"Kwon daepyonim, ada tim dari divisi desain yang sudah siap untuk menunjukkan hasil desain mereka untuk musim depan kepada anda," ucap sekretarisnya, Hwanhee.
Yuri menganggukkan kepalanya paham. "Suruh mereka masuk," Yuri menanggapi sambil merapikan mejanya yang berantakan. Ia lalu duduk di sofa dan memutar - mutar pulpen yang dipegangnya menggunakan tangan kanannya. Suara ketukan pintu lalu terdengar dan tim itu masuk ke dalam ruangannya, duduk di sofa.
"Jadi, bagaimana ? Sudah selesai dengan desainnya ?" tanya wanita yang dikenal dingin dan kaku itu. "Kami menyiapkan desain untuk dress, baju kantor dan juga baju sehari - hari," seorang gadis muda menjelaskan kepada wanita berusia dua puluh delapan itu sambil menyodorkan sebuah file berukuran A3 berisi berbagai desain pakaian wanita dan laki - laki itu.
Yuri melihat desain itu secara saksama, membolak - balik halaman itu lalu menganggukkan kepalanya. "Saya tidak suka desain pria yang pertama dan keempat, singkirkan yang itu," komentar CEO itu pedas.
"Akan kami perbaiki desain itu, daepyonim,"
Kepalanya hanya mengangguk. "Kalau begitu kirim langsung ke divisi perencanaan. Biar mereka yang mengurus sisanya," kata Yuri. Seluruh tim itu menganggukkan kepalanya lalu membungkukkan tubuh mereka dan meninggalkan ruangan salah satu orang yang paling berpengaruh di dunia fashion Korea Selatan.
"Daepyonim, Mr. Lee sudah datang,"
Seorang pria yang wajahnya cukup tampan masuk ke ruangan itu tanpa dipersilahkan oleh pemiliknya. "Yuri, aku bawakan makan siang," ucap Donghae, kekasih Yuri yang dipasangkan oleh ibu Yuri, yang prihatin dengan sifat putrinya yang berubah drastis sejak ayahnya meninggal. Lebih tepatnya ibu tiri, mantan simpanan ayahnya.
"Aku tidak mengizinkanmu masuk, Mr. Lee," ucap Yuri ketus sambil memutar bola matanya dan berdiri dari sofa menuju kursi kerjanya. "Tapi aku membawakanmu makan siang, Yuri-ah. Ayolah, ibumu khawatir," sahut pria itu.
Yuri hanya diam, mengabaikan Co-CEO dari perusahaan Lee Inc. tersebut. "Aku muak melihatmu, Mr. Lee. Keluarlah dari sini. Sampai kapan kau akan menjadi kekasihku karena aku bahkan tak menaruh perasaan kepadamu," ucap Yuri ketus.
"Permisi, Kwon daepyonim. Mobil sudah siap mengantar anda ke undangan makan siang bersama Mr. dan juga Mrs. Cho Chaeryoung," ucap Hwanhee.
Wanita itu meraih tasnya dan melangkah meninggalkan ruangan bersama sekretarisnya itu. "Kau sebaiknya pulang, Mr. Lee," kata Yuri sebelum menghilang dari ruangannya, meninggalkan kekasihnya sendirian dengan makanan yang sudah dibelinya sebelum menjenguk Yuri, kekasihnya yang dingin.
"Sesulit itu, iya ?"
Di dalam mobil, Yuri hanya menatap pemandangan jalanan lebar yang dipadati mobil - mobil. Sekretarisnya ingin mengingatkan wanita itu dengan schedulenya yang sudah selesai namun ia takut wanita itu marah seperti kejadian beberapa minggu sebelumnya.
"Hwanhee-ssi, apakah saya ada schedule lagi setelah ini ?" tanya CEO itu, membuat Hwanhee lega karena ia tak perlu menginterupsi waktu tenang atasannya itu. "Tidak ada, daepyonim. Makan siang ini terakhir. Apakah anda akan langsung pulang setelah makan siang ?" tanya Hwanhee sopan.
"Iya,"
Jawaban yang diterima Hwanhee, si sekretaris yang masih berusia dua puluh tiga tahun itu sesingkat itu. Ia hanya menganggukkan kepalanya paham. Mobil tak lama terparkir di depan restauran mewah berkonsep Korea tradisional.
Supir Yuri langsung turun dan membukakan pintu untuknya. Wanita itu tersenyum tipis sebagai tanda terima kasihnya dan mengikuti sekretarisnya masuk ke dalam. "Reservasi atas nama Mr. dan Mrs. Chaeryoung," ucap Hwanhee ke seorang pelayan berpakaian hanbok itu.
"Silahkan ikuti saya,"
"Hwanhee, pakai kartu kredit yang saya berikan jika ingin akan siang. Ajak siapapun yang mengemudikan mobil tadi," pesan Yuri. Hwanhee hanya mengangguk.
Kedua kaki Yuri melangkah mengikuti pelayan berpakaian hanbok itu. Pelayan itu membukakan sebuah pintu ruangan dan mempersilahkan Yuri masuk.
"Mr. Cho, Mrs. Cho,"
Yuri membungkukkan tubuhnya sopan sebelum melangkah ke salah satu kursi dan duduk. "Yuri-ssi, kau sudah tumbuh menjadi wanita yang cantik. Aku ingat dulu ayahmu menggendongmu di kantor," ucap Mrs. Cho sambil tersenyum ke Yuri.
"Ah.. kamsahamnida, Mrs. Cho,"
Mr. Cho hanya tertawa. Kedua orang itu cukup dekat Yuri dan keluarga saat dirinya masih masih berumur lima tahun, lalu setelah itu Yuri harus pindah ke Kanada bersama sang ibu untuk melanjutkan hidup setelah kedua orangtuanya bercerai.
"Ayo ambil makanannya, Yuri. Aku masih ingat gadis kecil ini sangat menyukai tteokbokki," ucap Mr. Cho sambil menyodorkan sepiring tteokbokki ke Yuri. "Ne. Jal mokkesseumnida," ucap Yuri sebelum mengambil sumpit lalu mulai memakan kue beras pedas itu dengan lahap. Perbincangan kedua berlanjut sampai hampir dua jam.
"Yuri-ssi, datanglah nanti malam ke acara pergantian CEO Cho Corporation di Hotel Shilla pukul 7 malam," ucap Mr. Cho. Yuri hanya menaikkan salah satu alisnya. "Mr. Cho, apakah anda akan menyerahkan perusahaan anda ?" tanya Yuri terkejut. Mrs. Cho mengangguk. "Sudah waktunya untuk beristirahat. Anakku akan melanjutkan," jawab Mr. Cho.
"Datang, ne ?"
Yuri mengangguk. "Ne, Mr. Cho, Mrs. Cho,"
***
Malam sudah tiba. Wartawan majalah dan berita beberapa memenuhi pintu depan hotel tersebut. Yuri turun dari mobilnya, menjadi sorotan utama dari para wartawan. "Kwon Yuri, tolong lihat kesini," sahut beberapa wartawan dan fotografer.
Yuri hanya sekedar melihat lalu masuk ke dalam hotel setelah beberapa security memberikan wanita dengan gaun press body berwarna biru itu jalan. Ia melangkah menuju ballroom mewah dan besar itu. "Nama anda, miss ?" tanya seorang wanita yang bertugas di pintu ballroom. "Kwon Yuri," ucapnya.
Wanita itu memeriksa daftar nama lalu membukakan pintu besar itu untuk Yuri. Terlihat banyak sekali CEO terkenal yang datang malam ini dan sepertinya acara sudah dimulai. Yuri duduk di sebuah meja berbentuk lingkaran dengan beberapa CEO serta orang penting lainnya, yang disambut hangat oleh mereka.
"Cho Kyuhyun, CEO baru dari Cho Corporation, putra dari Cho Chaeryoung dan Cho Hajin,"
Mata Yuri terpaku pada sosok pria yang berdiri di atas panggung itu. Bukankah itu dia ? Pria itu ? Sosok yang membuatnya tidak karuan sejak sepuluh tahun yang lalu ? Jantungnya berdegup dengan kencang, tak beraturan. Perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya bersama orang lain kini muncul.
Kyuhyun, pria berusia tiga puluh tahun itu hanya tersenyum dan membungkukkan tubuhnya ke para hadirin dan tamu yang datang. Matanya dengan tidak sengaja melihat sosok wanita yang pernah membuatnya jatuh cinta. Tidak tahu, ia tidak tahu namanya. Sampai detik ini, pria itu mengharapkan cinta gadis yang kini sudah tumbuh dewasa itu.
Berbeda dengan Yuri yang tidak paham dengan apa arti cinta, Kyuhyun paham sekali, dirinya sudah jatuh ke wanita yang namanya tidak ia ketahui itu. Ia hanya ingin tahu, apakah wanita itu sudah ada yang memiliki karena ia akan mengerjarnya, jika memang wanita itu belum menikah dengan siapapun.
Perasaannya gugup. Wanita yang kira - kira berada di umurnya umumnya sudah menikah dan bahkan memiliki anak. Apakah benar kesempatannya untuk memiliki wanita itu sedikit sekali ?
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay By My Side
FanfictionKedua CEO itu akhirnya bertemu setelah dulu pernah saling mencintai dalam diam dan tak pernah mengungkapkannya ke salah satu dari mereka. Namun, salah satu dari mereka sudah memiliki kekasih yang akan menjadi pendamping hidupnya hingga mati. Apakah...