TDOAW || Part (1)

232 28 17
                                    

Langit di kota seoul hari ini sangat cerah,
tapi semua itu terasa hampa bagiku. Rasa sakit di hatiku masih menjalar ke seluruh tubuh ini. Bagai besi berkarat yang terus ditorehkan olehnya. Hati ini masih diambang jurang saat ini, aku sangat ingin meninggalkan jimin tetapi ada sebuah dorongan yang memaksaku agar tidak melakukan hal itu.

Penerangan koridor sekolah masih gelap. Kaki ini terus berjalan hingga dia berhenti ketika mata ini melihat sepasang insan sedang berpelukan. Lagi, lagi dan lagi aku harus melihat semua ini, bagai deja vu yang terus berputar tiada henti.

Aku berjalan melewati keduanya. Niatku sudah tepat ingin mengakhiri hubungan ini. Sudah cukup diriku menjadi orang bodoh selama ini.

"Hani!" panggil seseorang, aku pun memberhentikan langkahku dan menoleh. Jimin.

"Nde?" lirihku sepelan mungkin. Mata ini berusaha menahan liquid bening yang ingin tumpah membasahi pelupukku. Kepalaku tertunduk lemas.

"Kau kenapa?" tanya Jimin, jari telunjuknya mengangkat daguku perlahan.

"Gwaenchana!" ucapku sambil menepis tangan Jimin dengan halus.

"Baiklah, kau mau sarapan dengan 'kami'?" tanyanya membuatku meringis dalam hati.

"Tidak! aku sudah sarapan." jawabku dengan cepat,aku tahu kalau Chaemin juga akan ikut.

Tanpa pamit aku sudah pergi meninggalkan keduanya. Pagi yang menyenangkan bisa mendapatkan luka seperih ini. Baik aku terdengar berlebihan, tapi bagaimana perasaanmu jika berada di posisimu? menyedihkan.

Tibalah diriku didepan kelas tak jauh dari sana ada sosok pelindungku. Dia kembali, aku sangat merindukannya. Ingin air mata di pagi hari ini aku tumpahkan padanya. Tapi dia lah yang membuatku tegar seperti ini.

"Good morning princess!"

"Morning, idiot!" balasku sambil mengejek.

"Hei! Yang idiot itu kau, bodoh!" ucap Jungkook sambil melipat tangannya kesal. Aku terkekeh kecil melihat tingkahnya.

"Jadi aku ini idiot atau bodoh?" tanyaku sambil menahan tertawa melihatnya kesal.

"Up to you!"balas jungkook yang membuatku gemas.

"Kkkk,inggris kau lumayan.Darimana kau belajar heum?" tanyaku mengalihkan topik

"Aku ini pintar,jadi aku belajar sendiri!"

"Ouhh,tapi kudengar Namjoon sunbaenim sering ke rumahmu untuk mengajari kau bahasa inggris."ucapku membuatnya salah tingkah,benar-benar menggemaskan.

Aku berjalan menuju mejaku, tas jungkook sudah tergeletak rapi disana.
Ya aku duduk bersama Jungkook,sampai saat ini aku masih tak ingin memiliki teman.

Satu persatu para murid berdatangan mengisi bangunan tua ini. Sambil menunggu bel masuk berbunyi aku selalu menyendiri di rooftop. Disana lah tempat ku mengadu. Hanya angin yang menjadi saksi bisuku setiap aku menangis,marah, dan merasa kesal.

"Apa aku sangat jelek sehingga dia berpaling padaku?apakah aku sangat bodoh hingga dia pergi dariku?apakah aku ini begitu buruk sampai dia merasa bosan kepadaku?"teriakku bermonoton.

"Kau cantik,sangat cantik sampai membuat bunga pun layu akan kecantikanmu. Kau sangat pintar,hingga IQ mu terlalu banyak dalam otakmu. Kau sangat baik,sampai membuat hati semua orang terluluhkan oleh kebaikanmu,termasuk aku,"tegur seseorang di belakangku.

"Kenapa kau selalu mencampuri kehidupanku!"ucapku merasa kesal.

"Karena aku menyayangimu."

"Pergilah!aku sedang tidak ingin mencari masalah,"jawabku mengusirnya.

The Disappointment Of a WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang