TDOAW || Prolog

396 34 8
                                    

Kumasukan semua buku ke dalam tas. Rasa lega tumbuh di hatiku. Akhirnya semua sudah selesai. Kugendong tasku lalu pergi meninggalkan kelas.

Kaki jenjangku terus berjalan melewati koridor sekolah. Tak jauh disana ada seseorang yang sangat kurindukan. Kulihat bibirnya mengukir senyuman tipis dan dibalas dengan senyuman tulusku.

Kulajukan kaki dengan cepat agar kubisa segara memeluknya dengan erat. Tinggal beberapa langkah lagi, seseorang memeluknya dengan erat dan sialnya dia membalasnya tanpa ragu.

Dia Park Jimin,kekasihku yang sangat kucintai. Selama 3 tahun aku menjadi kekasihnya dan selama itu juga dia selalu menorehkan luka dihatiku bersama 'dia'.

Kim Chaemin, perempuan yang selalu bersama Jimin setiap saat. Mereka bagaikan sepasang kekasih yang sangat dekat. Tapi disini akulah yang menjadi kekasih Jimin bukan Chaemin. Mereka selalu mengatakan bahwa hubungannya hanya sebatas sahabat.

Aku melajukan langkahku melewati dua insan itu. Menangis dalam diam itulah hobiku. Mataku dan mata jimin sempat bertemu tapi cepat-cepat kupalingkan wajahku. Kulihat ekspresi jimin hanya memasang wajah datar, seolah tak merasa bersalah atas perlakuannya. Dan sialnya dia tak mengejarku bahkan mengabaikanku. Oh well itu sudah biasa.

Sampailah diriku di parkiran,kulihat Jungkook sudah menungguku dengan motornya. Aku hanya memasang senyuman miris di wajahku. Dia sudah tahu ini adalah senyuman palsu yang selalu kupasang untuk menutup lukaku.

Jeon Jungkook sahabatku sejak kecil. Dia adalah teman satu satunya di sekolahku. Aku selalu bersamanya saat Jimin tidak ada. Bukannya aku memilih teman,namun enggan aku untuk tersakiti lagi karena teman. Dan sekarang di hidupku hanya ada Jungkook dan Jimin. Bahkan orangtuaku diambil oleh pekerjaannya, perkerjaan mereka seolah berkata untuk menjauhiku. Mungkin tuhan sangat sulit untuk memberiku kebahagian walau hanya sesaat.

"Jung Hani!" panggil Jungkook membuyarkan pikiranku, cepat-cepat aku menghampirinya.

"Hai kookie-ya." sapaku berusaha untuk tetap ceria di depannya, aku tahu itu hanya sia-sia.

"Bagaimana harimu?" tanya Jungkook yang sangat perhatian. Bahkan Jimin pun tak pernah menanyakan kabarku, harus selalu aku yang memulainya duluan.

"Baik, seperti biasa," jawabku sambil tersenyum miris.

"Kau pintar sekali dalam berbohong sayang," celetuk Jungkook seraya mengusap puncak kepalaku.

"Itulah kehebatanku," ucapku mantap sambil memukul lengannya.

"Gadis bodoh! Kajja kita pulang," ucapnya menarik tanganku, tetapi aku menahannya.

"Shirreo!"

"Waeyo?"tanya Jungkook bingung.

"Kau lupa?" ucapku sambil mengingatkannya. Dia begitu pelupa.

"Mwo? Ah! aku ingat ayo kita makan!" akhirnya dia mengingatnya, berhubung aku sangat lapar.

***

Kami sampai di cafe dekat sekolah, berhubung ini dekat sekolah jadi banyak siswa yang berdatangan. Aku dan Jungkook memilih meja dekat jendela.

"Kau ingin makan apa nona Jung?" tanya Jungkook begitu manis, bahkan aku tak bisa memalingkan wajahku saat mata ini melihat gigi kelincinya sangat lucu itu.

"Seperti biasa tuan Jeon," jawabku meniru nada suaranya. Kami berdua tertawa.

Jungkook bangkit dari kursi dan pergi menuju kasir untuk memesan makanan kami. Kulihat semua pelayan disini memandang Jungkook dengan tatapan kagum. Siapapun takkan bisa menolak pesonanya, termasuk aku.

The Disappointment Of a WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang