bab 4 (revisi)

925 22 0
                                    

Setelah melaksanakan sholat jum'at disalah satu mesjid di dekat kompleks rumahnya arka berniat ke rumah icha. Entah, dirinya tidak tau alasan pasti ke rumah adik sepupunya itu. Entah untuk sekedar berkunjung atau bertemu dengan adik sepupunya itu.

Arka memakirkan motor miliknya di halaman besar milik keluarga icha. Rumah itu memang minimalis tapi halamannya begitu luas. Dengan banyak jenis bunga berjejer rapi di depannya. Melangkahkan dirinya untuk mengetok pintu.

"Assalamu'alaikum" tak lama kemudian ada jawaban dari salamnya. Dirinya yakin bahwa itu adalah tantenya. Agak kecewa? Sepertinya itu yang dia rasakan saat bukan icha yang menjawab salamnya atau membukakan pintu untuknya. Pintu terbuka menampilkan sosok wanita setengah baya yang masih cantik di usianya yang tak muda lagi. Wanita itu tersenyum hangat padanya. Wanita yang dia hormati setelah orang tuanya.

"arka, ko ngga bilang-bilang kalau mau datang" tante Maya terkejut melihat kehadiran kemenakan kesayangannya itu. Jika arka bukan kemenakannya mungkin dia sudah menjodohkannya dengan icha

"sengaja bund" arka memang memanggil tante maya dengan sebutan bunda sama seperti icha. Alasannya agar tante maya bisa merasakan mempunyai anak cowok

"tapikan kalau kamu bilang bunda bisa makanan kesukaan kamu" wanita itu masih mengomeli kemenakannya.

"icha kemana bund? " tanya arka setelah duduk di sofa ruang tamu.

"biasa, paling dia lagi tidur di kamarnya" agak kecewa? Lagi-lagi dia merasakan hal itu.

Setelah cukup lama dia berbincang bersama tantenya, seorang gadis yang ditunggunya sejak tadi akhirnya menampakkan wujudnya. Rambut acak-acakan, wajah khas bangun tidur menjadi pemandangan pertama yang didapatinya. Mata mereka beradu, saling menyelami satu sama lain. Icha yang sadar memutuskan kontak mata mereka, pasalnya tak baik bagi hati jantungnya. Tunggu! Icha meneliti penampilannya sungguh mengenaskan, bagaimana mungkin dia muncul dihadapan arka dengan keadaan seperti itu sungguh memalukan.

"bunda kenapa ngga kasih icha kalau ada ka arka" icha berjalan kembali ke kamarnya sambil mengomel pada bundanya. Setidaknya dia bisa cuci muka terlebih dahulu

"kan kamu lagi tidur, bagaimana caranya bunda kasih tau" tante maya berucap sambil sedikit berteriak, namun icha menghiraukannya. Yang dipikirannya saat ini memperbaiki penampilannya. Tante maya hanya tertawa melihat tingkah anak gadisnya itu. Dia tau betul anak gadisnya itu tak pernah mau berpenampilan jelek di depan arka. Meski ada rasa khawatir jika mungkin icha menyukain arka. Lagi-lagi perasaan itu ditepisnya. Tidak mungkin anak gadisnya itu menyukai kakak sepupunya. Mereka sudah seperti adik kakak kandung.

Icha kembali dengan penampilan yang tak seburuk tadi. Wajahnya tampak segar dan rambutnya telah rapi habis disisir. Arka tersenyum mendapati icha telah duduk di hadapannya. Kali ini mereka duduk saling berhadap-hadapan. Cukup lama mereka diam pasalnya tante maya ke dapur mengambil biskuit coklat buatannya pagu tadi.

"ka arka ngapain disini? " tanya icha memecah keheningan. Sungguh dirinya tidak tahan jika harus dalam keadaan seperti itu. Takut jika arka mendengar debaran jantungnya. Itu akan jauh lebih memalukan daripada penampilan khas bangun tidur.

"emang aku ngga bisa jalan-jalan ke rumah tante aku sendiri? " bukannya menjawab arka malah balik bertanya seakan menantang gadis itu adu mulut.

"bukan gitu ka, maksud aku itu tumben ajah"

'aku merindukanmu' arka tak berani menjawab secara gamblang, dirinya hanya bisa menjawab dalam hati. Jangan tanya kenapa kalimat itu yang ada karna dirinya juga tidak tau.

"jangan bilang ka arka kangen sama aku yah" goda icha membuat arka terbatuk. Arka sempat berpikir apakah gadis itu punya kemampuan membaca pikiran orang lain.

I Love My CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang