"Aaaa hari yang menyebalkan.!" Ucap Zerra kesal duduk bergabung bersama kedua sahabatnya di bangku kantin.
Zahra dan Analiza menautkan halisnya bingung. Menatap Zerra yang tiba-tiba datang sembari memasang wajah prustasi. Duduk seraya menyenderkan badannya dan memejamkan mata. "Ada masalah lagi?" Tanya Zahra sembari mengaduk-aduk zus dengan selangnya. Setelah selesai mengaduknya ia menyeruput dengan mata yang ia pasang menatap Zerra.
"Mungkin masalah Daniel.!" Timpa Analiza yang sibuk dengan ponselnya.
Daniel, setelah ia mendengar ucapan itu ia langsung membuka matanya dan melayangkan pandangannya pada mereka berdua yang duduk di hadapan Zerra. "Tak usah kau kaitkan semua masalahku pada pria itu.!"
"Tumben!" Ucap Analiza sembari mematikan ponselnya. Bukan karena ingin mendengarkan cerita Zerra, melainkan karena Bi sumi telah datang membawa tiga mangkuk bakso.
"Huhhh" Zerra menarik napas panjang. "Sepertinya aku akan terus mendapat masalah.!" Cetus Zerra sembari menuangkan kecap kedalam mangkuk baksonya. Setelahnya ia mengaduk rata dengan sendok. Zahra dan Analiza masih bingung akan ucapan Zerran.
"Apa maksudmu?"
Zerra kembali menaruh satu sendok bakso yang akan ia masukan kedalam mulutnya. "Masalah yang akan membahayakan masa depanku Zah…"
"Tuhkan itu pasti Daniel, masalah masa depan lagi!!!" Kembali Analiza berkata namun dia mengatakan hal yang tidak perlu ia katakan.
"Ihhh lupakan saja…" Kembali memegang sendoknya dan segera melayangkannya ke arah mulut Zerra. Namun sendok yang berisikan bakso itu tidak sampai kedalam mulit Zerra. Di karenakan seseorang datang dari arah belakang memegang pergelangan tangan kanan Zerra dan memasukan sendok itu kemulutnya. "Ihhh Danielll…!!!" Menaruh sendoknya kembali.
Dengan mulut yang sedang memakan bakso milik Zerra Daniel duduk di bangku sisi kanan Zerra. "Kau tidak memakannya. Sini biar aku suapin!" Menggeserkan mangkuk bakso itu dari hadapan Zerra menuju hadapan Daniel. Kemudian Daniel membelah bakso besar menjadi dua. Tangan kanan ia pasang untuk memegang rahang Zerra, memaksa Zerra untuk membuka mulutnya. Sedangkan dengan tangan kirinya ia gunakan untuk memegang sendok bakso yang segera ia layangkan kearah mulut Zerra. "Enakkan?" Serunya setelah sendoknya masuk kedalam mulut Zerra.
"Pangeranmu soswit banget sihhhh…!" Ucap Analiza kebaperan melihat tingkah Daniel dan Zerra. Digigitnya sendok yang ia gunakan.
"Penampilanmu berubah namun sikapmu masih Menyebalkan!" Kata Zerra seraya mengusap-usap mulutnya dengan sehelai tisu.
"Tapi sukakan!" Menaikan kedua halisnya dan mendekatkan badannya ke badan Zerra.
Zerra melemparkan tisu bekasnya ke arah badan Daniel. "Tak usah geer!" Bangkit dari duduknya dan menghampiri kasir kantin ini. Setelah Zerra membayar baksonya dia menghilang dari pandangan ketiga orang yang masih duduk melihat tingkah Zerra aneh. Yang lebih tepatnya bingung.
"Ada apa dengannya? Apa ada masalah di kelasnya?" Ucap Zahra yang sedari tadi sibuk dengan makanannya. Mata kedua sahabat Zerra menatap Daniel penuh tanya. Ingin mendengar apa yang akan ia lontarkan akan pertanyaan Zahra.
"Entahlah. Mungkin dia lagi dapet!!" Ucapnya santai sembari berlalu meninggalkan mereka berdua dan kantin ini.
Dengan bersitatap sekejap. Zahra dan Analiza kembali pokus menyantap baksonya.
***
Bel pulang nyaring berbunyi memekakkan telinga semua penghuni sekolah ini. Ada yang senang akan datangnya bel pulang. Ada juga yang kesal dan seraya mengatakan waktu begitu cepat berlalu. Sama seperti yang ada di benak Zerra. Waktu sangat cepat berlalu, hingga bel pulang sudah nyaring berbunyi saja memenuhi lekak-lekuk sekolah ini.Gadis yang berpenampilan sederhana dengan mengikat rambutnya yang asal itu. Berlalu meninggalkan kawasan sekolahnya. Berjalan meninggalkan gerbang menuju jalan yang penuh dengan kendaraan. Berdiri di sebelah kiri jalan, matanya ia pasang mencari celah untuk menyebrang. Setelah ia dapati celah itu, ia cepat-cepat berjalan menyebrangi jalanan dengan menggerakan tangannya.
Dengan tergesa ia berjalan. Sesekali ia melihat kearah langit yang murung, cuaca hari ini tidak mendukung Zerra untuk beraktivitas. Lebih tepatnya tidak mendukung untuk ia bertemu dengan manajer sekaligus pemilik toko kue itu. Sedikit berlari-lari kecil Zerra menyusuri trotoar, di temani dengan suara-suara yang melenguh dari macam kendaraan. Pikir Zerra apa pun yang terjadi mau badai sekali pun ia lewati, demi pekerjaan yang harus ia dapatkan, merelakan waktu yang baginya emas itu.
Setelah ia sampai di toko kue itu ia langsung masuk kedalam ruang manajer. Setelah ia berdiri menghadap manajer yang duduk santai membelakangi pintu masuk. Terlihat oleh kedua matanya. Yang di sebut sebagai manajer itu, Zerra rasa bukanlah bapak-bapak paruh baya, melainkan remaja yang tidak jauh berbeda selisih umurnya. Dengan tertunduk mengatur napas yang tersenggal Zerra melontarkan kata. "Maaf pak saya terlambat.!"
Manajer yang duduk santai membelakangi pintu masuk. Menoleh sedikit kearah kiri, setelah ia mendengar suara wanita dari arah belakang. Ia menolehkan wajahnya sembari mengeluarkan gumpalan asap tebal dari mulutnya. "Duduklah.!" Menunjuk kursi yang terletak di hadapan Zerra, yang terhalang oleh meja persegi empat. dengan tangan memegang setengah rokok yang mengepul. Setelah Zerra duduk dan menghadap manajer itu. Ia balikan badannya sempurna, menghadap Zerra.
Setelah ia duduk sempurna menghadap Zerra, ia menatap Zerra dalam sembari mengerutkan keningnya. Entah apa yang di pikirkan manajer itu, yang jelas beberapa menit ia teridam memandangi Zerra. Seperti ada yang mengganjal atau apalah itu yang membuatnya harus mengingat-ingat wajah dan perawakan wanita yang ada di hadapannya ini.
"Maaf pak saya terlambat!" Terpaksa Zerra harus mengulang perkataannya kembali. Pikirnya ingin melepaskan tatapan pak manajer.
Dengan sedikit tertegun manajer itu kembali berkata. "Oh ya tidak apa. Saya juga baru datang.!" Ucapnya seraya mematika rokok kedalam asbak. "Sebelumnya perkenalkan nama saya Aron!" Mengulurkan tangan kananya melintasi meja yang ada dihadapannnya.
Dengan tangan kanannya yang lembut, Zerra membalas uluran tangan pak manajer itu. "Saya Zerra Anatasya. Mahasiswi dari SMA MOON AND STAR." Sahut Zerra dengan lembut pula.
Telapak tangan pak Aron dengan telapak tangan Zerra kembali terputuskan. Pak Aron kemudian menaruh tangan kanannya diatas meja. "Saya panggil kau dengan sebutan Tasyasaja. Boleh.!" Ucapnya seraya menebar senyumannya yang amat manis.
Dengan tersenyum pula Zerra membalas senyum pak Aron. "Terserah bapak saja mau panggil saya apa!"
"Baiklah. Emm kalo boleh tahu apa alasanmu ingin bekerja di sini?" Sekarang posisi pak aron ia rubah. Sedikit memajukan badannya yang semula menyender kini menjadi tegap.
"Saya cuma ingin membantu bapak saya.!" Sahut Zerra sembari menundukan kepala menatap kedua tangannya yang ia mainkan di pahanya. "Apa saya di terima di toko kue ini?" Sponton Zerra harus cepat melontarkan pertanyaan yang ia tahannya sedari tadi. Dan melayangkan pandangannya kearah pak aron.
Pak aron kembali tersenyum. Kini senyumannya ia pasang dengan lebar, hingga deretan gigi rapinya terlihat melengkapi senyumnya dan lesung pipit di sisi sebelah kanannya. "Kau diterima di toko ini. Tapi kata Nada kau tidak bisa bekerja pagi!"
"Benar pak, saya tidak bisa bekerja pagi. Paling bisa saya bekerja sepulang sekolah sampai toko ini tutup.!" Jelas Zerra sembari sesekali mengalihkan pandangnnya.
Perbincangan Zerra dan pak Aron terus berlanjut. Hingga tidak terasa jam sudah menunjukan pukul 17:00 saja, setelah persetujuan terlontarkan dari mulut keduanya. Zerra berpamitan pulang pada pak Aron dan Zerra mulai besok sudah resmi bekerja di toko kue ini sebagai pelayan pengunjung.
***
~BERSAMBUNG~
Baca terus cerita aku ya! Jangan lupa juga vote + comentnya. Yang ikhlas + yang mau saja nge vote, nggak juga gak papa 😉
Ini hanya menuangkan imajinasiku dan hobi ku saja!