Chapter 14

532 73 5
                                    

Taehyung Pov's

"Jika aku boleh tahu, apa alasan ibumu pergi?" Aku bertanya dengan hati hati, aku akan merasa bodoh dan kesal jika pertanyaan ku justru membuatnya semakin sedih.

"Sebenarnya kejadiannya sangat tidak disengaja" dia menarik nafas dan menatap ku. "Ayah ku adalah penyebab utama" apa?

"Ayah ku adalah orang yang keras, begitu pemarah dan tidak sabaran. Dulu aku sering kena marah hanya karna aku melakukan kecerobohan" sekarang aku tahu penyebab dia begitu keras pada seseorang. Dan kenapa dia sangat sensitif.

"Aku dibesarkan dengan lingkungan yang keras, perjudian dan minuman keras adalah hal yang biasa dalam lingkungan ku, bahkan seks bebas" Jimin yang malang, aku menyatukan tangan ku dan mengelus tangannya.

"Aku lebih sering di pukul jika tidak menurut, karna terlalu sering hidung ku selalu mengeluarkan darah. Ibuku selalu menangis jika membela ku di hadapan ayah, sebenarnya aku baik baik saja. Tapi dia terus membela ku hingga ayah ku tidak berhenti memukuli ibuku hingga malaikat pencabut nyawa datang dan mengambilnya dari ku selamanya" tanpa sadar air mataku turun, ceritanya begitu menyakitkan.

"Aku turut berduka" Jimin melihatku dan tersenyum, ia menghapus air mataku dan mengusap kepala ku

"Kenapa kau menangis? Aku baik baik saja" aku seperti bocah empat tahun yang sangat sedih tidak dibelikan balon dan permen kapas. Memalukan

"Lalu bagaimana dengan ayah mu?" Jimin kembali menarik nafasnya "dia mendekam di penjara, jika ku hitung baru satu tahun dari masa tahanannya yang seumur hidup itu" aku mulai berfikir, apa dia tidak trauma? Apa dia tidak ketakutan?

"Kau ingin pulang?" Aku mengangguk dan aku menunggu bersama Jimin di halte bus dengan sabar.

>>>

"Kau dari mana saja? Aku tidak bisa menghubungi mu" aku hanya melihat Jin dengan senyum yang luar biasa lebar.

"Ada apa? Kenapa kau tersenyum seperti itu? Mengerikan" aku duduk di tepian ranjang dan mengajaknya bergabung "aku baru saja melihat ibu Jimin"

"Apa? Kapan?" Sungguh aku tidak bisa melepaskan senyumku "tadi, aku melihatnya begitu indah dengan nisan yang bagus" Jin diam, pasti dia terkejut.

"Iya, ibunya sudah meninggal. Dan aku adalah orang pertama yang ia ajak kesana" Jin tersenyum padaku dan mengelus pundak ku

"Dia sangat kehilangan, dan kau jangan terlalu keras padanya" aku mengangguk, saat aku menoleh ke balkon Jimin sedang tersenyum padaku, aku membukakan pintu untuknya dan mepersilahkannya masuk.

"Sedekat itu kah jarak balkon kalian hingga kau bisa melompatinya?" Jimin hanya tertawa, jika aku ingat, ini adalah pertama kalinya aku mendengar suara tertawa Jimin semenjak aku kenal dengan dia. Ya dia sangat dingin, tahu kan?

"Sangat dekat" Jimin duduk di sebrang tepian ranjang, dia melihatku lurus. Dia seakan ingin mengatakan sesuatu tapi aku tetap merasa waspada jika sedang berdua dengannya.

"Bagaimana bisa kau bersama temen ku ini? Kau menemukannya?" Jimin melihat Jin dan kembali tersenyum "aku tidak akan membiarkan wanita ketakutan jika sedang terancam"

Jimin melihatku, tapi aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa melihat matanya itu. "Kau kenal dengan penculik Taehyung?" Jimin kembali melihat Jin dan mengangguk. "Begitulah"

"Jangan bilang kau berkomplot dengannya untuk menyakiti sahabat ku?!" Jimin menggeleng cepat, wajahnya polos dan itu membuat ku tertawa.

"Aku hanya kenal dengannya, dia pernah membuat masalah dengan ku. Aku bukanlah tipe orang yang akan diam saja jika seseorang mengusik ku, aku membalasnya dan dari situ dia tidak pernah berani dengan ku" masalah seperti apa? Hingga takut? Dia bercanda?

"Tidak Tae, aku tidak bercanda" sebegitu terlihat kah wajahku saat menanyakan hal itu di didalam hati ku? "Jika aku di tampar seseorang, maka orang itu yang akan minta maaf. Percaya padaku" tapi jika di ingat lagi, aku tidak pernah meminta maaf padanya. Malahan dia yang meminta maaf padaku

"Kecuali perempuan" oh, aku kira semuanya. Jin melihat ku seakan -aku-ingin-pergi-kau-baik-?- aku mengangguk dan dia meninggalkan ku berdua

"Kau kosong malam ini?" Aku beralih ke Jimin, saat aku diam dan berfikir Jimin menghampiri ku dan menutup jarak. "Jika sudah menemukan jawabannya, panggil aku" langsung ia pergi dan meninggalkan ku disini dengan detak jantung yang kembali tidak beraturan, dia terus saja membuat ku seperti ingin mati. Persetan dengan Jimin dan segala tingkah laku manisnya.

>>>

"Kau mau kemana?" Ibuku menghampiri ku dan memperhatikan ku yang sedang mengacak ngacak isi lemari ku. "Tidak tahu, Jimin mengajak ku keluar" seketika aku merasakan tubuh ibuku dengan sibuk mencarikan sebuah baju yang cocok untuk ku, kenapa dia yang begitu semangat?

"Kalian mau pergi kemana? Jika makan malam lebih baik kau menggunakan dress" apa dia baru saja menjadi fashion guru? Wow.

"Aku tidak tahu ibu, aku tidak ingin terlalu mencolok" kataku kembali mencari baju. Seketika ponsel ku berdering dan menunjukkan nomor yang tidak di kenal. Aku pun mengangkatnya dengan takut.

"Ini aku, kau sudah siap?" Oh ini Jimin, tunggu! Dia tahu nomor ku dari mana?

"Tapi, jika aku boleh tahu, kemana kita akan pergi?" Aku menunggu dengan sabar.

"Aku hanya ingin mengajak mu makan malam, juga berkeliling" itu lucu, dan sangat manis. Tapi apa? Aku tidak seharusnya memikirkan itu.

"Baiklah, berikan aku waktu setengah jam. Boleh?" Jimin tidak menjawab, apa itu terlalu lama?

"Ya, tidak masalah. Pergunakan waktu mu dengan baik" dengan itu aku mematikan sambungannya dan dengan cepat mencari kembali baju yang pantas ku gunakan

"Jadi kemana?" Astaga! Aku lupa jika masih ada ibuku disini, aku segera memberitahunya dan dia memberikan aku sebuah celana jeans dan satu set baju dengan outer. Ini bagus.

"Terimakasih" aku segera mengganti baju ku, setelah selesai berganti baju aku dengan buru buru melakukan make up. Astaga! Susahnya menjadi perempuan.

"Kau sudah selesai? Tetangga mu sudah berada di bawah" aku semakin panik dan dengan cepat aku menggunakan jam tangan ku. Aku akan membereskan meja rias ku nanti. Aku kembali bercermin dan dengan itu aku segera pergi ke bawah. Melihat Jimin sedang menunggu ku dengan bosan. Apakah aku terlalu lama?

"Apa aku membuat mu menunggu lama?" Jimin langsung berdiri dan menggeleng, ibu dan ayah ku keluar dan tersenyum padaku. "Bersenang senanglah" kata ibuku, Jimin membungkuk dan mengambil tangan ku untuk dia gandeng, dia menuntun ku hingga ke mobilnya dan aku masih tidak bisa mengatur detak jantung ku dengan benar.

Aku tersenyum padanya saat ia membukakan pintu mobilnya untuk ku, sial!

"Terimakasih" kata ku sambil masuk, aku melihatnya berlarian dan duduk di kursi pengemudi, Jimin dengan balutan kemeja putih dengan dua kancing yang ia biarkan terbuka dan lengan yang digulung sampai ke siku membuat ku semakin tidak tenang.

"Kau terlihat gugup sayang"

To Be Continue..

Save Me | MinV ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang