Chapter 13

16 3 2
                                    


Jangan lupa votte dan comment nya, aku bingung cerita ini mau dilanjutin atau sampai disini aja?

****
Kamu akan tau, seperti apa perjuangan yang      
  sesungguhnya. Bukan seperti pelangi yang berawal membahagiakan lalu pergi tanpa adanya alasan.
****

Ireen merasakan seluruh tubuhnya sakit akibat terjatuh dari tempat tidur nya, setelah matanya sedikit terbuka dan melihat cahaya yang sudah mulai terang dia melirik jam kecil di nakasnya.

Setelah melihat itu dia langsung melesat ke kamar mandi walau kesadarannya belum penuh dan hampir saja dia jatuh kembali.

Setelah selesai dengan kegiatannya Ireen lupa dimana dia meletakkan dasinya, masa bodolah dengan dasinya biar saja jika nanti dia dihukum. Yang terpenting dia harus berangkat sekarang.

Ireen menuruni tangga dengan sedikit berlari sambil merapihkan rambutnya yang tadi hanya di sisir asal.

"Mama kok gak bangunin Ireen sih?" tanya Ireen dongkol sambil memakan selembar roti tawar.

"Apa kamu bilang? Enggak di bangunin? Heh sadar, daritadi udah diteriak-teriakin bukan nya bangun!" mata Selia melotot. Apa-apaan anaknya ini, suaranya sudah hampir habis dia bilang tidak dibangunin.

"Siapa yang mau nganterin ke sekolah?" Bagas yang awalnya diam saja langsung mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Setelah itu melesat mengambil kunci mobil dan pergi tanpa mengucapkan salam.

Ireen hanya melongo menatap kelakuan Bagas yang tak ada bedanya dengan Reno, setelah itu Ireen berpamitan kepada Selia dan Reno.

Saat ingin menyusul Bagas, Ireen berhenti dan melihat Bagas yang tak bergerak sama sekali.

"Lo kenapa sih Kak?" tanya Ireen heran karena Bagas yang hanya diam mematung.

Bagas menunjuk sambil mengatakan sesuatu, "lo liat deh ada cowok kenal kagak?"

Mata Ireen mengitu arah telunjuk Bagas dan seketika dia juga ikutan diam mematung.

"Gilang," Ireen bergumam pelan lalu menghampiri Gilang yang tengah menatapnya dan jangan lupakan senyuman manis yang menghias.

"Hai Reen!" sapa Gilang.

"Lo mau ngapain?" bukannya menjawab sapaan dari Gilang, Ireen malah balik menanya.

Gilang menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia berdiri dengan gelisah.

"Gua tadi gak sengaja lewat sini dan gua pikir lo belum berangkat. Jadinya gua mau ajak lo berangkat bareng," jawab Gilang pelan.

"Loh kenapa gak ketuk pintu aja? Kan gua jadi gak enak lo diluar gini,"

"Ah enggak pa-pa kok hehehe, mau berangkat sekarang?" tanya Gilang sambil memasang helm full face miliknya.

"Eh iya sekarang aja, takut terlambat," Ireen mengahampiri Gilang. Dengan berpegangan pada pundak tegap Gilang, Ireen mulai menaiki motor besar milik Gilang. Tanpa memperdulikan Bagas yang daritadi masih diam tak bergerak.

****

Sebenarnya Gilang tidak ada niatan untuk menjemput Ireen, karena memang dia tak sengaja lewat di depan rumah Ireen jadi Gilang berpikir untuk berangkat bersama.

Senja Yang MenantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang