4

1.3K 33 8
                                    

Hai aku kembali lagi nih...sudah lama tak berjumpa...hahaha..maap ya para readers....aku sibuk banget akhir akhir ini (sok sibuk).
Makasih buat kalian yang udah setia nungguin cerita aku ya (SETIA??? Baper gw😁😂)
Oh iyaa...thx juga buat kalian yg udh ngasih vote dan comment nya..ily so much gaesss (alay😑)
.
.
.
Ok ok akan di lanjutin yaa....Selamat Membaca😊
~

~

~

~

~

~

~

~

~

~

~

"Siapa yang tidak mengerjakan PR???" tanya Pak Romgan dengan halus. Memang halus sih, tapi gitu...halus halus menyakitkan
Dengan langkah gontai aku berjalan ke depan kelas. Tak berani menatap keadaan sekitar. Tak berani menatap Pak Romgan. Tak berani menatap Laura. Dan tak berani menatap Ria. Hmm...mungkin hati Ria sekarang sedang meledak ledak gembira melihatku yang sedang berdiri di hadapan guru Ter-killer seantero dunia.
(Sekilas cerita ttg Ria. Sudah beberapa hari ini dia selalu menatapku tajam. Tidak tau apa sebabnya. Padahal sebelum kejadian tubruk-menubruk itu kami berteman dengan baik. Enggak akrab akrab banget sih,tapi yaa...kami baik baik aja. )

Ok..back to topic

Sialnya aku hari ini, hanya aku seorang diri yang tidak mengerjakan PR. Ya Tuhan . . .

"Kamu? Kok bisa?" tanya Pak Romgan tak percaya kalau aku tidak mengerjakan PR yang diberikannya

"Maaf, Pak. Semalam saya ketiduran dan lupa kalau ada PR" jawabku gemetar

"Oh" jawabnya singkat sambil mengeluarkan ekspresi wajah yang..tak tau dinamakan apa ekspresi wajah tersebut. Setauku kami belum pernah diajarkan ekspresi itu pada saat pelajaran Theater, SBK.

Sekilas aku melihat raut wajah Laura yang terlihat seperti sedang melihat seekor anak kucing beradu dengan seekor anjing galak dari kejauhan. Dia tidak bisa melerai keduanya, karena dia takut pada anjing.
Dan tanpa sengaja, terlihatlah juga wajah orang yang dibelakangnya. Ria. Penuh kesenangan, penuh kegembiraan, penuh keberhasilan, begitulah kira kira ekspresi wajahnya sekarang. Seperti sedang memperagakan ekspresi wajah karakter tokoh antagonis dalam sebuah theater.

"Kerjakan tugas ini diluar sekarang juga!!" kata Pak Romgan dengan nada yang sedikit meninggi, memecah perhatianku kepada Ria.

"Baik, Pak" jawabku gagap

Segera aku meninggalkan kelas dan pergi keluar ruangan untuk menyiapkan soal soal ini. Rasanya malu sekali. Baru pertama kali ini aku dihukum guru seperti ini. Dan...bagaimana kalau bapak itu menceritakan nya kepada mamaku??
Ya ampun. Jangan. Jangan sampai.


MATEMATIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang