Chapter 14

15 2 0
                                    

Jangan lupa votte sama comment nyaaaa, a nya banyak kan tuh hehehe. Lanjut aja yukkk

***
Kamu itu seperti angin, yang selalu mengelilingi ku dengan mudahnya. Yang bisa menyentuh kulitku tanpa ada bekasnya. Tapi yang selalu berpaling jika aku mengejarnya.

***

"Ireen!" Ireen yang baru saja keluar dari kelas menoleh ke asal suara yang memanggilnya.

Ireen berhenti dan memperhatikan cowok yang saat ini tengah mengatur nafasnya akibat lari-larian. Ireen mengerjapkan matanya perlahan, dan saat cowok itu menatapnya Ireen segera mengalihkan perhatian nya.

Cowok itu tersenyum dan setelah nafasnya kembali normal dia mulai bicara, "lo pulang sama siapa?"

Ireen mengernyitkan dahinya, kenapa cowok itu tiba-tiba menanyakan hal seperti itu.

"Ehmm…naik ojek online, kenapa emangnya?" cowok itu menyengir dan menjadi salah tingkah.

"Bareng gua aja ya? Gua mau kasih sesuatu sama lo,"

Ireen menatap Gilang…cowok yang tadi memanggilnya dengan bingung.

"Nggak usah gua naik ojek online aja, lagian juga gua…"

Ucapan Ireen terhenti saat dia mengecek handphone yang mati seketika. Gawat! Baterai ponsel miliknya lowbet secara tiba-tiba.

Gilang tersenyum miring, saat ini tidak ada yang akan dijadikan Ireen sebagai alasan untuk menolak ajakannya.

"Okey gua pulang sama lo! Itung-itung irit ongkos, lagian juga katanya lo mau ngasih sesuatu ke gua," Ireen tersenyum senang. Gilang hanya menggeleng dan berjalan beriringan dengan Ireen.

Sampai di parkiran Gilang segera menaiki motornya dan menggunakan helm, Ireen memegang pundak Gilang berjaga-jaga agar tidak terjatuh.

Tidak ada yang berbicara selama diperjalanan, hanya suara kendaraan yang sangat bising memekakkan telinga.

"Ehmm Reen!"  panggil Gilang sedikit berteriak.

Ireen sedikit melongok ke depan dan melihat wajah Gilang dari spion motor sambil menjawab, "apaan?!"

"Lo suka novel sama judul yang ber- genre  apa?!" Ireen mengernyit bingung. Kenapa juga Gilang harus bertanya begitu.

"Kenapa emangnya? Gua suka yang apa aja kok asal nggak horor," jawabnya. Gilang bernafas lega, dan itu membuat Ireen menjadi tambah bingung.

"Hehehe nggak pa-pa," Ireen menggedikan bahunya acuh.

***
Gilang bisa bernafas dengan lega, sebab ada kemungkinan Ireen tidak akan menolak novel pemberian darinya. Setelah sampai didepan rumah Ireen Gilang mematikan motornya dan melepas helm yang dia gunakan.

Gilang mengeluarkan sesuatu dari dalam tas dan langsung memberikannya kepada Ireen, Ireen yang baru saja turun dari motor menatap bingung kearah benda yang dibungkus kertas kado tersebut.

Padahal hari ini Ireen tidak ulang tahun kenapa Gilang memberinya kado.

"Gua gak ultah lho, kenapa kasih kado?" tanya Ireen sambil menerima bungkusan itu. Gilang mengusap tengkuknya sambil tertawa kaku.

Senja Yang MenantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang