Chapter 14

42 6 2
                                    

Warn!

---

Perlahan-lahan kepala yang awalnya terkulai itu kembali menegak. Menoleh kesana kemari berusaha menemukan cahaya.

Sayangnya seluruh tubuhnya terikat bahkan mulutnya dilakban.

Tak salah lagi, kini matanya pasti ditutup dengan kain.

"Eumhh...." Daera mulai memberontak di dalam ikatan kencangnya.

Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya aku ada di taman bersama Taehyung? Taehyung? Dimana dia? Kumohon dia biaa datang menyelamatkanku..


"Berharap Taehyung menyelamatkanmu?" dengan sekali hentakan, kain penutup mata itu ditarik.

Daera memicingkan mata berusaha beradaptasi pada ruang remang-remang yang kini ia tempati.

"Taera?" Daera menagkap sosok Taera yang berdiri sangat dekat dengan dirinya.

"Jangan panggil aku dengan mulut jalangmu!" Taera mencengkram kedua pipi Daera hingga Daera meringis kesakitan.

"Sekali lagi kau memanggilku, kau akan mendapatkan hukuman..."

Cuih!

Daera meludah di wajah Taera
"Dasar hobae tidak sopan.."

Daera tidak takut pada Taera.
"Kau!!"

Plakk!!

Satu tamparan mendarat mulus di pipi Daera.

"Apa masalahmu hah?!" emosi Daera benar-benar sudah ada di ubun.

"Kau merebut Taehyung darikuuu!!" Plakk!!

"Kau membuatnya tak memperhatikankuu!!" Plakk!!

"Padahal dirimulah yang membuat Seok Jin Oppa mati!!" dengan keras Taera menendang kurai Daera hingga kursi dan Daera terjungkal kebelakang. Daera merasakan pening yang amat sanagt ketika kepalanya terbentur lantai.

"Putuskan Taehyung dan semua ini akan selesai dengan cepat.." tawar Taera sambil menginjak dada Daera.

Daera yang masih terikat di kursi terkekeh.

"Kalau-pun aku memutuskannya dia belum tentu memilihmu.."

.
"Persetan dengan cinta palsumu..." Taera duduk di perut Daera lalu mengacungkan sebilah pisau yang tajam di tenggorokan Daera.

"Bunuh aku.. Dan buat Taehyung frustasi..". Taera terdiam.

Membiarkan hunusan pisaunya yang dingin melayang diatas kulit Daera.

"Kau ingin bermain denganku sepertinya.." ia menyeringai.

Ujung pisaunya mulai menyusuri wajah Daera dengan perlahan. Daera memejamkan mata ketika pisau itu mulai mendekati daerah kelopaknya.

Tak berapa lama Daera merasakan tangannya terebas dari ikatan yang sangat erat. Namun kesempatan yang ingin dimanfaatkan Daera untuk kabur sepertinya gagal.

Karena sepersekon detik kemudian tangan kiri Taera mencekik leher Daera erat.

"Bang...sat!" Daera berusaha mendorong tangan Taera agar melepas lehernya.

Namun cekikan Taera terasa sangat erat hingga perlahan Daera merasakan nafasnya habis.

Taera melepaskan cengkraman dirinya membuat Daera terbatuk-batuk setelah menghirup udara sebanyak mungkin.

Dengan sekali sayatan, ikatan di kaki Daera terlepas. Tapi sepertinya Daera masih mengumpulkan udara sebanyak-banyaknya. Daera mencoba berdiri walau terhuyung dan akhirnya mengandalkan tembok agar membuatnya bertahan.

STIGMA [Kth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang