Chapter 1

95 13 2
                                    


Seketika ALFAREZ International School riuh dengan suara murid muridnya, seluruh siswa pontang panting menuju kelasnya. Mereka berlarian menuju kelasnya masing masing karena bel sekolah telah berbunyi beberapa detik yang lalu.

Sama hal nya dengan mereka berempat, tiga diantara mereka berlarian tak memprdulikan penampilannya lagi yang berantakan bukan main. Namun lain hal nya dengan gadis bernama Shireen atau Ireen, dia terlihat santai dengan novel ditangannya dengan wajah menunduk melihat setiap kalimat didalam buku tersebut.

"Weyy Ireen buruan! Ini tuh udah telat." teriak temannya yang berambut curly.

"Nanti dulu Relia tanggung nih!" balas Ireen kepada Relia, Relia adalah gadis blasteran                      Indonesia-Amerika dia juga anak dari pemilik sekolah ini. Maka dari itu murid sekolah ini akan      tunduk kepadanya.

"Nanti dulu... nanti dulu,  kalau udah dimarahin aja tahu rasa. " oceh Leyza sapaan orang                  memanggilnya akan tetapi teman-temannya lebih sering memanggilnya Aley atau alay. Aneh        memang tapi itulah dia sesuai dengan kelakuannya, yang kemana-mana harus membawa              handphone dan update status sana sini.

"Yee daripada lo gosip sana gosip sini, heboh sendiri." cetus Relia

"Udah apa ga usah berantem, kita tungguin dia aja kayak biasanya." suara lembut itu menjadi        penengah diantara Relia dan Aley.

"Iya deh kita mah setia orangnya, nungguin terus sampai lumutan begini."

"Hushh ga boleh gitu Aley." ucap Ica dengan nada lembutnya. Alfathunissa Azizah Az-Zahra              adalah nama kepanjangannya tapi dia lebih senang dipanggil Ica, gadis berjilbab tertutup ini        adalah seseorang keturunan Indonesia-Arab.


*******

Keempat sejoli ini tengah duduk dikantin dengan santainya, padahal kelas telah masuk beberapa menit yang lalu tapi itu sudah biasa bagi mereka karena mau dinasehati bagaimana pun tidak ada yang pernah didengar, entah itu guru, walikelasnya atau bahkan Kepala Sekolahnya pun tak mereka hiraukan. Tapi dengan begitu mereka adalah lelaki beprestasi dikelasnya dan selalu mendapatkan peringkat.

"Cabut yuk nanti yang ada perang lagi kita." ucap Abrelio lelaki yang namanya hampir sama            dengan anak pemilik sekolah ini Relia dan Abrelio juga biasa dipanggil Relio.

"Yuk lah gue juga males kalau harus debat terus." jawab Gilang lelaki yang terkenal akan                    ketampanannya dia sering diberi julukan most wanted disekolahnya namun dia adalah laki-          laki pemalu jika harus mengungkapkan rasa sukanya kepada wanita.

"Kita lewat tempat biasa ya?" pintanya.

"Mau ketemu siapa sih Lang?" goda teman-temannya

"Apasih kalian ini lagian juga paling dia udah kekelas." elaknya

"Udah-udah ayo!" seru Fajar

"Buset dah biasa aja dong, kuping nih." gerutu Shariq sambil mengusap telinganya yang                    pengang.

  Mereka adalah teman atau sahabat sejak SD, mereka selalu bersama dan akan melakukan              segalanya bersama. Karena memang orang tua mereka juga berteman baik sejak dulu, mereka    paham betul bagaimana Gilang ini selalu mencari alasan padahal tujuannya hanya satu yaitu        seseorang yang selama ini dia sukai.


"Heh katanya dia udah ke kelas, tapi masih baca novel tuh." desis Relio saat tahu bahwa jalan        tempat biasanya mereka lewati masih ada pujaan hati sahabatnya

"Bawel udah diem aja!" desis Gilang tak kalah pelan

"Santai aja dong." ucapnya dengan suara yang dikencangkan olehnya.

"Berisik nih." jawabnya menoyor kepala Relio dan terus berjalan menuju kelasnya.

"Ckck kepala lu ini." gerutunya sambil mengusap kepalanya

"Yang sabar ini cobaan." ucap Fajar sambil mengelus bahu sahabatnya itu.


*******

"Haduh untung tadi belum ada guru yang masuk jadinya kita amankan." ucap Aleya saat mereka duduk dibangku kantin yang hampir penuh.

"Lagian kalian sih udah dibilangin suruh duluan aja malah pada nungguin gue." gerutu Ireen   dengan novel ditangannya. Sudah menjadi rutinitas Ireen saat dimana dia berada, novel lah   yang selalu ada ditangannya.

"Elu itu ga pegel apa matanya ngeliatin tulisan udah kayak ulet gitu?" tanya Aleya hera.

"Heh Alay biarin aja sih, itu namanya hobi. Lah elu hobinya apa?" tanya Relia dengan tampang      songongnya.

"Nama gue Aleya ya bukan Alay dan gue juga punya hobi." ucapnya menyombongkan diri.

"Halah paling hobi lu update status sama gosip doang." jawab Relia cuek

"Udah apa kalian ini berantem terus ga bosen-bosen." 

"GA." ucap mereka berdua.

 Ireen hanya diam menatap mereka berdua dengan sunyinya lalu dia kembali menunduk dan   melanjutkan membacanya. Dengan begitu membuat mereka bertiga menggeleng gelengkan   kepalanya.

"Ga mau makan dulu Ren?" tanya Ica kepada Ireen yang masih fokus membaca.

"Enggak nanti aja, lagian belum laper." jawabnya cuek.

"NO lu harus makan dan itu harus sekarang, kita ga mau lu sakit." ucap Relia tegas dengan   memberikan piring berisi makanan.

"Hufftt oke." jawabnya pasrah dan mulai menyuapkan sendok ke mulutnya.

 Dari kejauhan sepasang mata tengah menatapnya dengan tatapan sendu, kapan dia akan   berhenti seperti ini? Hanya menatapnya dari kejauhan membuat dia harus ekstra sabar agar   tidak mendekati gadis itu, tapi dia sadar jika dia tidak mengungkapkan perasannya akan   berdampak tidak baik.

"Diliatin aja terus Lang sampai mata lu lumutan." tukas Relio dengan tampang tak berdosanya 

"Bawel! Noh Relia urusin." 

"Jangan bawa-bawa dia dong, gue kan ga bisa kalau lu harus bawa-bawa dia." jawabnya   dengan tampang melasnya, Relio memang menyukai Relia tapi dia tidak yakin dengan itu dia   akan memastikan perasaannya terlebih dahulu.

"Tapi emang bener lu suka sama dia?" tanya Fajar memastikan yang hanya diam   mendengarkan percakapan mereka berdua.

"Ini gue lagi mastiin." jawabnya dengan lesu.

"Ayo dong semangat!" teriak Shariq yang membuat seluruh kantin sunyi seketika dan malah   menatap Shariq aneh tak terkecuali Relia dan temannya kecuali Ireen yang masih fokus   membaca novel.

"Hehehe sorry." ucap Shariq dengan cengiran khasnya yang membuat seluruh siswa kembali   melanjutkan acara makannya yang tertunda.

"Lu malu-maluin gue aja sih." gerutu Gilang sambil menoyor kepala Shariq.

"Udahlah buruan habisin makanan kalian, udah pengen bel soalnya." ucap Relio sambil melihat   jam yang melingkar di tangannya.




TBC

Maafkan aku bila masih ada kekurangan, dan jangan lupa tinggalkan jejak votte dan comment nya yaaa aku tunggu. Dan makasih yang udah mau baca cerita abal-abal ini, sekali lagi maafkan aku.:'(


Salam


Senja Yang MenantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang