bab 9 (revisi)

668 16 4
                                    

"cha, ngga ke kantin?" tanya mira pada icha yang masih tetap membaringkan wajahnya di meja miliknya

"malas gue" jawabnya lesuh

"loe kenapa sih seharian ini mukanya ditekuk mulu kek habis ditolak aja"

"huaaaa, gue emang habis ditolak ra" icha mencoba mendramatis. Mira langsung kembali ke tempat duduknya merasa cerita icha lebih penting dari makan siangnya hari ini

"loe habis ditolak sama siapa?" tanya mira penasaran

"ka arka, huaaaa" mira kaget+bingung. Kapan sahabatnya itu menyatakan perasaannya sama guru gantengnya itu.

"what? Serius loe cha?" yang ditanya hanya mengangguk.

"kapan? Ko loe ngga cerita"

"loe nya juga ngga nanya" mira menepuk jidatnya membentulkan apa yang dikatakan sahabatnya itu. Tapi bukannya seharusnya tanpa dia bertanyapun icha akan cerita padanya, tapi saat ini itu bukanlah hal yang penting.

Mira mulai mendengar cerita icha dengan seksama. Berbagai macam ekspresi ditampilkannya. Dari ekspresi terkejut, tidak percaya bahkan marah. Untung saat ini suasana kelas sedang sepi. Hanya ada dirinya dan icha. Hampir semua penghuni kelas mereka ke kantin, namun ada juga yang sekedar pergi untuk bertemu pacarnya di kelas lain.

"serius loe cha itu pacarnya?" tanya mira memastikan setelah icha menyelesaikan ceritanya

"kalau bukan pacar apa namanya kek gitu?"

"iya juga sih. Yang kuat yah, sepertinya abang sepupu memang bukan jodohmu" mira merangkul sahabatnya itu, membawa icha ke dalam pelukannya. Memberi kekuatan pada sahabatnya itu.

*

Arka melihat icha baru saja keluar dari kelasnya bersama mira. Dia baru saja mengajar di kelas sebelah. Dirinya mencoba mengejar icha, ingin mengajak gadis itu pulang bersamanya.

"cha" mencoba memanggil namanya, namun sang empunya nama malah mempercepat langkahnya.

Arka bingung, apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu. Seharian ini gadis itu menghindarinya, arka menyadari hal itu. Apa dia telah berbuat salah pada gadis itu? Pertanyaan itu terus berputar di otaknya seharian ini.

*

Icha membaringkan tubuh mungilnya di ranjang miliknya. Rasanya nyaman sekali setelah seharian ini tubuh dan otaknya kelelahan hanya karna seorang Arka.

Icha mendengar suara pintu kamarnya terbuka namun dirinya terlalu malas untuk membuka matanya.

"e'hem" suara deheman dari laki-laki yang mengganggu pikirannya terdengar jelas di telinga. Icha seketika membuka matanya. Melihat arka tengah memandanginya sambil menyandarkan tubuhnya di tembok dekat ranjangnya.

"loe ngapain disini?" icha dengan segera mendudukkan dirinya

"loe?" ucap arka perjelas kata loe pada pertanyaan icha

"maksudku ka arka ngapain disini?" icha buru-buru memperbenar ucapannya, tak ingin memperpanjang masalah dengan kakak sepupunya itu

"kamu kenapa?" icha mengerutkan kening mendengar pertanyaan arka

"emang aku kenapa?" tanya icha balik

"ngehindarin aku" jawab arka to the point

"kapan?" icha masih tak ingin mengaku

"seharian ini"

"perasaan ka arka aja kali"

"serius cha"

I Love My CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang