"arka..." baru saja motor arka berhenti tepat di depan rumah icha seorang wanita memanggilnya
"Naura? " tebak arka kemudian
Wanita yang dikira naura itu tersenyum dan menghampiri mereka. Icha yang sejak tadi hanya melihat memasang wajah bingung dan was-was, takut jika wanita itu adalah pacar arka meski itu adalah sebuah ketidakmungkinan. Icha yakin itu.
"masih ingat ternyata. Loe apa kabar? " tanya naura basa basi
"baik " icha merasa tidak ada nada akrab dalam jawaban arka tapi entalah dirinya tidak ingin mengambil pusing, yang penting saat ini dia ingin tahu siapa wanita cantik di hadapan mereka. Yah icha akui wanita itu memang cantik. Mata bulat, hidung mancung, pipi berlesung, senyum manis, tubuh sempai dan kulit putih.
"ngapain loe disini? " lanjut arka kemudian
"ke rumah teman" jawab naura tanpa menghilangan senyumnya sedikitpun
"loe sendiri ngapain disini? Dan ini..." naura mejeda sebentar uncapannya melirik pada icha yang masih setia menggandeng tangan arka
"pacar? " lanjutnya kemudian
Bukannya menjawab pertanyaan naura arka malah berlalu pergi membawa icha masuk ke dalam rumahnya. Meninggalkan naura dengan segundang tanya di otaknya.
'dia masih sama' ucap naura dalam hati
*
Setelah mengantar icha pulang arka langsung menuju ke rumah sahabatnya.
Motor arka sudah terpakir di halaman rumah Radi. Radi Alamsyah sahabat arka sejak kecil dan bisa dibilang semua tentang arka dia mengetahuinya begitupun dengan arka.
Setelah dipersilahkan masuk oleh pembantu rumah radi arka langsung menuju kamar sahabatnya. Arka mendapati sahabatnya itu tengah bermain game online di komputer miliknya.
"oi, main game mulu" radi menoleh pada arka yang tengah berjalan ke arahnya
"kemana aja loe baru nongol" tanya radi saat arka telah duduk di kursi di sampingnya
"ngajarlah"
"loe ngga jadi guru cabul kan? "
"otak loe tuh yang cabul"
"tadi gue ketemu naura"
Suasana yang sebelum hangat kini menjadi canggung. Arka memandang sahabatnya itu. Ada ekspresi marah dan rindu di wajahnya. Namun sedetik berikutnya wajah itu berubah hangat. Arka cukup kagum pada sahabatnya itu bisa merubah ekspresinya dengan cepat.
"gimana kabar dia? " tanya radi setelahnya
"gue liat dia baik-baik saja seperti dulu" jawab arka jujur
"syukurlah"
Percakapan mereka berakhir. Arka merasa tidak enak pada sahabatnya itu karena membahas wanita yang pernah dicintainya. Sedangkan radi kembali fokus pada gamenya meski pikirannya tak fokus pada layar di depannya.
"loe ngga marah?" Radi menoleh pada arka, menatap sahabatnya itu hangat
"kenapa gue harus marah? "
"karena dia balik lagi keseni" Radi tertawa mendengar jawaban sahabatnya itu dan arka tahu tawa itu begitu hambar.
"ini negara dia juga ar bukan hanya negara gue dan loe. Jadi dia berhak buat bolak-balik kesini kapanpun"
"gue suka loe yang dewasa kek gini" lagi-lagi arka kagum pada sahabatnya itu, sahabatnya kini benar-benar sudah dewasa
"eh gimana loe sama icha? " tanya radi tiba-tiba
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Cousin
Teen FictionKetika rasa harus membodohiku.. Salahkah aku mencintaimu? Haruskah aku menghapusnya?