TDOAW || Part (3)

183 28 6
                                    

Perlahan kubuka mataku,mencium bau ruang obat-obatan. Kepalaku masih terus berdenyut pusing. Pening ini masih menjalar ke seluruh kepalaku. Yang pertamaku lihat adalah jimin. Dia tersenyum kepadaku. Mungkin terpaksa.

"Kau sudah bangun sayang."ucap jimin dengan nada lembut. Boleh aku jujur?aku masih mencintai jimin sampai detik ini. Tak bisa kupungkiri rasa itu.

"Dimana jungkook?"tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Kau ingin sesuatu hani?"jawab jimin yang sama sekali tak mengindahkan pertanyaanku. "Dimana jungkook?"tanyaku lagi.

"Kau ingin minum chagi?"sambil membawakan ku segelas air,cepat-cepat ku tepis tangannya. "Kau ini tuli atau bagaimana sih?aku tanya dimana jungkook!"geramku mulai emosi.

"Aku tidak tahu!"geram jimin menahan emosinya. Aku sengaja melakukannya agar dia segera meninggalkan ruangan ini. "Aku disini sayang!"sambut jungkook sambil tersenyum,dia segera memelukku. Aku semakin mengeratkan pelukanku. "Kook,kepalaku benar-benar pusing. Rasanya seperti ada yang pecah dalam kepalaku. Ini sangat sakit jungkook!"aduku pada jungkook sambil terus memeluknya dengan erat,bukannya manja tapi yang kukatakan tadi adalah kenyataan. Semua yang kulihat seolah berputar.

"Tidak apa apa sayang,itu hanya efek karena benturan bola basket sialan itu!"jawab jungkook seraya terus mengusap dan mengecupi puncak kepalaku. Kulihat tangan jimin terus terkepal sejak tadi. Wajahnya seperti menahan puncak amarah. Aku terus bersorak riang dalam hatiku,entah apa penyebabnya.

"Kookie!"panggilku masih dalam dekapannya. Dia hanya begumam sebagai balasannya. "A-aku lapar kook!"ucapku sambil menahan rasa malu. "Baiklah kau tunggu disini,aku akan membelikan bubur di kantin."ujar jungkook kembali mencium kepalaku lalu pergi ke kantin.

Aku mengambil buku di nakas,aku tahu itu buku kedokteran tapi tetap saja kuambil. Aku hanya membuka tutup lembar-lembar berikutnya,lebih baik seperti daripada harus menatap bajingan itu. Jung hani jaga bicaramu,kau ini selalu benar dalam mengumpati orang.

Hening sejenak

"Sayang?"panggil jimin,merasa tidak disebut kenapa harus menoleh. Aku terus membaca bukuku.

"Chagi-ya!"panggilnya lagi.

"Jung hani!"panggil jimin dengan kesal menutup buku yang tadi kubaca. Ralat! Buku yang tadi aku mainkan.

"Mwoya?"jawabku dengan santai. "Sejak tadi aku memanggilmu,kenapa tidak menjawab!"ucap jimin yang masih terlihat kesal. Well,apa salahku memang aku baru dipanggil.

"Kau baru memanggilku jimin-ssi."sahut ku tanpa memperdulikannya. "Hentikan kebodohan ini hani,aku ini masih kekasihmu!"ucapan jimin benar-benar menguji amarahku.

"Cukup jimin! Sekarang kau adalah kesalahan terbesarku,seharusnya aku tidak menerimamu saat itu. Aku memang bodoh karena sudah mencintaimu tanpa balasan,aku terhanyut dalam kasih sayang palsumu itu brengsek!"ucapku yang sudah emosi.

"Jaga kata-katamu jung! Aku masih mencintaimu,dan masih kekasihmu!"ujar jimin naik pitam. "Cihhh,simpan kata-kata manismu untuk gadis yang selama ini dalam hatimu itu. Bahkan aku merasa jijik menyebut namanya!"tutur dengan jujur.

"Dia juga sahabatmu hani!! Jangan lupakan hal itu!"tegur jimin mengingatkan ku.

Ya,dulu aku dan chaemin adalah sahabat yang sangat dekat. Sejak sekolah menengah aku bersahabat dengan chaemin. Kami begitu dekat dan akrab. Saat itu temanku hanya chaemin,dia adalah orang yang menggantikan orang tuaku dan jungkook ketika tidak ada mereka. Aku takkan melupakan kenangan manis itu,dan juga takkan lupa kenangan pahit didalamnya.

Saat kami kelas tiga di sekolah menengah chaemin memiliki kekasih bernama hansol,mereka begitu cocok satu sama lain. Aku juga turut dalam pendekatan keduanya. Sebenarnya chaemin sudah menyukai hansol sejak pertama bertemu di masa orientasi siswa. Dia memintaku untuk mencari tahu semua tentang hansol. Bahkan dia menyuruhku untuk berteman dengan hansol,agar lebih jauh mengenalnya. Aku terpaksa menuruti keinginan sahabatku itu.

The Disappointment Of a WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang