Taera Pov
Gelap.
Aku mendapati tubuhku diselimuti kegelapan.Tanganku..
Entah mengapa sulit digerakkan."Ssshhh.."
Aku mencoba mengingat apa yang terjadi.Perlahan, mataku menangkap selorot sinar. Kemudian membesar hingga cukup bagiku untuk menyimpulkan bahwa aku berada disebuah kamar rumah sakit.
"Kenapa..?"
Kriieett..
"Taera?!", Pekik namja yang baru saja masuk. Kupikir ia yang menyebabkan ruanganku terang.
"Kk-kau.. kau sudah sadar?", Ia terlihat khawatir.
Aku mengangguk.
"Taehyung..",
"Ssssttt.. jangan katakan apapun. Tunggu, aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu,"Namja itu kembali menutup pintu, dan berlari. Aku hanya mengawasinya dari jendela kamar.
Bagaimana menjelaskannya? Harus kumulai darimana ceritanya?
-----
Tiga hari kemudian aku diperbolehkan pulang. Aku masih tidak mengerti kenapa aku berada dirumah sakit.
Yang kuingat, Taehyung membentakku lalu menampar pipi kananku.
Aku mengingat hal itu dengan baik.
Lalu, entah apa maksudnya, ia memelukku. Untuk pertama kalinya, ia memelukku.
Kemudian gelombang perasaan bersalah, senang, kecewa, bingung entah apalagi, menerjangku. Memburu napasku, sampai rasanya sesak. Darahku terasa dipompa ratusan kali lebih cepat. Dan gelap.
Mungkin aku pingsan setelah itu.
----
"Taehyung..",
"Hm?"Ia masih menatap jalanan, sibuk menyetir.
"Kenapa kau mau mengurusku?"
Ia tersenyum miring.Masih sama. Tampan.
"Memangnya kenapa?",
Aku mendengus."Jawab saja Tae,"
Ia terkekeh."Kalau bukan aku yang mengurusmu, siapa lagi?"
Aku terkejut.Bagaimana ia tau?
"Memangnya kau masih punya siapa disini, hm?" Lanjutnya semakin membuatku terkejut.
"Tidak, tidak ada siapapun disini." Lirihku.
Aku masih bisa melihatnya tersenyum miring meski kepalaku tertunduk."Sudahlah, nanti saja bicaranya. Kau berutang banyak penjelasan padaku,"
Aku semakin tertunduk.
----
"Ini rumahmu. Kenapa kemari?", Aku masih duduk dikursi mobil.
Taehyung menghentikan mobil didepan rumahnya. Bukan rumahku. Bukannya tadi ia mau mengantarku?
Ia mendengus sambil mengubah posisi duduknya, menghadapku.
"Masuklah,"
Aku mengerutkan kening.
"Masuklah," ulangnya."Tck,"
"Arraseo-arraseo"----
"Taera.."
Laki-laki separuh baya menyambutku. Ia berdiri dari duduk nyamannya disofa. Senyumnya merekah."Ne?"
Siapa?"Aku ayahnya Taehyung. Masuklah, tak usah sungkan.."
Aku membalas senyum hangatnya. Masih berdiri, terpaku.
"Tck! Appa, pergilah"
Taehyung Pov
Ada apa dengan orang ini? Kenapa masih disini?
Apa ia tak mendengarku?"Tck! Appa, pergilah"
Ia menggeleng pelan."Tadi sekertaris mu menelpon. Ada rapat hari ini. Pergilah, tak apa". Ia malah kembali duduk di sofanya.
"Bilang saja untuk menundanya Tae"
"Katanya sangat penting. Kau tak mungkin meninggalkannya appa.. aku yang akan mengurus Taera," aku melirik yeoja yang menatap bingung kearah kami.
"Apa-apaan itu? Ani, tunda saja Tae," ia mengibaskan tangan.
"Appa," aku menekan suaraku saat ini.
"Kumohon, pergilah
"Aku akan mengurus Taera."Ia menatapku. Menerka maksud ucapanku. Kemudian mengangguk pasrah, berdiri.
"Baiklah. Sepertinya memang sangat penting. Jaga Taera dengan baik Tae," aku hanya mengangguk.
Akhirnya...
"Duduklah, akan ku buatkan minum." Ujarku pada Taera.
----
Author Pov
"Tck, sudah kuduga. Apa ini semacam balas dendam, hem?", Yeoja itu mengangguk.
"Lalu?" Tak sabaran, Kim Taehyung terus mendesak.
"Aku.. aku hanya melaksanakan perintah ibumu melalui ibuku, Tae.."
***
Tebese:))) bentar lagi end;)
Happ end or sad?
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA [Kth]
Short Story"Bukann.. Bukan salahku! a-aku berkata jujur! Percayalah, kumohon jangan pergi.." Bohong. "Tutup mulutmu!" K-kauu.. "Kumohon.. Aku.. Aku.. " Aku menunggunya. "Aku hanya terlalu.... Bohong. Lagi.