IX

756 37 3
                                    

"Kami sudah membawa Kwon daepyonim ke kamar,"

"Bagaimana keadaannya ?" tanya Kyuhyun cemas. Dokter itu membawa Kyuhyun menjauh. "Buruk, Cho daepyonim. Ia koma dan kami tidak tahu sampai kapan wanita itu akan terbangun. Kemungkinan ia tidak berhasil sangat tinggi," ucap dokter itu.

Kyuhyun mengangguk pasrah. Ia melangkah kembali ke kamar itu dan mengecup kening Yuri lembut. Digenggamnya tangan itu dan tersenyum.

"Aku akan selalu menunggumu. Jangan khawatir," bisik Kyuhyun pelan.

Pria itu lalu menghampiri kedua orang tuanya yang duduk bersama di sofa dengan Kayoung. "Bagaimana kata dokter, Kyu ?" tanya Chaeryoung. Kyuhyun tersenyum kaku. "Buruk. Harapannya sedikit," jawab pria itu pelan. Hajin terlihat begitu khawatir dengan keadaan Yuri yang tak akan membaik dalam waktu dekat ini.

"Appa, aku ingin pulang,"

Permintaan Kayoung itu membuat Kyuhyun tersaar, hari sudah malam namun si kecil belum juga tertidur. "Baiklah, Kayoung mulai sekarang ikut appa, ne ? Besok bawa barang - barang Kayoung dari apartemen eomma," ucap Kyuhyun. "Kenapa barang - barang dari apartemen eomma harus dibawa ?" tanya Kayoung. Kyuhyun tersenyum. "Karena saat eomma terbangun nanti, Kayoung dan eomma akan tinggal dengan appa,"

Kayoung mengangguk dan mengikuti kemana ayahnya pergi, disusul kedua orang tuanya yang pulang ke mansion, sedangkan Kayoung dan Kyuhyun akan tinggal di apartemen milik pria itu.

Sesampainya di apartemen, Kyuhyun yang baru pertama kali menjadi seorang ayah berusaha keras memandikan putrinya dan juga menemaninya tidur.

"Appa, kenapa eomma baru memberitahu sekarang ?" tanya Kayoung sebelum tidur. "Memberitahu apa, Kayoung ?" tanya Kyuhyun penasaran. "Kalau appa adalah appa, Kayoung," jawab si kecil. Pria itu mengendikkan kedua bahunya. "Appa sendiri tidak tahu, Kayoung. Mungkin eomma masih ingin hanya bersama Kayoung ?" jawab Kyuhyun.

"Sekarang giliran appa bertanya kepada Kayoung, boleh ?" tanya Kyuhyun. Putrinya mengangguk, tanda ia diperbolehkan bertanya mengenai apapun ke dirinya.

"Apa yang biasanya eomma lakukan di malam hari ?" tanya Kyuhyun. Kayoung terdiam. "Eomma biasanya menonton TV, bekerja, atau menangis," jawab gadis itu. "Hmm ? Menangis ?" ulang Kyuhyun. Kayoung mengangguk. "Eomma sering menangis pada malam hari. Saat Kayoung tanya, eomma hanya menjawab sedang sedih karena salah memilih," jawab gadis berusia dua tahun itu.

  'Memilihku dan memilih ibu tirimu. Benar kan, Yuri ?'

  "Apa eomma suka memasak ?" tanya Kyuhyun. Kayoung menggelengkan kepalanya. "Kayoung tidak tahu, appa. Kayoung selalu bangun ketika apartemen sudah dibereskan oleh eomma," jawabnya.

  "Baiklah kalau begitu. Sekarang, Kayoung tidur terlebih dahulu. Besok, kita ambil barang di apartemen eomma. Lusa, Kayoung masuk lagi ke sekolah, ne ?"

  "Ne, appa !"

  "Good night," ucap Kyuhyun sambil mematikan lampu kamar dan menutup pintu. Ia sangat - sangat beruntung bahwa ia tidak sendiri, Yuri masih mencintainya dan Kayoung adalah buah dari cinta di antara keduanya. Bahagia di dalam hati Kyuhyun untuk dapat memiliki seorang putri cantik seperti ibunya. Ia menyesal, sejak kehamilan Yuri, ia begitu membenci wanita itu serta anak yang dikandungnya. Kalau tahu anak yang dikandung adalah anaknya, darah dagingnya sendiri, Kyuhyun tidak akan membenci Kayoung, si gadis kecil yang manis ini.

  Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, menyelimuti dirinya sendiri. Ada bayangan Yuri sedang tersenyum di sampingnya saat ini. Ia tersenyum manis. Mata Kyuhyun yang sayup - sayup menutup itu tak lagi menahannya.

  "Aku mungkin akan kembali. Tapi, jangan berharap banyak, Kyu. Aku juga mungkin saja tidak kembali,"

  Suara Yuri terdengar tepat saat Kyuhyun memejamkan matanya. Setetes airmata jatuh dari sudut matanya, rindu dan penuh penyesalan. Di rumah sakit, Yuri terbaring koma. Sama seperti Kyuhyun, setetes airmata jatuh di sudut matanya menuju pipi. Entah apa yang ada di pikiran wanita itu saat ini, tak ada yang tahu.

***

  Sudah sebulan sejak Yuri jatuh koma, kedua insan bahagia itu dekat sekali. Kyuhyun tersenyum mengetahui Yuri belum juga terbangun dari tidurnya. Sepertinya malaikatnya yang satu itu enggan untuk terbangun di bulan ini.

  Perusahaan Yuri yang sempat kacau karena kekosongan wakil perusahaan itu kini kembali melejit di nomor satu seperti dahulu dengan bantuan Kyuhyun. Iya, untuk sementara waktu, pria itu mengambil alih perusahaan Yuri yang tidak ada CEO-nya itu. Jangan tanya kemana Co-CEO, Yuri tidak memberi hak kepada wakil untuk memutuskan apapun selama ia tidak ada. Sudah kesepakatan sejak pertama, ia hanya takut perusahaan tidak dijaga dengan baik.

  "Appa, aku mau es krim,"

  Kyuhyun tersenyum. "Kita ke kafetaria dan makan es krim vanilla kesukaan Kayoung, okay ?". Kayoung mengangguk semangat. "Ne, appa. Ayo makan es krim," sahut Kayoung semangat. Kyuhyun menggendong Kayoung dan melangkah menuju lift yang membawanya ke lantai dua puluh, lantai khusus kafetaria.

  "Tolong, es krim vanillanya satu,"

  Seorang wanita mengangguk dan memberikan satu cup es krim. Kyuhyun membiarkan putrinya mencari tempat duduk sendiri sedangkan ia membayar untuk es krim putrinya tadi. Setelah membayar, Kyuhyun mencari Kayoung dan duduk bersamanya.

  "Appa, kenapa eomma tidak bangun - bangun ?" tanya Kayoung sembari memasukkan sesendok es krim ke mulutnya. "Sebentar lagi, Kayoung. Mungkin eomma belum terbangun karena mimpinya masih sangat indah," jawab Kyuhyun sedih. 'Kapan kau akan terbangun, Yuri. Lihat, putri kita sudah merindukanmu. Sudah sebulan, jangan buat aku menunggu terlalu lama,' batin Kyuhyun sakit.

  "Kayoung, apa yang kau pelajari di sekolah kemarin ?" tanya Kyuhyun, mengalihkan topik pembicaraan. Kayoung diam sejenak dan berpikir. "Kemarin aku belajar menulis, appa. Susah sekali. Lalu, kita bermain petak umpet," jawab Kayoung ceria. "Kayoung harus bisa menulis agar bisa seperti eomma dan appa, ne ?" Kyuhyun tertawa kecil. "Petak umpet ? Kayoung bersembunyi dimana ?" tanya Kyuhyun penasaran dengan tanggapan putrinya tersebut.

  "Kayoung bersembunyi di bawah meja guru, appa. Kayoung tahu teman - teman takut dengan meja guru jadi Kayoung bersembunyi di sana," jawabnya lucu. Gadis dengan dress putih itu tersenyum dan menunjukkan deretan gigi susunya.

  "Anak appa pintar sekali," puji Kyuhyun.

***

  Sudah sebelas bulan.

  Sebelas bulan Yuri tertidur lelap. Hari ini, Kyuhyun mendapat kabar bahwa Yuri semakin memburuk kondisinya. Harapan untuk hidup sangat kecil. Ia bersama Minyoung, serta kedua orang tuanya kini berdiri di sisi tempat tidur Yuri.

  "Pilihannya adalah tetap seperti ini, atau melepaskan seluruh alat penyokong kehidupannya, Cho daepyonim. Bagi kami, sedikit sekali persentase untuk kembali membuka mata "

  Kyuhyun menatap Yuri tak tega. Hatinya tidak bisa membunuh istrinya sendiri secara tidak langsung. "Appa, eomma tidak akan terbangun ? Eomma akan pergi kan ?" tangis Kayoung, membuat Kyuhyun semakin iba.

  Ia meraih masker oksigen Yuri dan sambil menutup mata, tangannya menarik masker itu. Airmata tak kuasa ditahannya.

  "Cho daepyonim !"

  Suara itu membuatnya membuka mata.

  "Kwon daepyonim bergerak. Ia terbangun,"

  Kyuhyun menoleh ke Yuri dan melihat tangannya bergerak. Matanya terbuka perlahan.

to be continued.

Stay By My SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang