Mira menatap geram pada icha yang sejak tadi tak berhenti tersenyum sambil mengguling-gulingkan badannya kesana kemari. Mira menganggap sahabatnya itu telah kesurupan. Bagaimana mungkin tempat tidurnya yang semula rapi, sekarang entah seperti apa bentuknya.
Sepulang dari sekolah yang diantar arka, sorenya icha langsung menuju rumah mira. Tentu saja untuk menceritakan bagaimana perjalanan pulangnya hari ini. Tapi sudah hampir stengah jam gadis itu sampai di rumahnya, belum ada sepata katapun yang keluar, hanya senyum yang terus tercetak di bibirnya. Mira yang melihat tingkah aneh sahabatnya itu hanya bergidik ngeri.
"cha, loe kenapa sih? " tanya mira tak tahan melihat sahabatnya itu
"gue lagi bahagia ra"
"baru juga diantar belum ditembak"
"perasaan ini bukan pertama kali loe dibonceng sama pak arka" tambah mira
"tapi kali ini beda ra, ngeliat bibir manyun bu lidya itu rasanya lucu banget. Apalagi pas arka nolak buat ngantarin dia pulang dan lebih memilih ngantarin gue" icha arkhirnya bangkit, menceritakan apa yang terjadi setelah kepergian mira siang tadi. Kedua sahabat itu akhirnya tertawa bersama. Membanyangkan wajah kesal bu guru mereka. Dasar murid bandel!
"terus selama dijalan kalian ngobrolin apa ajah? " tanya mira menghentikan tawa mereka. Ingatkan mereka untuk meminta maaf pada bu lidya, mira rasa sudah terlalu banyak dosa mereka terhadap bu lidya.
"ngga ada, gue cuma duduk diam ajah di jok motornya. Dia juga nanya apa-apa ke gue, gue juga ngga berani nanya" jawabnya lempeng. Mira yang mendengar cerita icha hanya menatap heran. Sungguh bukan hal yang patut dibahagiakan menurut mira. Ok! Cuma dibonceng. Tanpa ada obrolan sedikitpun, tanpa ada adegan icha memeluk arka dari belakang sebagai pegangan, siapa taukan nanti icha jatuh, sekalipun itu tidak mungkin terjadi. Dan hal itu sudah membuat icha bahagia. Sahabatnya itu benar-benar diperbudak cinta.
*
Icha berjalan menyusuri koridor sekolahnya, belum banyak murid yang datang masih bisa dihitung. Sekarang memang masih jam 6:10. Icha sengaja datang cepat, karna dia tau bahwa hari ini jadwal arka piket. Gadis itu berjalan begitu santai, berharap bisa perpapasan dengan arka.
Mungkin ini yang dinamakan jodoh, icha melihat arka berjalan ke arahnya. Gadis itu yakin kalau arka habis mengecek ruangan kelas XII. Icha mempercepat jalannya, tak ingin membuang-buang waktunya.
"hai ka" sapa icha setelah berhadapan dengan lelaki itu
"kita lagi di sekolah cha, harusnya kamu panggil aku itu pak" icha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"hai pak" ulang icha memperbenar sapaannya
"nah gitu baru bener" arka mengacak-acak rambut adik sepupunya itu. Hal yang sejak kecil dia lakukan dan tentu saja hal yang paling icha sukai.
Icha berpura-pura kesal pada kakanya sepupunya itu karna telah merusak tatanan rambutnya. Bukan karna hal itu sebenarnya, gadis itu hanya ingin menutupi kegugupannya. Arka yang melihat itu hanya tertawa. Mereka tertawa bersama ditengah koridor sekolah yang sepi.
*
Entah keajaiban darimana pak Rudi hari ini tidak masuk dan menimbulkan jamkos untuk pertama kalinya terjadi di kelas XII Ipa 2 untk pelajaran mate-matika. Sebanarnya pak rudi bukan tipe guru yang galak, bahkan cara mengajarnya terkesan santai. Hanya mate-matika tetaplah mate-matika, pelajaran paling dihindari kebanyakan siswa.
Suara riu bahagia saat Sinta mengatakan kalau pak rudi berhalangan masuk. Sungguh jam terakhir yang sempurna!
Kebiasaan para makhluk di kelas itu kalau sedang jamkos yaitu menonton drama korea,entah itu cewe ataupun cowo semua membaur jadi satu membentuk kelompok K-popers.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Cousin
Teen FictionKetika rasa harus membodohiku.. Salahkah aku mencintaimu? Haruskah aku menghapusnya?