Chapter 12

22 3 0
                                    

Jangan lupa votte sama comment nya ya aku tunggu.

****
Kini aku tak ingin menjadi seseorang yang pengecut, untuk apa aku mencintainya tapi aku tak berjuang untuknya.

****


Saat ini Gilang tengah berada di toko buku dan sedang memilih salah satu novel yang paling banyak digemari, bukan! Bukan untuk Gilang lagipula mana mau lelaki ini menginjakkan kakinya ditempat yang baru pertama kalinya dia kunjungi saat ini.

Jika bukan untuk Ireen, Gilang enggan sekali menyebut tempat ini. Ya untuk Ireen, Gilang tak ingin lagi disebut sebagai lelaki yang pengecut. Cukup sudah dia menjadi pengecut di masa lalunya, dan dia tak ingin seseorang mengambil lagi wanita yang dengan mudahnya membuat hati Gilang bergetar hebat.

Gilang berdecak kesal pada wanita yang selalu saja menatapnya secara terang-terangan. Padahal penampilan nya saat ini sangatlah tak rapi, bayangkan saja saat bel pulang sekolah berbunyi dia langsung meluncur ke tempat ini.

Sebenarnya Gilang tadi sudah mengajak sahabatnya tapi banyak sekali alasan yang mereka lontarkan seperti...

"Duhh ogah deh gua mending balik terus tidur," ini untuk versi Relio, sedangakan sahabatnya yang lain... "Gua mau mabar PS lain kali aja deh yaa" begitulah sekiranya. Mereka tidak mengerti saja bahwa Gilang harus mengantri sepanjang ini hanya untuk sebuah novel.

'Sabar Gilang ini perjuangan.' begitu isi hati Gilang.

"Mas nya mau baca novel ini?" tanya petugas kasir. Gilang mengangkat sebelah alisnya, dan itu membuat petugas kasir tadi menjadi gugup.

"Hehe maaf Mas, soalnya aneh aja gitu kalau Mas nya yang baca," lanjut petugas kasir sambil membungkus novel yang Gilang beli.

"Pacar saya," dua kata yang mampu membuat semua wanita yang ada didekatnya mendesah kecewa.

"Ohh buat pacarnya toh....yaudah ini kembalian nya terima kasih," Gilang berbalik dan kesempatan itu diambil bagi kaum wanita untuk menatapnya padahal ada diantara meraka yang membawa pasangannya.

****
Seharusnya Ireen sudah sejak tadi sampai dirumah tapi karena kengaretan abangnya dia masih saja berdiri didepan pintu gerbang yang hampir ditutup. Jika saja ini bukan tempat umum mungkin Ireen akan menangis sambil menyebut nama abangnya, mana baterai handphone miliknya lowbet. Tapi seketika ada sebuah BMW yang berhenti tepat didepannya.

"Kak Bagas!!!" teriak Ireen saat tahu yang keluar dari mobil itu adalah Kakak sepupunya.

"Kasian nya nungguin abang lo yang ngaret," goda Raka sambil memeluk Ireen sedangkan Ireen yang berada dipelukan Bagas hanya mendengus kecil.

"Gua tahu pasti lo kesini disuruh Bang Reno buat jemput gua kan?" tanya Ireen sambil melepas pelukannya. Bagas terkekeh melihat Ireen yang sudah tahu maksud dan tujuannya.

"Udah hafal ya sekarang mah haha," jawab Bagas sambil mencolek hidung milik Ireen.

"Udah ayo pulang dikira gua gak pegel apa nungguin orang," gerutu Ireen yang dibalas tawa Bagas.

Saat sampai dirumah Ireen langsung masuk tanpa memperdulikan Bagas yang baru saja membuka pintu mobilnya.

"Mama Ireen pulang!!" suaranya menggelegar dipenjuru rumah membuat Semua yang baru saja keluar dari kamarnya berkacak pinggang.

"Bisa enggak usah teriak-teriak?"

"Hehehe maaf Mam abisnya Ireen kira Mama gak denger. Soalnya kan biasanya Mama...

Senja Yang MenantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang