Chapter 2

71 8 3
                                    


Relia, Ica dan Aley menatap malas pemandangan didepannya. Dimana terdapat Ireen yang tengah asik membaca kumpulan novelnya, mereka bertiga merasa kesal akibat selalu diabaikan olehnya. Bagaimana tidak? Relia selalu saja menanyakan sesuatu kepada Ireen tapi balasannya hanya kebungkaman saja.

"Ireen daritadi gue nanya loh sama lu." decak Relia. 

"Hmm...

"Ahh ya ampun, gue tuh males banget ngomong sama dia." gerutu Aley.

"Alay daritadi tuh lu ga ngomang apa-apa ya!" seru Relia. 

"Nama gue Aley atau Leyza bukan alay!" tukas Aley.

"Daritadi kalian berdua ini berantem terus, ga bisa diam?" tanya Ica tegas.

"Iya iya." 

"Ireen bisa tutup bukunya sebentar." suruh Ica.

"Iya nanti." 

"Ireen denger ga kita ngomong, sekali kita ngomong ga lu dengerin. Harus berapa kali lagi kita   buat terus-terusan ngomong sama lu." ucap Relia tegas namun membuat Irren menutup   bukunya dengan was-was.

"Iya." jawabnya pelan.

Relia menatap Ireen tegas sambil menyedekap tangannya, tandanya dia akan mengeluarkan segala macam omelannya kepada Ireen yang tidak mau mendengarkan ucapannya. Begitulah Ireen jika sudah asik dengan dunianya sendiri tidak akan memperhatikan yang lain termasuk omongan temannya sendiri.

"Gue tadi tanya apa?" tanya Relia menggunakan nada intimidasi

Jawaban yang didapatkan membuat mereka bertiga berdecak sebal, Ireen hanya menggelengkan kepalanya saja yang membuat Relia kalap bukan main.

"Kan udah pernah gue bilang. Lu boleh baca novel atau segala macamnya tapi jangan sampai lu   lupa kalau ada ngomong sama lu." jawab Relia dengan nada penekanan. "Kita manusia loh   bukan  patung yang lagi ngomong didiemin aja." tambahnya.

"Iya maaf, tadi lagi asik soalnya." jawabnya lesu

"Seasik apapun cerita dalam novel kamu, kamu harus tetep dengerin disekitar keliling kamu."   suara lembut Ica mengubah suasana hati Ireen yang tadinya cemas menjadi tenang.

"Tau nih!" 

"Diam lu!" seru Relia

"Buset dah biasa aja dong." jawab Aley.

"Kalian berdua ini ga bisa akur ya? Berantem terus..." 

"Relianya duluan Ca, gue dikatain terus." jawab Aley sedih.

"Kamu juga jangan kayak anak kecil." protesnya.

"Iyadeh iya."


*******

Gilang tengan duduk dubangku taman sekolahnya, dia tengah melamunkan sesuatu yang tidak dimengerti setiap orang. Perasaannya. Dia jadi bingung sendiri dengan perasaannya terhadap gadis itu, sungguh dia sangat amat malu untuk mengungkapkannya. Bagaimana kalau dia ditolak?Bagaimana jika dia dipermalukan oleh gadis itu?Ahh Gillang jadi pusing sendiri memikirkannya.

"Capeklah." gumamnya.

"Capek kenapa?" tanya seseorang seraya duduk disamping Gilang.

"Ehh elu Rel, kaget gue." 

"Capek kenapa?" tanyanya lagi.

"Gue mikirin tentang si Ireen." jawabnya.

"Lah Ireen kenapa emang?" 

Senja Yang MenantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang