TDOAW || Part (2)

199 29 9
                                    

Kubanting tubuh ini di atas kasur,hari yang lelahkan dan juga menyedihkan. Aku memegangi pipi kananku,masih terasa tamparan itu bahkan rasa sakitnya bukan hanya di pipi tapi di hati pun sangat terasa. Maaf,aku terlalu berlebihan.

Ponselku berdering sedari tadi. Masih setia tertera nama jimin berkali-kali. Aku hanya tak ingin berbicara dengannya. Mengingat baru saja dia memberiku hadiah yang tak pernah kusangka.

Drrrtttt.....

Drrttttt......

Drrrttttt.....

Sudah cukup aku muak!Kubanting ponsel berlogo apel dengan nomor tujuh itu ke lantai. Sial,secara tidak langsung aku baru saja membuang uang. Mau bagaimana lagi,sekali benci tetap benci.

Pintu kamarku terbuka,menampilkan sosok wanita paruh baya yang sedang menjalani peran ibu dalam hidupku. Bibi Shin.

"Nona ada telfon dari jimin-ssi."ucapnya sambil memegang telfon rumah. Arghh,apa mau mu park jimin.

"Berikan padaku!"bibi Shin memberikan telfon itu padaku dengan tangan bergetar. Bibi Shin tahu bahwa aku sedang kesal hari ini,aku sering bercerita kehidupanku padanya. Bagaikan anak yang terus mengadu pada eommanya. Miris.

"Apa mau park!"ucapku dengan kesal.

"Jebal maafkan aku,aku benar-benar hilang kendali. Kau tahu kan jika aku marah,aku tak bisa berfikir dengan jernih."lirih jimin terdengar menyedihkan,oh ayolah hani ingat dia sudah menampar mu tadi. Bahkan siapapun tak berani melakukan hal segila itu padaku.

"Baiklah aku memaafkanmu!"

"Terimakasih hani!aku sangat menci-"aku menyela ucapn jimin.

"Tapi tidak untuk hubungan kita."seketika kurasa jimin sama sekali tak bergeming. Tapi aku hanya memberinya kebebasan agar tak terjerat hubungan denganku.

"Apa maksudmu jung!!"jawab jimin dengan nada tinggi.

"Aku lelah jim,kau sangat egois. Ketika aku meminta kau menjauhi chaemin,kau menolak keras hal itu. Dan sekarang aku memberimu kebebasan,kau boleh terus bersama chaemin. Aku juga manusia jim,aku punya hati dan perasaan. Jika semua wanita berada diposisiku,mereka juga akan melakukan hal yang sama sepertiku. Terlebih aku tak tahu jelas hubungan kau dengan chaemin. Terkadang aku selalu bertanya pada diriku,siapa aku dalam hidupmu park jimin! Jika kau tak ingin bersamaku maka hari ini aku memutuskan hubungan kita!!"papar ku sedikit terisak,sedari tadi bibi Shin menepuk bahuku seolah berkata untuk tegar.

Ini bukan hal aneh lagi bagi bibi Shin,melihatku menangis karena jimin.

"Kita tidak akan selesai sebelum aku menyetujuinya!!"geram jimin yang mulai terpancing amarah. Itulah sosok yang kubenci dari dirinya. Pengatur.
"Kau egois jim!"teriakku lalu mematikan sambungan secara sepihak.

Pelukanku semakin erat pada bibi Shin,aku menangis sejadi-jadinya. Menyedihkan.

"Sudah...ini pilihan yang terbaik hani."lirih bibi Shin sambil mengusap puncak kepalaku. "Kenapa sesuatu yang menyakitkan selalu datang kepadaku!!"gerutuku masih setia menangis.

"Tenanglah,mungkin tuhan sedang menyiapkan sesuatu yang terbaik untukmu!"ucap bibi Shin menenangkanku. Kepalaku mendongkak melihat bibi Shin.

"Bibi aku punya dua permintaan,maukah kau mengabulkannya?"tanyaku ragu-ragu. "Jika aku bisa aku akan mengabulkannya"jawab bibi shin teguh.

"Bolehkah aku memanggilmu eomma?"
Ucapku membuat bibi Shin terdiam sejenak. "Tentu saja sayang."jawabnya sambil memelukku.

"Dan apa eomma mau membelikanku ponsel baru,ponselku tadi kulempar dan sekarang sudah rusak."ucapku sambil menunduk.

"Nanti eomma belikan!"seru bibi Shin. Aku pun tertidur lelap yang masih setia memeluknya.
***

Cahaya matahari menyelusup jendela kamarku. Sang surya telah naik,pertanda hari sudah pagi. Kelopak mataku terbuka,masih setia mengumpulkan nyawa. Indra penglihatanku menangkap sebuah penunjuk waktu mengarah pada angka enam. Seketika mataku membulat kaget, refleks aku berlari menuju kamar mandi.

Rambut panjangku dibiarkan terurai menjuntai. Kakiku dibalut sepatu berwarna hitam keabuan. Wajahku dioles make up tipis. Siap.

Aku menuruni tangga menuju meja makan,mataku menangkap sepasang suami istri tengah sarapan dengan tenangnya. Aku menghampiri meja makan,duduk berada jauh dari mereka. Mereka menatapku dengan intens,seolah aku tikus yang siap disantap oleh kedua kucing itu.

"Bagaimana sekolahmu hani?"tanya eomma membuka percakapan. Aku menghela nafas malas.
"Seperti biasa."jawabku seadanya.

"Lalu,bagaimana hubungan kau dengan jimin?"sekarang appaku yang bertanya.
"Kami selesai."ucapku membuat keduanya menatapku tak percaya. Mereka hanya tahu aku dan jimin berpacaran saja. Tetapi tidak dengan masalah dalam hubunganku.

"Waeyo?"tanya keduanya bersamaan.
"Kami hanya merasa tidak cocok eomma!"ujarku seadanya membuat suasana menjadi hening.

Sarapan berjalan hening,hanya suara sendok dan garpu yang beradu. Kulihat appa dan eomma hanya menunduk lesu. Aku tak tahu apa yang mereka pikirkan.
Makananku sudah lenyap dari piring. Aku beranjak pergi meninggalkan meja makan,hingga terhenti karena...

"Hani-ya!"panggil appaku,aku hanya menoleh malas. "Ne appa?"tanyaku malas.

"Minggu depan kami akan ke jepang untuk beberapa bulan."lagi,lagi,dan lagi pekerjaan sial itu menjauhkanku dari mereka. Aku hanya mengangguk lemas.

"Kau tak keberatan?" Tanya eomma memastikan. "I'm okay"lirihku seadanya.

"Kami akan menitipkanmu kepada nyonya jeon agar kau tak kesepian."ujar eomma menatapku sendu. "Ne!"jawabku lalu beranjak pergi meninggalkab keduanya. "Aku pergi dulu eomma appa!"teriakku saat di pintu.

***

Hari ini jadwalku kelas olahraga,begitu juga dengan kelas jimin. Aku satu kelas dengan jungkook dan chaemin. Sedangkan jimin satu kelas dengan taehyung dan hyuri. Olahraga hari ini adalah basket,kami para yeoja dibagi menjadi dua tim. Tim lawanku adalah tim chaemin. Sial.

Aku termasuk orang yang tak pandai dalam olahraga bola besar,jauh dengan chaemin dia adalah atlet basket yang cukup handal. Miris. Kulihat jimin tersenyum ke arah chaemin seperti memberi semangat. Aku tak pernah salah dengan keputusanku.

Prittttttt......

Lapangan basket dipenuhi teriak para yeoja. Aku berlari mengejar dayoon yang sedang menggiring bola. Shut!bola masuk ke ring tim chaemin. Tak kusangka tim ku dua kali lebih unggul dari tim chaemin. Aku akui chaemin memang atlet basket tetapi dalam tim ku hampir semuanya adalah anak basket. Kulihat wajah chaemin yang hampir frustasi karena kebobolan oleh Aerin. Tanpa kusadari bola mengarah padaku dan...

Dugggghhhh...

Bola itu tepat mengenai kepalaku. Ternyata si pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah chaemin.

Semua orang bersorak menyalahkan chaemin. Termasuk jungkook yang terus berdebat dengannya. Tiba-tiba semua yang kulihat seolah berputar,ini benar-benar pusing. Aku terus memegangi kepalaku.

"Arghhhh"teriakku kesakitan sambil terus memijat kepala. Semua pasang mata mengarah kepadaku,jungkook berlari ke arahku dengan wajah penuh keresahan. "Hani-ya apa yang terjadi denganmu!?"tanya jungkook panik.

"Kepalaku benar-benar pusing,kook!"ucapku jujur pada jungkook. "Bertahanlah ambulan sedang menuju kesini hani!"ujar jungkook sambil terus mengusap pipi dinginku.

"Jungkook!"

Bruggghh....

Tubuhku ambruk saat itu. Kulihat semua orang terpusat padaku termasuk jimin. Samar-samar kulihat jimin berlari mendekat. Kepalaku terasa berat dan pusing,aku terus memegangi kepalaku hingga akhirnya semua gelap...

***

Don't forget to vomment<3<3

The Disappointment Of a WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang