Chapter 28

379 45 1
                                    

Taehyung Pov's

Aku terdiam, lalu Jimin berdiri disamping ku dan tersenyum. "Aku mengutipnya dari sebuah film, dan aku fikir itu cocok untuk mu" aku mengangguk pelan. Kapan dia mempunyai waktu hanya untuk menonton sebuah film? "Kau mau pulang?" Aku mengiyakan dan kami pulang ke rumah.

>>>

Aku masuk kedalam rumah dan melihat Jin sedang menghubungi orang tuanya. "Tidak bu! Stop! Aku tidak akan melakukannya lagi!" Jin langsung mematikannya seiring aku menghampirinya. "Jin, kita harus bicara" Jin menatap ku penuh tanda tanya.  "Apa yang kau sembunyikan dari ku?" Dia menarik nafasnya "apa yang sedang kau coba tanyakan padaku? Aku tidak pernah menutupi sesuatu dari mu" oh ayolah! "Kau selalu menghindari ku saat aku bertanya padamu tentang kekasih mu, jika kau merasa kau belum bisa menceritakannya, kau bisa mengatakannya padaku! Aku hanya ingin tahu apa dia baik atau tidak untuk mu! Aku tidak ingin kau mendapatkan seseorang seperti Namjoon" Jin menatap ku sambil berkaca kaca

"Kau tahu alasannya Tae! Aku belum bisa menceritakan banyak tentangnya padamu, aku harap kau paham" aku menghembuskan nafas ku berat. Itu lebih baik dibandingkan dengan menghindar. "Aku paham jika kau mengatakannya" dengan begitu aku pergi ke dapur. Meminum segelas air, semuanya terasa begitu aneh.

>>>

Saat makan malam, Jin dan aku makan bersama di ruang makan. Hanya ada dentingan piring yang beradu dengan sendok dan garpu. "Aku harus pulang malam ini" katanya tiba tiba, "berhati hati lah" dia mengangguk padaku dan tersenyum. "Dengar Tae! Aku tidak suka suasana seperti ini, aku akan menceritakan semuanya padamu saat waktunya sudah tepat" aku tidak marah, "apa aku terlihat sedang marah padamu?" Jin terdiam dan berdiri, meninggalkan ku. Sial!

>>>

Sebuah deringan alarm membangunkan ku dari sebuah mimpi, waktu sudah menunjukan pukul delapan pagi dan aku harus pergi ke universitas. Segera aku mandi dan bersiap untuk ke universitas. Aku mengambil baju dan menggunakannya cepat. Beberapa saat ponsel ku berbunyi, Jungkook menghubungi ku. Astaga! Apa yang harus aku katakan padanya? Suasana kami pasti sangat canggung. "Halo" sapa ku, aku duduk di tepian ranjang dengan tidak tenangnya. "Oh! Halo!" Aku tersenyum, pasti dia baru sadar jika kami sudah terhubung. "Ada apa Kook?" Tanya ku, "kau mau berangkat bersama ke universitas?" Benarkah? Mengajak ku bersama?

"Jika kau tidak keberatan" setelah itu dia mengiyakan dan mematikan sambungannya, aku mengambil beberapa barang yang ku perlukan dan turun kebawah, menuju dapur untuk mencari air. Aku lebih sering haus akhir akhir ini. Seseorang mengetuk pintu ku, aku berlarian untuk membukanya dan melihat Jimin dengan senyumnya, "kau sudah sangat siap pergi ke universitas?" Aku mengangguk dengan semangat. "Mau ku antar?" Aku menggeleng, "aku akan di jemput Jungkook, tidak apa?" Jimin mengangguk dengan santainya. "Dia tidak marah padamu, aku tidak akan masalah" dia menyerobot untuk masuk ke rumah ku, duduk di sofa dan menatap televisi.

Aku menatapnya dan melihat ada sebuah perubahan di dirinya, "wow! Lihat siapa yang mengganti warna rambutnya? Dia adalah Park Jimin" aku menghampirinya dan menyentuhnya, memainkannya, mengusapnya, dia terlihat sangat tampan dengan rambut berwarna cokelat barunya. "Kau sangat tampan dengan warna rambut ini" Jimin menoleh dan tersenyum, ia memegang tangan ku dan menggenggamnya, "benarkah? Aku tidak yakin" aku menatapnya bingung, biasanya dia percaya diri. Kenapa sekarang tidak? "Tentu! Park Jimin-ku sangat tampan dengan rambut cokelatnya" dia membuang mukanya dan berteriak, wajahnya memerah dan dia tertawa.

"Terimakasih" aku mengangguk, lalu suara sebuah mobil dengan klaksonnya membuat kami harus keluar, itu Jungkook. Aku mengunci pintu dan menyuruh Jimin untuk pulang. Aku sendiri masuk ke mobil Jungkook dan menyapanya. "Hai!" Jungkook hanya tersenyum dan menjalankan mobilnya hingga ke universitas.

Di dalam perjalanan aku hanya bisa diam, Jungkook juga terlihat seperti batu. "Kook, aku ingin meminta maaf padamu" Jungkook menoleh padaku, "untuk apa?" Aku menghembuskan nafasku pelan, "untuk yang kemarin, seharusnya aku tidak langsung pergi. Kita bisa membicarakannya baik baik" Jungkook menatap ku penuh ironi. Lihat! Dia marah! Brengsek!

"Aku sudah mengetahuinya, hanya saja aku yang bebal untuk terus menginginkan mu" didalam keadaan seperti ini dia masih bisa untuk tetap tenang dan manis. Aku harus banyak belajar darinya. "Aku iri dengan kedewasaan mu, kau pandai dalam mengatur diri sendiri. Kau mandiri" Jungkook tertawa pelan, "Kau juga dewasa, hanya saja terkadang kau suka gegabah, itu adalah minus dari dirimu" aku tertawa dan berterima kasih padanya, aku juga mengatakan bahwa kami masih bisa berteman dan itu sangat baik untuk ku.

>>>

Kami sampai di universitas, seperti biasa aku dan Jungkook menuju kelas dan mengobrol hal hal kecil. "Bagaimana dengan Jinyoung? Apa dia sudah di tahan?"  Aku mengangguk, ah Jinyoung! Semuanya mimpi buruk bagiku. "Dia pantas untuk mendapatkan yang setimpal" aku hanya tersenyum, "semangat untuk hari ini" katanya sambil menepuk pundak ku, aku mengucapkan hal yang sama padanya dan kami mulai belajar.

>>>

Waktu untuk pelajaran pertama telah usai, aku berjalan seorang diri hingga ke kantin. Aku melihat Jin sedang berjalan ke arah meja yang sama dengan ku. "Aku kira kau akan membolos hari ini" kata ku tanpa menatap matanya, "aku akan menyelesaikan tugas minggu lalu, besok adalah hari terakhir dan aku tidak akan melewatkannya" aku mengangguk, "mau ku bantu?" Dia mengangguk dengan semangat. "Tentu saja aku mau! Pasti akan sangat banyak jika aku mengerjakannya sendiri, hei! Terimakasih" aku hanya tersenyum padanya, itu gunanya teman. Saling membantu.

"Tadi aku berangkat kesini bersama dengan Jungkook" Jin memiringkan kepalanya dan terlihat bingung. "Dia tidak marah padamu, itu adalah hal utamana Tae! Kau beruntung dikelilingi banyak orang yang sayang padamu" ya! Aku sangat sempurna dalam hal pertemanan. "Pagi ini aku hampir saja mati" apa? "Saat aku menggunakan mobil ku untuk ke sini, seseorang mencoba memecahkan kaca ku saat aku sedang mencoba menghubungi seseorang. Aku bersyukur saat aku berhasil kabur dari orang itu" apa dia bercanda? Hal menyeramkan seperti itu terjadi pada teman ku?

"Kau tahu ciri cirinya?" Tanyaku, "aku tidak melihat wajahnya, tapi aku tahu ciri ciri tubuhnya! Dia tidak terlalu tinggi,menggunakan hoodie, rambutnya berwarna blonde. Aku benar benar tidak bisa membayangkan siapa itu" aku menggigit bibir ku, aku tidak tahu jika aku yang ada di posisi Jin, mungkin aku akan mati saat itu juga. "Berhati hatilah, jika kau ingin berhenti, berhentilah di tempat yang ramai! Kau jauh dari ku Jin! Kau tidak memiliki nomor seseorang yang bisa menyelamatkan mu selain Jimin! Kau tidak punya nomor Jimin juga bukan?" Jin terdiam dan menggeleng ragu. Ada apa? "Kalau begitu, aku pergi dulu. Sampai bertemu dirumah!"

>>>

Jungkook menghampiri ku di sebuah pohon rindang di taman universitas, "kenapa kau disini? Aku mencari mu, kau tahu?" Aku menutup buku ku dan melihatnya sedang tersenyum. "Aku sedang membaca sebuah buku, ada apa kau mencari ku?" Jungkook duduk disamping ku dan merentangkan tangannya. "Kau tidak ingin pulang? Mungkin kekasih mu sedang menunggu" itu dalam Kook! Brengsek! Mengapa dia harus berkata seperti itu? Apa dia memang benar marah dan kesal terhadap ku? Jika iya, tolong jangan seperti ini! Dia bisa berbicara baik baik dengan ku kan?

"Maaf?" Aku menaruh buku ku kedalam tas dan bersiap untuk pergi. "Aku hanya bertanya, apa ada yang salah?" Aku segera berdiri dan mencoba pergi darinya. Sejak kapan dia menjadi brengsek seperti ini? "Kau berpacaran dengan seseorang yang masih sangat misterius, aku hanya takut jika sesuatu terjadi padamu" aku memutar tubuh ku ke arahnya dan menatapnya tajam, itu bukan urusannya. "Kemarin, aku tidak sengaja melihat kekasih mu, memukuli seseorang dan hampir membunuhnya, kau tahu.." dia menumpu bobot tubuhnya dengan lengannya yang ia taruh di bagian pahanya. "Dia mencekik laki laki itu hingga hampir mati, laki laki itu berhasil kabur dari laki laki psikopat mu sebelum nafasnya habis!" Apa? Benarkah? Bagaimana bisa? Aku kehabisan kata kata ku, jika Jimin benar benar melakukannya. Aku akan marah besar dan tidak memaafkannya.

"Laki laki psikopat mu itu sangat luar biasa dalam hal seperti itu, dia begitu handal dan  seperti sudah biasa untuk membunuh orang, jika sedetik lagi laki laki yang dicekik kekasih mu tidak berhasil kabur, mungkin kekasihmu akan menjadi buronan, benar?"

To Be Co tinue..

Save Me | MinV ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang