Bab 1 (revisi)

3.4K 48 4
                                    

Millea Anantia Paramita, biasa dipanggil Icha. Sekalipun nama panggilannya sangat jauh dengan nama panjangnya, icha sama sekali tidak mempermasalahkannya. Lagian dia sangat suka dipanggil dengan sebutan icha, karna itu adalah nama pemberian bundanya. Bukan hanya itu, ada seseorang yang membuat nama itu semakin spesial. Muhamad Arkana. Entah kenapa, setiap lelaki itu menyebut namanya, terkesan begitu lembut dan syaduh di telinganya.

Muhamad Arkana,  Guru cogan di sekolahnya sekaligus kakak sepupunya. Anak dari kakak bundanya. Icha juga tidak tau awal mula dirinya menyukai kakak sepupunya itu. Hanya dia merasa bahwa perasaannya bukan hanya sekedar suka pada umumnya, melainkan dia benar-benar mencintainya. Dia sama sekali tidak tau apa perasaannya ini salah atau tidak, hanya dia bahagia memiliki perasaan itu.

Arka, seorang lelaki yang punya kegantengan yang sempurna. Menjadi idola semua wanita apalagi siswi siswi alay di sekolah yang setiap hari update tentang arka, mereka persis reporter + fotografer yang selalu mencari berita terbaru dan foto-foto arka. Bahkan, ada yang sampai menyimpan foto arka sampai 1.000 foto. Mungkin itu yang dinamakan fans.

Arka menjabat sebagai guru mata pelajaran Fisaika + sebagai guru terpopuler seantoro sekolah .

Saat sekolah Arka terkenal sebagai siswa pintar+cogan se sekolah,tidak peduli adik kelas, leting ataupun kakak kelas semua tergila gila pada Arka.

Berkat kepintaran+ketekunannya Arka menyelesaikan kuliah pada umur 21 tahun dan PNS pada umur itu juga.

"Cha, loe kenapa?" Mira menyenggol lengan icha membuat sang empunya tersadar. Gadis itu heran menatap sahabatnya yang tengah senyum-senyum sendidi sejak tadi.

"ha? Gue? Emang gue kenapa? " bukannya menjawab gadis itu malah balik bertanya

"loe dari tadi bengong, ngga sadar? "

"orang bengong mana sadar ra" mira mencoba sabar pada sahabatnya itu. Sudah seperti dugaannya sahabatnya itu pasti mengelak kata-katanya.

"anak gadis itu ngga boleh bengong, kesambet setan baru tau rasa"

"bawel loe" bukannya mengidahkan perkataan sahabatnya icha malah lanjut menghayal tentang kakak sepupunya. Mira yang melihat kelakuan aneh sahabatnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Berharap sahabatnya itu bisa sadar secepatnya.

Mira tau siapa yang tengah dipikirkan sahabatnya, tidak lain dan tidak bukan kakak sepupunya sendiri. Terkadang mira kasian pada sahabatnya itu, bagaimana mungkin dia mencintai kakak sepupunya sendiri. Mira berani bertaruh bahwa perasaan sahabatnya itu dikekang mati-matian oleh keluarganya.

*

Setelah puas menghayal, icha memilih pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang kosong. Cacing-cacing di perutnya sudah sejak tadi minta jatah makan. Tentu saja gadis itu tak pergi sendiri, dia bersama dengan sahabat karibnya Mirria Weston. Mereka sedang menikmati mie ayam legendaris milik ratu kantin alias mpo lela yang menjadi bahan rayuan cowo-cowo agar mereka bisa mengutang. Icha tersedak saat Arka melintas di depannya spontan dia meminum es tea milik mira yang membuat mira menatap tajam ke arahnya.

"Hehe, maaf ra ngga sengaja" gadis itu menaruh kembali es tea mira, lalu matanya mengarah pada arka. Melihat bagaimana kaki panjang lelaki itu melangkah dengan sempurna, bukan pemandangan yang indah memang hanya cukup membuat gadis itu semakin takjub.

"Ichaaaaaaaaaaaa" teriak mira membuat gadis itu menoleh dan menatap sahabatnya itu penuh tanya.
Bukan hanya dia yang kaget tapi hampir seisi kantin. Sekarang semua mata tertuju pada mereka. Begitupun juga arka, sedikit terganggu dengan teriakan muridnya, apalagi yang disebut adalah adik sepupunya. Mereka menatap heran pada kedua sahabat itu,

"Ra,kalau manggil itu pelan-pelan ngga usah teriak-teriak gitu,malu tau di liatin" setengah berbisik icha memberi tau sahabatnya itu. Jujur, saat ini icha benar-benar malu ditatap seperti itu. Sejak dulu dirinya tak suka jadi pusat perhatian, sekalipun sering diperhatikan. Hehehe

"Tumben punya rasa malu biasanya juga ngga" Bibir icha manyun mendengar penuturan mira yang seenak jidatnya, dalam hati diam-diam dirinya ingin menabok sahabatnya itu.

"ngga usah terlalu jujur juga kali ra, bar-bar gini gue juga sahabat loe"

"habisnya loe sih, bukannya makan malah bengong" icha hanya bisa tersenyum kaku pada sahabatnya itu "sekarang keknya loe hobby banget bengong deh" "atau jangan-jangan loe habis kesambet setan bengong" tambahnya heboh sendiri.

"tuh mulut kenapa lemes banget sih klau ngomong" icha bercedak kesal

"lemes-lemes gini gue juga sahabat loe cha"

Skatmat. Skor 1:1. Icha bungkam, meski dalam hati terus saja merutuki sahabatnya itu.

Mira tertawa puas melihat raut kesal pada sahabatnya itu. Sungguh hal yang sangat gadis itu sukai, ketika menang berdebat dengan icha. Mereka tak lagi menghiraukan tatapan penuh tanya dari yang lainnya. Mereka hanya fokus saling mengejek. Hingga icha lupa pada objek yang membuatnya selalu bengong.

Lelaki itu, tak jauh dari meja kedua sahabat yang sedang saling mengejek itu. Diam-diam memperhatikan keduanya, bukan melainkan pada adik sepupunya. Melihatnya tertawa begitu lepas tanpa menghiraukan tatapan menyelidik orang lain. Seakan saat ini orang-orang di kantin itu termasuk dirinya hanya numpang duduk menikmati tawa mereka yang tanpa henti. Tanpa sadar lelaki yang tengah sibuk menikmati bakso dihadapannya itu, mengangkat sebelah bibirnya, membentuk senyum samar yang begitu manis. Membuat orang yang melihatnya bisa mendadak diabetes. Untung tak ada yang melihatnya dan untung dirinya saat ini tak menjadi pusat perhatian.

Tak sengaja icha berbali kebelakang, mendapati arka telah menatapnya begitu intes. Jantungnya langsung tak bisa diajak kompromi, dirinya mendadak menjadi salah tingkah. Pipinya bersemu. Sungguh bukan hal romantis, dirinya hanya ditatap bukan sedang ditembak tapi itu sukses membuatnya kelimpungan. Sungguh bukan ide bagus melihat kearah lelaki itu.

'ayolah wahai jantung jangan bertindak seenaknya seperti ini. Loe harus bisa kontrol perasaan loe, jangan sampai ketahuan' batin icha mencoba bernegosiasi dengan jantungnya yang telah berpacu begitu cepat.

***

Maaf yah kalau ceritanya agak ngawur maklum penulis pemula..
Jangan lupa comentnya yah..
Jangan lupa follow juga..
Salam Novi...
Lopelope you😚😚😚😚

I Love My CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang