Chapter 4

1.2K 153 7
                                    

Taehyung Pov's

Aku menggeleng dan berharap bisa lari, tapi tangan ku ditahan oleh orang itu.

"Lepaskan tangan ku atau aku akan berteriak!" Kata ku sambil mencoba untuk melepaskan genggamannya. Dia tertawa dan itu menyebabkan bulu-bulu ku berdiri.

"Jangan coba-coba untuk berteriak atau kau akan aku bunuh" aku takut. Tuhan! Aku mohon pada mu datangkan lah seorang penyelamat kali ini.

Brak!!

Aku terlepas dari genggaman orang itu, aku melihat seseorang berdiri di depan ku. Orang ini. Yang di depan ku telah menendang orang jahat misterius itu. Tuhan! Aku ucapkan terimakasih banyak padamu. Perlahan orang yang menyelamatkan aku maju dan menendang orang jahat itu Berkali kali. Aku rasa sampai orang jahat itu mengeluarkan darah dari mulutnya. Aku yakini itu pasti sangat sakit. Mereka masing-masing menggunakan hoodie yang sama, bahkan aku tidak bisa melihat wajah mereka.

"Kau baik-baik saja?" tanya orang yang menyelamatkan ku, aku mengangguk dan tersenyum.

"Lain kali kalau jalan di malam hari, jangan sendiri. Itu bisa membahayakan nyawamu nona manis" aku terdiam, suaranya familiar. Sangat. Lalu dia membuka penutup kepalanya dan ya. Jimin. Refleks aku memeluk tubuhnya, aku menangis di pundaknya. Takut.

"Jangan menangis Tae, aku disini. Tidak akan ada yang berani menyakitimu" dia mengelus kepala ku pelan, yang aku ingin informasikan. Jantungku, tanganku, tubuhku. Tidak ada yang beres. Sentuhan Jimin memabukkan dan itu sukses membuat jantungku berdegup untuk dua kali lipat lebih cepat.

"Kita harus pulang. Hm.. apa kau kuat untuk jalan? Jika tidak, Pundakku siap untuk mengangkut mu" Jimin terlihat grogi saat mengatakan kata terakhirnya. Dia lucu. Aku menggeleng dengan usilnya, dia membalikkan tubuhnya dan sedikit merendahkan tubuhnya itu. Aku pun naik dan ia berhasil menggendong ku.

>>>

Jimin berjalan pelan, tapi aku disini dengan jahilnya. Sepertinya aku berat?

"Jim, apa aku berat?" Pertanyaanku sukses membuat Jimin tertawa, apa aku salah?

"Kau bertanya seperti itu karna aku berjalan pelan? Haha, kau lucu sekali Tae. Badan mu enteng, apa kau ingin aku berlari?" Jimin berhenti dan bersiap untuk berlari. Aku sekali lagi refleks langsung memeluknya. Jimin berlari dengan cepat. "Hentikan Jim" Jimin pun berjalan lagi dengan biasa.

"Jim, aku belum berterimakasih padamu, jadi. Terimakasih banyak" Jimin mengangguk.

"Kau harus berhati-hati, jika orang tadi memperkosa mu bagaimana?" Aku terdiam, lalu bagaimana dengan nasib wanita semalam Jimin kemarin? Dia berkata seolah sebenarnya dia bukan laki-laki brengsek. Persetan dengan mu Jim!

"Kalau aku diperkosa, lalu wanita semalam mu itu aku sebut apa? Diperkosa juga atau bukan? Jim, berhenti seolah kau bukan laki-laki yang tidak mengetahui apapun. Kau juga brengsek" Jimin terdiam, dia menurunkan aku dan langsung memegang pundak ku

"Aku sudah mengatakan ini bukan? Ini pekerjaan ku. Lagi pula jika kau di perkosa oleh lelaki itu kau akan mendapatkan hadiah? Tidak Tae! Kau bahkan akan di buang. Dia telah menikmati tubuh mu. Setiap inchi dari tubuh mu! Kau akan dia telantarkan seperti orang bodoh yang berlumur dosa" aku menunduk, apa yang dia katakan? Lagi-lagi dia seperti ini seakan dia tidak melakukan hal bajingan seperti laki-laki mata keranjang yang ingin meniduri setiap Pekerja Seks Komersial lainnya. Sungguh aku benci sifat ini.

Aku berjalan lebih dulu dan meninggalkannya, aku tidak ingin terlibat apapun padanya lagi. Aku bersumpah.

"Tae! Tunggu aku" dia mengejar ku dan menarik tangan ku.

"Aku ingin sendiri, jangan dekat-dekat dengan ku" Jimin terlihat meggeleng dan menatap ku dengan arti yang sulit aku jelaskan.

"Kau marah padaku karna kejadian kemarin?" Aku menggeleng. "Untuk apa aku marah? Itu pekerjaan mu kan? Lupakan lah Jim! Harusnya aku tidak mencampuri apa yang kau kerjakaan. Sekarang, tinggalkan aku! Aku ingin pulang sendiri" dengan itu aku melepaskan genggamannya dan berjalan menuju rumah.

>>>

Aku masuk ke kamar ku dan membanting tubuh ku ke ranjang. Aku tidak tau akan jadi apa jika Jimin tidak datang.

"Tae, boleh aku masuk?" Aku mengangkat kepala ku sedikit dan melihat ibu ku berdiri di ambang pintu. "Ya, bu"

"Kau baik-baik saja?" Dia masuk dan duduk di dekat ku. Aku pun merubah posisi ku dan menyamakan dengan posisinya.

"Ada apa? Pertanyaan ibu sangat tiba-tiba" tangan ku ia genggam. Jujur saja ini sangat hangat dan nyaman.

"Laki-laki kemarin, yang datang di saat ibu dan yang lainnya mengejutkan mu dengan kedatangan kami..."

"Jimin?"

"Ya"

"Ada apa dengannya?"

"Dia baru saja kemari, belum lama kau pulang. Dia bilang kau baru saja pergi sendiri dan mengalami ketidaknyamanan yang mendalam. Benar?" Aku menutup mataku dan menggeleng.

"Dia mengatakan semua kronologinya?" Ibu mengangguk, aku pun tersenyum.

"Iya, dia menceritakan semua kejadiannya. Dia bilang, saat kau berjalan keluar rumah, kebetulan dia juga sedang di luar. Dia mengikuti mu, Tae. Dia menyukai mu ya?" Aku tertohok dengan pertanyaan ibu, bagaimana ia dapat menyimpulkan bahwa Jimin menyukai ku?

"Ibu, aku mohon jangan menyimpulkan bahwa Jimin menyukai ku" dia tertawa pelan.

"Aku lihat dari caranya mengkhawatirkan mu sayang, kau harus mengetahui nada cemasnya saat dia bercerita padaku. Dia seperti akan kehilangan berlian" pipi ku memanas. Aku tidak seharusnya malu dengan kata-kata ibuku, omong kosong apa Jimin menyukai ku.

"Hentikan bu, istirahatlah. Aku memusuhi mu" tawanya semakin kencang di kala sikap kekanakkan yang aku hanya tunjukkan padanya keluar begitu saja.

"Kau tidak akan pernah berubah kan Tae? Akan terus manja padaku? Kita akan terus berpisah seperti ini selagi kau tidak ingin tinggal di Amerika. Kau tidak mau ikut dengan kami? Kita jalani kehidupan disana bersama" aku menggeleng dengan air yang mengumpul di pelupuk mataku.

"Ibu, aku akan kesana jika aku ingin berlibur saja ya? Aku akan mengunjungi kalian jika aku dapat libur walaupun sekali" air mata ibuku terlihat jatuh dari ujung matanya.

"Berjanjilah padaku untuk tetap sehat dan bahagia hidupmu kelak. Kau akan jauh dari ku selama kau tidak ingin pindah kesana" aku menghapus air matanya, apa dia pulang ke Korea hanya untuk menangis dan membujukku? Aku rasa tidak.

"Kau kesini untuk mengunjungi ku dan melepas rindu bu, jangan menangis!" Ibu ku tersenyum dan keluar kamar, aku berjalan ke arah balkon dan duduk disana. Melihat bintang-bintang malam yang indah.

"Maafkan aku tentang hal yang tadi" fokus ku terpecah saat suara Jimin tiba-tiba menyambar bagai petir.

"Lupakan Jim! Oh ya! Aku juga tidak akan menyampuri urusan mu setelah ini" Jimin mengangguk pelan, rambut abunya sangat cocok dengan wajahnya yang tampan. Sayangnya kau brengsek Jim.

"Sebagai permintaan maaf ku, kau punya waktu kosong besok siang?"

To Be Continue.

Save Me | MinV ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang