"Kau baik - baik saja ?" tanya Kyuhyun khawatir dengan sosok wanita yang berada tepat didepannya saat ini.
Yuri menganggukkan kepalanya pelan. "Dimana mobilmu, Kwon daepyonim ?" tanya pria itu. "Aku naik bus," jawab Yuri pelan. "Sebaiknya malam ini kau tinggal di apartemenku saja. Jalanan ke Gangnam ditutup karena kebakaran besar. Ayo cepat,"
Kyuhyun menuntun Yuri melangkah menuju gedung yang tak jauh dari butik itu. Pria itu memakaikan jas hitamnya ke Yuri yang menggigil kedinginan. Sudah hampir jam sembilan malam. Setelah sepuluh menit, keduanya tiba di apartemen itu. Lantai kedua dari yang paling atas.
"Keringkan tubuhmu, Kwon daepyonim. Nanti sakit," ucap pria itu perhatian sambil memberikan wanita itu sebuah handuk. Yuri menundukkan kepalanya malu dengan pria yang berhasil membuat jantungnya berdegup kencang. Wanita itu mengangguk dan masuk ke dalam kamar mandi yang ditunjukkan pria itu.
Tak lama, Yuri keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang baru saja dibelinya. Untung saja pakaian itu masih kering. Pria itu tersenyum melihat Yuri sudah dalam keadaan kering. "Cho daepyonim, terima kasih banyak sudah memberi saya tempat tinggal untuk malam ini," ucap Yuri lembut.
Pria itu menganggukkan kepalanya. "Kyuhyun saja, tidak perlu panggilan Cho daepyonim itu," ucap Kyuhyun. "Bolehkah aku memanggilmu dengan Yuri saja ?" tanya Kyuhyun. Yuri mengangguk. "Tidak masalah. Sama sepertimu, panggilan daepyonim itu tidak perlu. Terlalu formal bagiku," jawab Yuri.
"Yuri, wajahmu pucat,"
Pria itu secara tidak langsung menangkup wajah Yuri, membuat Yuri tersipu malu. "Kau yakin kau tidak apa - apa ?" tanya Kyuhyun khawatir. Yuri mengangguk. "Sudah sering seperti ini, tenang saja," jawab Yuri. Pria itu hanya tersenyum lalu mengangguk paham.
"Istirahatlah kalau begitu. Kamarmu di samping kamar mandi, di sebelah kamarku,"
Yuri mengangguk lalu melangkah masuk ke kamar itu dan beristirahat.
***
Keesokan harinya, Yuri sudah bersiap - siap bekerja dengan Kyuhyun. Iya, pria itu dijadwalkan ke perusahaan milik Yuri untuk menandatangani kontrak baru yang akan terjalin antara dua perusahaan itu. Kontrak ekskulsif lebih tepatnya, sehingga keduanya akan sering bertemu dalam acara - acara lain.
"Aku ingin mengajakmu makan siang karena sudah memberiku tempat untuk bermalam. Kau sibuk tidak, Kyuhyun ?" tanya Yuri di dalam mobil yang melaju kencang itu. Kyuhyun mengangguk. "Aku kosong hari ini. Jadwalku hari ini hanya kontrak itu denganmu," jawab pria itu.
Yuri merasa senang. Hatinya berbunga - bunga. Entah mengapa, entah apa yang dirasakannya saat ini. Kyuhyun rasanya ingin sekali mengungkapkan perasaannya ke wanita disampingnya ini. Ia tak dapat menahannya lebih lama lagi. Waktu sepuluh tahun bukanlah waktu yang cepat. Ia harus menyusun rencana untuk mengungkapkannya ke Yuri.
Mobil itu berhenti dengan sempurna di depan gedung perusahaan Yuri. Keduanya masuk bersama, memancing perhatian seluruh pegawai yang bekerja di Marchen Fantasy itu, perusahaan Yuri di bidang fashion sedangkan kini ia akan menuju ruang meeting di lantai dua puluh lima, perusahaan khusus dalam bidang kuliner.
Ketika keduanya masuk ke dalam ruangan secara bersamaan, semua yang sudah menunggu mereka langsung membungkukkan tubuh kepada kedua CEO tersebut.
"Mari kita cepat selesaikan penandatanganan kontrak ini," ucap Yuri dingin, membuat Kyuhyun tersenyum kecil, memahami sifat wanita yang hangat di dalam namun dingin dengan orang yang tidak terlalu dekat dengannya.
Kyuhyun duduk di samping Yuri dan lalu menandatangani kontrak itu dengan cepat, setelah berbincang sedikit untuk sekedar basa - basi, sebelum Yuri meninggalkan ruangan dan tak sengaja bertemu dengan seseorang dari divisi keuangan, sebelum meledak - ledak, marah besar.
"Terima kasih banyak, Cho daepyonim. Semoga kerja sama ini terjalin dengan baik,"
"Ne, saya harap juga seperti itu, Mr. Hwang,"
Keduanya melangkah keluar dari ruang meeting dan terkejut melihat sifat wanita yang terkenal banyak diam itu. "Ah, jwisonghamnida, Cho daepyonim. Sepertinya Kwon daepyonim sedang marah besar," ucap orang kepercayaan Yuri tersebut.
"Sudah berapa kali kamu melakukan hal seperti ini ? Saya sudah tegur berkali - kali ! Kalau kinerjamu selalu seperti ini dan tidak pernah bekerja dengan sungguh - sungguh, KELUAR !"
Yuri melempar kertas - kertas itu hingga beterbangan di udara. Wanita itu menundukkan kepalanya, namun hampir satu menit berlalu dan wanita itu tak bergerak dari posisi itu. Kyuhyun mencoba menghampiri.
"Yuri, kau tidak apa - apa ?" tanya Kyuhyun dari belakang. Yuri diam. "Daepyonim ? Kwon daepyonim ?" tanya Mr. Hwang dari belakang Kyuhyun. Pria itu lalu menyelipkan rambut Yuri di belakang telinganya dan langsung membantunya melangkah.
"Mr. Hwang, sa-saya tidak tahu ada apa dengannya namun ia kesakitan,"
"Cho daepyonim, maaf kalau saya lancang, namun bisakah saya meminta tolong membawa Kwon daepyonim ke ruangannya di lantai tiga puluh ?" tanya pria itu panik. Kyuhyun mengangguk. Dengan perhatian, Kyuhyun menuntun Yuri ke dalam lift, menekan tombol dengang angka tiga puluh.
"Yuri, kau baik - baik saja ?" tanya Kyuhyun panik dan cemas bercampur menjadi satu. Dibantu Hwanhee, sekretaris Yuri, pria itu mendudukkan Yuri di sofa. "Kepalaku sakit," jawab Yuri lemah. Kyuhyun memijat kepala Yuri pelan namun wanita itu semakin kesakitan. Kyuhyun duduk di sampingnya, menunggu obat yang sedang dicarikan Hwanhee.
Kepala Yuri bersandar di pundak Kyuhyun, tangannya meremas tangan pria itu kuat. Mata Yuri terpejam. "Tahan sedikit lagi, Yuri," bisik Kyuhyun lembut. Tak lama, Hwanhee datang dan membawa obat untuk atasannya yang sedang menahan sakit di kepalanya.
Kyuhyun perlahan meminumkan obat itu ke Yuri. Membuat CEO perempuan itu bisa sedikit tenang karena sakit yang menderanya tadi sudah berangsur - angsur hilang. "Cho daepyonim, saya akan mengatar Kwon daepyonim pulang untuk beristirahat," ucap Hwanhee.
Kepala pria itu mengangguk setuju. "Biarkan dia beristirahat. Tolong beritahu bahwa saya akan kembali besok," ucap Kyuhyun.
***
Gelisah.
Kyuhyun mengirimi Yuri pesan, menanyakan dimana dirinya saat ini. Jawaban Yuri adalah apartemennya di Gangnam. Maka, Kyuhyun mengetuk pintu apartemen Yuri karena sejak tadi ai sudah berdiri di depan apartemen itu.
Seorang wanita berwajah pucat membukakan pintu. "Oh.. Kyuhyun ! Kau datang ?" Yuri tersenyum kaku. Pria itu melepaskan sepatunya dan masuk ke dalam. "Aku bawakan bunga untukmu," ucap Kyuhyun sambil memberikan Yuri sebuket bunga mawar berwarna putih yang wangi.
"Gomawo, Kyuhyun,"
Yuri mempersilahkan Kyuhyun duduk di sofa apartemennya yang serba putih. Kyuhyun langsung memeluk wanita itu erat, membuat Yuri merasa nyaman seketika. Entah mengapa, ia memeluk Kyuhyun erat. Mengapa rasanya begitu nyaman hingga ia tidak ingin lepas dari pelukan itu ?
"Yuri, aku mencintaimu sejak sepuluh tahun yang lalu. Sejak kita bertemu di pesta ayahku,"
"Kau.. pria yang kucinta sejak sepuluh tahun yang lalu. Pria yang baru saja ku ketahui namanya,"
Hati keduanya terenyuh. Mereka sudah saling mencintai sejak sepuluh tahun yang lalu namun hanya diam dalam rasa canggung. Takut, malu mengungkapkan perasaan masing - masing.
Maka Kyuhyun mendekatkan bibirnya ke Yuri, mencium bibir itu lembut. "K-Kyuhyun, aku belum pernah berciuman.." kata Yuri takut. "Ikuti saja, Yuri. Santai,". Kyuhyun kembali mencium bibir Yuri, kini dibalas oleh wanita itu. Walau ragu - ragu namun keduanya menikmatinya.
"Maukah kau menjadi istriku, Yuri ?"
Yuri mengangguk lemah, sebelum bersandar di dada Kyuhyun.
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay By My Side
FanfictionKedua CEO itu akhirnya bertemu setelah dulu pernah saling mencintai dalam diam dan tak pernah mengungkapkannya ke salah satu dari mereka. Namun, salah satu dari mereka sudah memiliki kekasih yang akan menjadi pendamping hidupnya hingga mati. Apakah...