Chapter 5

1.1K 137 4
                                    

Taehyung Pov's

Aku melihat mata Jimin dengan dalam, dia mau aku makan siang dengannya?

"Hm.. Ya, aku kosong" Jimin mengangguk dan tersenyum, ia menghampiri ku dan mengelus kepala ku pelan dan berlalu. Apa semua orang ditakdirkan untuk membuat jantung seseorang yang lain berhenti seketika? Perlakuan halus yang aku dapat dari Jungkook dan Jimin contohnya. Persetan dengan mereka berdua.

>>>

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh, mengingat aku akan pergi dengan Jimin, aku harus mencari baju yang cocok dengan diriku. Tidak terlalu mewah dan tidak terlalu sederhana. Casual? Ya. Ya. Aku harus menggunakan pakaian dengan gaya casual.

Aku terus mengobrak abrik semua pakaian ku di lemari, rasanya semua pakaian ku tidak ada yang pas? Hingga ibu ku datang. Ia masuk dan duduk di tepian tempat tidur ku.

"Kau mencari apa?"

"Baju"

"Untuk apa?"

"Untuk makan siang bersama Jimin"

"Uwaaa, kau benar-benar berkencan dengannya Tae?"

"Ibu hentikan omong kosong itu. Aku dan Jimin hanya sebatas teman. Atau mungkin hanya sebatas orang asing?"

"Ayo kita cari baju yang pas untuk mu, aku yakin ini aka menjadi momen yang sangat luar biasa antara kau dan Jimin"

"Ibu, aku bilang hentikan" dia hanya tertawa kecil dan menghampiri lemari ku.

Setelah memilih beberapa baju ibuku melihat sebuah berlian dalam lautan yang dalam. Matanya berbinar dan celana ripped jeans dengan kemeja putih polos menjadi pilihannya untukku.

"Pakai ini, gerai rambut mu, gunakan make up natural, kau pasti akan sangat terlihat sempurna" aku mengangguk, langsung aku pakai pakaian itu

Saat aku keluar dari kamar, ibu melihat ku dengan senyumnya yang lebar. Aku bersumpah aku merindukan senyum lebarnya yang khas.

"Tunggu disini" ibu ku berlarian ke bawah, juga karna aku tidak suka bagian depan kemeja itu yang panjang, aku memasukkannya kecuali bagian yang belakang. Juga lengan baju ku yang ku gulung sampai siku. Aku melihat diriku di kaca sambil merapihkan rambut ku dan kemeja yang lumayan besar untuk ku.

"Pakai ini" dia menyodorkan heels berwarna hitam yang tidak terlalu tinggi. Aku menolak. No. Aku tidak akan menggunakan heels itu.

"Aku tidak mau pakai ini, aku ingin menggunakan sepatu ku saja" ibu ku memicingkan matanya dan mengambil lagi heels yang ia sodorkan pada ku.

"Kau akan terlihat biasa saja di depan Jimin, lihat nanti" aku tertawa dan memegang pundaknya

"Bu, aku tidak ingin terlihat istimewa di matanya. Aku ingin menjadi diri ku sendiri dan menggunakan apa yang menjadi style ku selama ini, maaf aku tidak bisa menerima heels mu. Hanya saja itu bukan gaya ku bu" Ibu ku mengangguk pasrah, dia sangat melebihi dari sekedar tokoh ibu.

"Bersenang-senang lah" aku keluar dari kamar ku. Tepat saat Jimin dan ayah ku mengobrol dengan tawa. Mulut ku tertarik untuk tersenyum, sial! Pemandangan ini terlalu langka dan menyenangkan.

Mata ku terus terpaku pada Jimin dan senyumnya. Aku bersumpah mungkin aku jatuh cinta pada senyumnya. Atau orangnya?

"Sayang, apa yang kau lakukan disini? Jimin belum..." aku terbangun dari lamunan ku, astaga Jimin melihat ku dengan tatapan mautnya. Aku menoleh pada ibuku dan menutup muka ku

"Bu, aku bersumpah kali ini aku sangat malu" aku berbisik, sepertinya dia takkan bisa mendengar ku. Yang aku bicarakan sangatlah kecil.

"Apa? Malu? Malu kepada siapa?" Mati. Wajah ku semakin panas. Rasanya aku ingin segera pergi kekamar dan bersembunyi di bawah selimut.

"Apa kau malu pada Jimin? Kau terlihat sangat luar biasa cantik hari ini sayang" ayah. Aku mohon jangan memuji ku seperti ini.

"Ya, kau terlihat sangat luar biasa cantik Tae. Hm.. apa kau mau terus menerus membuang waktu? Ayo kita pergi sekarang" aku menarik nafas ku dalam dan mulai melihat Jimin dengan senyumnya. Aku turun dan berpamitan pada ibu dan ayah ku, aku hanya bisa menunduk. Aku tidak berani melihat wajah Jimin kali ini. Tanpa tau apa sebabnya.

"Kau bisa tersandung sesuatu Tae, lihatlah kedepan" tangan ku digenggamnya?! Bilang ini mimpi! Ini mimpi! Ya! Ini mimpi kan?! Aku ingin segera ini berakhir. Apa yang terjadi hari ini aku mohon hentikan! Dia membukakan pintu mobilnya untuk ku. Astaga! Bisakah aku bangun sekarang?! Mimpi ini sungguh keterlaluan indah.

"Kenapa kau selalu menunduk? Apa yang kau cari?" Aku menoleh padanya yang sungguh luar biasa dekat dengan wajah ku. Aku memundurkan kepala ku dan mengedipkan mataku berkali-kali. Aku menggeleng dan melihat ke depan, dia hampir membuat ku serangan jantung.

"Kau tampak sangat grogi, santai saja Tae! Aku tidak akan menyakiti mu" aku mengangguk tanpa sepengetahuannya.

>>>

Aku dan Jimin sudah sampai ke tempat makan siangnya, aku yang berdiam diri sepertinya membuat Jimin harus memaksa mataku bertemu dengan matanya

"Kita sudah sampai cantik, kau harus turun. Atau aku tuntun?" Aku pun langsung turun dan menutup pintu mobilnya. Aku yang terus menunduk memberanikan diri untuk melihat keliling, tangan ku merasakan sesuatu. Tangan Jimin. Yang dingin. Menggengam tanganku.

"Kau baik-baik saja jika aku menggenggamnya kan?" Aku mengangguk ragu, lalu Jimin menarik tangan ku dan kami masuk ke tempat itu.

>>>

Aku duduk berhadapan dengan Jimin. Sungguh kali ini aku tidak bisa mengatur detak jantungku untuk kembali normal.

"Kau terlihat sangat gugup, apa aku benar?" Aku tersenyum kecil, Jimin melihat sekitar dan menaikkan alisnya.

"Untuk masalah tadi malam.."

"Aku sudah bilang pada mu lupakan saja" aku menyangganya, dia mengangguk pelan dan menunduk

"Aku tidak mau terlibat apapun lagi pada mu setelah makan siang yang aku tidak tau untuk apa ini selesai" Jimin langsung melihat ku dengan tatapannya yang tajam

"Maksud mu?"

"Ya... ya aku memutuskan untuk tidak akan mencampuri urusan mu lagi" Jimin mengangguk dan tertawa kecil

"Apa kata-kata ku cukup lucu untuk mu?" Dia mengangguk lagi dan tertawa semakin kencang, aku melihat sekitar ku dan mereka menatap kami dengan penuh tanda tanya besar di kepala mereka.

"Jimin hentikan!" Kata ku pelan

"Apa? Hentikan? Haha! Kau lucu!" Suara tawanya membuat ku takut dan kemudian dia berhenti dan mulai menatap ku tajam. Lagi.

"Kau tidak akan bisa lepas dari urusan ku, karna kau adalah tetangga ku" apa maksudnya itu? Kalau aku tetangganya lalu kenapa?

"Lalu apa urusannya Jim? Tawa mu mengerikan dan itu cukup membuat ku takut" seperti tersambar petir Jimin menggeleng dan melihat ku dengan tatapan lembutnya, ini membingungkan. Ada apa dengannya? Kenapa ia bisa berubah secepat itu?

"Maaf kan aku karna aku membuat mu tidak nyaman" aku bangun dari duduk ku dan pergi ke toilet. Aku berjalan dengan cepat dan melihat cermin besar yang ada disana. Aku menyisir rambut ku dan memejam kan mataku untuk beberapa saat.

"Apa yang salah padanya Tae?" Tanya ku pada diriku sendiri, sungguh ini menakutkan. Ini pertama kalinya aku melihat Jimin tertawa seperti itu. Aku melihat arloji ku dan menghembuskan nafas ku berat.

Setelah aku merasa cukup tenang aku keluar, namun saat aku keluar dari toilet aku memundurkan langkah ku. Aku menelan saliva ku dengan susah payah. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Langsung aku berlari keluar mencari taxi yang bisa mengangkut ku pulang ke rumah. Tapi tidak ada satu pun yang lewat di depan ku, aku berlari sekuat tenaga, apa yang aku lihag cukup membuat ku Shock.

Bruk!

Aku menabrak seseorang, dan aku menunduk untuk minta maaf. "Tae?" Suara ini? Jungkook.

To Be Continue.

Save Me | MinV ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang