Icha melihat dirinya di kaca. 'sangat sempurnah' pikirnya. Rambut digerai, kaos warna biru tosca dipadukan dengan rok warna hitam. Pagi ini dirinya sangat antusias, bagaimana tidak semalam setelah berbicara dengan mira dirinya mendapat sms dari arka. Hanya kata hei! Lalu ucapan selamat malam. Suatu ide bagus membalas sms arka meski sudah terlalu lama karena setelah arka mengajaknya jalan-jalan pagi ini. Minggu pagi yang membahagiakan baginya.
Icha berjalan setengah berlari menuruni anak tangga rumahnya. Tidak hati-hati sedikit saja dirinya bisa jatuh. Icha sudah melihat arka bersama budanya di ruang tamu. Entah mengobrolkan apa tapi menurutnya itu hal yang seru. Melihat dari keduanya yang tertawa.
"seru banget ngobrolnya, sampe ngga sadar icha datang" keduanya langsung menoleh pada icha yang berada tak jauh dari mereka. Arka menatap takjub adik sepupunya itu. 'cantik' kata yang pantas dia sematkan untuk icha saat ini.
"cantik banget anak bunda"
"hehehe, bunda bisa ajah"
"yah udah kalian jalan gih" icha menyalami bundanya begitupum dengar arka.
"bund, ayah belum pulang? "
"pagi-pagi sekali ayah ke luar kota dan kamu belum bangun"
"yah bunda, kenapa ngga bangunin icha pas ayah pergi"
"udah jangan manyun gitu, nanti cantiknya hilang lagi. Lagian besok lusa ayah udah pulang ko"
"yah udah, icha sama ka arka jalan dulu yah bund"
Setelah bersalaman mereka langsung menuju motor arka yang berada di parkiran.
Motor arka berjalan keluar dari rumah icha, membelah jalan yang cukup ramai, mungkin karna weekend banyak orang keluar untuk sekedar jalan-jalan.
Sebenarnya icha tidak tau arka akan membawanya kemana, dirinya juga tak ingin bertanya sebab yang terpenting saat ini jalan bersamanya.
Motor arka berhenti di sebuah taman. Cukup sepi di minggu pagi seperti ini. Mungkin orang-orang saat ini tak lagi suka ke taman. Lebih memilih ke mall, pantai atau semacamnya.
Setelah turun dari motor mereka menuju ke bangku taman yang tak jauh dari mereka dan duduk di bangku itu. Tak ada satu katapun yang keluar setelahnya. Keduanya terdiam menikmati hebusan angin pagi, menikmati berbagai objek di depan mereka. Meski terasa canggung keduanya cukup menikmati jalan-jalan pagi mereka.
"bukan kha anak-anak itu lucu? " tunjuk icha pada sepasang anak kecil yang sedang bermain kejar-kejaran
"umh, mereka lucu" tatap arka pada ke dua anak yang ditunjuk icha
"mereka kaya kita waktu kecil. Ka Arka dulu suka banget ganguin icha"
"bukannya kamu yang selalu ganguin aku" ucap arka masih tetap menatap sepasang anak kecil itu.
Icha tersenyum menatap arka yang masih asik dengan objek di depannya, memperhatikan setiap lekuk wajah kakak sepupunya itu. Wajah yang selalu dirindukannya. Wajah yang selalu mengganggu hari-harinya.
"apa aku setampan itu sampai membuatmu menatapku tanpa berkedip? " siliva yang sebelumnya lancar ditelannya mendadak sulit. Pipi putih dengan sedikit bedak kini menjadi kemerahan. 'malu' itu yang ada dalam otak icha saat ini.
Secepatnya dirinya memalingkan wajahnya takut kakak sepupunya itu tahu kalau dirinya sedang malu setengah mati saat ini.
Arka tersenyum simpul melihat perubahan raut wajah dari adik sepupunya itu. 'lucu dan cantik' dalam hati arka memuji adik sepupunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Cousin
Teen FictionKetika rasa harus membodohiku.. Salahkah aku mencintaimu? Haruskah aku menghapusnya?