"ka arka tolong.... "
Tanpa pikir panjang arka langsung lari menuju ke toilet, pikiran buruk seketika menghampirinya. 'semoga tidak terjadi apa-apa pada icha' batinnya.
Arka dapat melihat seorang pria tengah berdiri di depan seorang gadis yang telah terpojokan. Arka menghampiri mereka dan benar saja gadis itu adalah icha.
Arka menarik pria itu, menghuyungkan tonjokan pada pipi pria itu. Pria itu tersungkur dan meringis, pria itu ingin membalas numun pukulan arka kembali mendahuluinya, darah segar mengalir dari sudut bibir pria itu. Icha terlukai lemas melihat kakak sepupunya itu memukul pria itu. Rahang arka yang mengeras dan sorot matanya yang tajam sangat membuktikan bahwa laki-laki itu sangat emosi.
"ka arka cukup" ucap icha lemah
Arka melihat ke arah icha yang tampak sangat syok. Segera dia membawa gadis itu ke dalam pelukannya, mencoba menenangkannya. Sedangkan pria yang dipukulinya sebelumnya telah dibawah oleh security.
"ka, icha takut" suaranya bergetar, menandakan bahwa gadis itu benar-benar sangat ketakutan
"jangan takut lagi aku ada disini"
Setelah icha cukup tenang arka membawah gadis itu ke mobilnya membiarkan gadis itu menenangkan dirinya terlebih dahulu. Meski banyak tanya yang ingin dia lontarkan tapi ditahannya. Pikirnya menanyai gadis itu sekarang hanya akan membuat gadis itu semakin syok.
"ka" cukup lama arka menunggu gadis itu berbicara. Rasa syukur seketika menghampirinya setelah mendengar gadis itu mengucapkan satu kata.
"kamu udah ngga apa-apa?" tanyanya khawatir
"makasih ya"
"ngapain makasih, itu udah tugas aku buat jagain kamu" arka menarik adik sepupunya itu ke dalam pelukannya, mencoba kembali memberikan ketenangan pada gadis itu, namun gadis itu mengalirkan kristal bening membasahi kemeja miliknya
"jangan takut lagi, aku akan selalu jagain kamu"
Icha melepas pelukannya, menatap dalam mata milik kakak sepupunya itu. Perasaannya semakin dalam untuk kakak sepupunya itu. Tidak seharusnya dia mengembangkan perasaannya terus menerus. Tapi, perasaannya tidak ingin berhenti tumbuh.
"mau cerita?" tanya arka tiba-tiba, icha menundukkan pandangannya, mengginggit bibir bawahnya merasa malu kedapatan memandang kakak sepupunya begitu intens.
Namun setelahnya icha kembali menatap mata arka, namun hanya sejenak, setelahnya dia memilih menatap ke depan. Sambil memikirkan awal kejadian tadi.
Icha mulai bercerita, dimana dia tidak sengaja bertemu dengan lelaki itu di depan toilet setelah dirinya keluar. Dia ingin segera kembali ke mejanya dan arka, namun lelaki itu terus menghalangi langkahnya. Dirinya sudah meminta pada lelaki itu untuk memberinya jalan, namun tak diindahkan. Lelaki itu malah semakin berani, lelaki itu sempat menyentuh pundaknya tapi langsung ditepisnya.
Icha merogoh ponsel miliknya, menelpon arka meminta tolong. Untung saja lelaki itu tidak mencoba merebut ponselnya, yah karna mungkin dia tidak berniat merampoknya. Lelaki itu tak mengeluarkan sepata katapun, namun tindakannya mencerminkan pikirannya. Lelaki itu terus mendekatinya sampai langkahnya terkunci, lelaki itu ingin menciumnya untung saja sebelum itu terjadi arka segera tiba.
"kenapa kamu tidak teriak meminta tolong?" tanya arka setelah icha selesai cerita
"akupun ingin teriak tapi anehnya saat itu tidak ada seorangpun disana"
"aku benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau ka arka tidak segera datang" lanjut icha
"jangan pikirin itu lagi, mending sekarang kita pulang biar kamu lebih nyaman istrahatnya" icha hanya mengangguk mengiyakan. Dirinya pun tidak ingin memikirkan kejadian itu lagi, meski rasa trauma sudah membekas di hatinya
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Cousin
Teen FictionKetika rasa harus membodohiku.. Salahkah aku mencintaimu? Haruskah aku menghapusnya?