Yuri terdiam selama ini. Hanya bubur yang masuk ke dalam perutnya. Setelah terbangun dari koma, tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibrinya kecuali untuk Kayoung, putri semata wayangnya. Senyum di wajahnya menghilang, hanya ada senyum pahit yang ditunjukkan.
"Kau tidak mau makan lagi ?" tanya Kyuhyun saat Yuri mendorong lemah mangkuk berisi bubur di tangannya. Wanita itu menganggukkan kepalanya. Pria itu meletakkan mangkuk itu di atas meja dan mengambilkan segelas air dengan pipet untuk membantu sang pujaan hati meneguk airnya.
Perlahan, diteguknya air itu melalui sedotan berwarna putih. "Yuri, jangan coba untuk mengakhiri hidupmu sendiri, ne ? Aku tidak suka. Sebelas bulan kau terbaring koma. Pikirkan putrimu, perusahaanmu, dan aku. Bagaimana bisa setega itu kau sampai lupa akan segalanya ?" tanya Kyuhyun sambil mengusap pipi Yuri lembut.
Perlahan, sebuah senyuman tipis tergambar di wajah wanita itu. Sudah hampir satu tahun ia terbaring di rumah sakit dan tidur. Pria di depannya ini masih saja mencintainya dengan fakta bahwa Yuri menyakiti hatinya tidak bisa ditepis. Ia benar - benar sudah menghancurkan harapan dan hidup pria itu saat ia memilih untuk menyelamatkan nyawa Kyuhyun dengan cara menikahi Donghae dan menuruti kemauan ibu tirinya yang selalu mengancamnya sejak kecil hanya demi harta sang ayah dan orang - orang yang ada di sekitarnya.
"Aku berjanji,"
Ucapan itu sukses membuat Kyuhyun menitikkan airmatanya. Ia memeluk Yuri yang baru saja mau menjawab apa yang ia katakan. "Yuri, karena aku tahu semuanya. Aku tahu kau berusaha menyelamatkanku dari ibu tirimu dan menikahi Donghae. Aku tahu itu. Kembalilah bersamaku," bisik Kyuhyun lembut di telinga Yuri, membuat wanita itu mengangguk pelan, setuju dengan apa yang ditawarkan, lebih tepatnya diucapkan pria itu.
"Kalau begitu kau harus cepat membaik, setelah itu kau bisa mengantar Kayoung lagi ke sekolah, mengurus perusahaanmu lagi, bermain bersama di Everland. Semua yang biasanya dilakukan oleh keluarga - keluarga harmonis," Kyuhyun mengusap kepala Yuri. "Ne, aku usahakan sebaik mungkin," jawab Yuri begitu pelan.
"Tapi, Kyu.." ucapan Yuri terputus. Kyuhyun menaikkan salah satu alisnya. "Ada apa, Yuri ?" tanya Kyuhyun. Tidakkah kita seharusnya menikah terlebih dahulu ?"
Pertanyaan Yuri sukses membuat jantung Kyuhyun kembali berdebar kencang. Senyum manis terukir di wajahnya. Ia sangat sangat bahagia mendengar bahwa Yuri sendiri masih ada keinginan untuk kembali bersamanya, menjadi miliknya. "Kayoung perlu keluarga yang sutuhnya," sambung Yuri lembut.
Kepala Kyuhyun mengangguk setuju. "Kita rayakan sebesar - besarnya. Pernikahan ini akan menjadi tanda bagi kita berdua untuk melangkah menuju kehidupan yang baru, melupakan segalanya di masa lalu,"
"Kecuali segalanya sebelas tahun yang lalu," Yuri menambahkan. Kyuhyun mengangguk setuju. "Kau mau memilih gaun pengantinmu, bukan ? Kalau begitu aku akan bertanya kepada dokter," ucap Kyuhyun. "Bertanya apa ? Apakah dokter ada kaitannya dengan pernikahan kita ?" tanya Yuri bingung.
"Berperan untuk memulangkanmu dari rumah sakit secepat mungkin, Yuri,"
***
Pernikahan itu terjadi. Sebagai lambang dari rasa syukur mereka atas masa depan dan juga kehidupan yang baru. Sebagai perayaan atas bebasnya mereka dari Mrs. Kwon, ibu tiri Yuri yang beberapa hari yang lalu tewas terbunuh oleh mantan suaminya, sebelum menikahi ayah dari Yuri.
Kayoung bahagia, setelah kedua orang tuanya mengucapkan sumpah mereka untuk hidup bersama sampai mati, rumah terasa lebih menyenangkan juga nyaman. Kayoung merasakan cinta dari kedua orangtuanya.
Kemarin mereka pergi bersama ke Everland, menaiki wahana - wahana menegangkan dan menyenangkan bagi gadis berusia tiga tahun itu. Minggu lalu, Yuri mengajarkan gadis kecilnya itu cara mendesain baju serta fashion - fashion saat ini. Dua minggu yang lalu, ayahnya membawanya berkeliling kota dan berusaha membuat es krim di rumah yang hasilnya gagal total, bahkan membuat Yuri pusing sendiri membersihkan dapur.
Hari ini ? Yuri dan Kyuhyun mengajaknya ke Jeju. Menyewa mansion di tepi laut sehingga putri kecil mereka dapat bermain di pantai kapan pun. Kedua pasangan itu duduk di kursi dan besandar sambil meneguk air kelapa dari satu buah kelapa yang sama dengan sedotan, mengamati putrinya yang tertawa riang bermain air dan pasir di pantai.
"Lihat Kayoung, senang sekali melihatnya bisa berlarian bebas dan tertawa penuh semangat," komentar Yuri sambil membenarkan posisi kacamata hitamnya. Kyuhyun tertawa kecil. "Sikapnya sepertimu. Tidak bisa diam dan sangat cerewet," komentar Kyuhyun. Yuri memukul bahu Kyuhyun cukup keras. "Aku tidak banyak bicara. Ia menuruni sifat ayahnya yang terlalu banyak bercanda dan berbicara sehingga sering mengganggu orang - orang di sekelilingnya," celoteh Yuri.
"Lihat, siapa yang baru saja berbicara tanpa tarikan nafas ?"
Yuri memukul sang suami lebih keras, kesal. Baru saja ia akan mengumpat, pria itu mengingatkan Yuri dengan jari telunjuknya.
"Jangan mengumpat, Yuri. Tidak baik. Kau sudah menjadi seorang ibu, setidaknya hapus kebiasaan burukmu mengumpat terus menerus,"
"YAK ! CHO KYUHYUN !"
Yuri menghabiskan air di buah kelapa itu sebelum berdiri dan melangkah menuju Kayoung, putri kecilnya. Kyuhyun yang menyeruput kelapa itu dari buahnya dan menyadari airnya sudah dihabiskan Yuri kesal.
"KWON YURI ! Aku tidak menyuruhmu menghabiskan air kelapa !"
Pria itu berlari mengejar Yuri yang juga berlari menghindari Kyuhyun. "Terserah. Aku tidak peduli !" teriaknya. Kayoung sibuk membangun istana pasir sambil mengamati kedua orang tuanya yang berlarian di pasir seperti anak kecil.
The End.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay By My Side
FanfictionKedua CEO itu akhirnya bertemu setelah dulu pernah saling mencintai dalam diam dan tak pernah mengungkapkannya ke salah satu dari mereka. Namun, salah satu dari mereka sudah memiliki kekasih yang akan menjadi pendamping hidupnya hingga mati. Apakah...