi kecurigaannya, daniel pun membuka video itu. Dan astaga Daniel terkejut bukan main, ternyata apa yang ibu Lili dan ketiga wanita itu tuduhkan tidaklah benar. Jelas terlihat dalam rekaman ini seseorang telah menjebak Zerra. Namun sial laki-laki yang sengaja menaruh kalung kedalam tas Zerra membelakangi laptop Daniel. Hingga dia tidak bisa melihat siapa pelaku di balik semua ini.
"Sial.!" Desis Daniel menutup laptopnya dengan kasar. "Ah sudah kuduga ini semua tidak mungkin dia yang melakukan! Maafkan aku Zerra. Aku sudah membentakmu tadi siang!" Menutupi mukanya dengan kedua telapak tangannya. "Setidaknya ini bisa membebaskanmu dari hukuman! Tapi… siapa di balik semua ini? Apa ini rencana ketiga wanita itu?" Semakin Daniel memikirkannya semakin pula ia memikirkan keadaan Zerra yang baik-baik saja.
Bersambung…
Typo bertaburan.