Dead In My Arms

53.1K 1.7K 27
                                    

Thinking out loud - Ed Sheeran
Lagu di atas ..
_______________________________________

Earnest menginjakkan kakinya yang baru saja bangun dari tidurnya "aw" kakinya yang tak sengaja menyentuh percahan atom kecil yang sudah hancur .

Ternyata itu adalah percahan kecil dari ponsel milik istrinya yang sudah mati total "menganggu saja " Earnest pun mengambil dan meletakan nya di tas yang kebetulan sudah terbuka di atas meja .

"Dimana si pelacur itu... Dasar tidak berguna"

Dering ponsel Earnest bergetar , ternyata itu adalah telpon dari Farro, hati Earnest menjadi ketakutan..apakah masih ada yang perlu di bayar ? Apakah pelacur itu tak bisa melayaninya dengan baik ?

"Earnest ? Apakah ini kau ? Wanita yang kau kirim kemarin sedang berada di apartemen paling atas " suara Farro dari telpon.

"Apartemen paling atas ..?"

"Ya .. dia bersama tuan Gilbert Gustavo ..bisakah kita berbicara ."

"Baiklah nanti akan kutemui "

Earnest pun menutup ponselnya "sekali pelacur memanglah tetap pelacur , bahkan dia mencari pemuas sex nya dengan menghampiri lelaki itu lagi " umpatnya asal bicara tanpa mengetahui faktanya.

Sedangkan Farro pun menelpon Earnest untuk membicarakan hal yang penting , ia bisa melihat sedikit tanda perhatian dimata temanya sekaligus atasnya membuatnya ingin berkata bahwa jangan sampai ada lelaki yang menyentuhnya , satu hal yang patut di pertahankan oleh Farro , andai saja wanita itu tidak Virgin tak mungkin Farro melangkah sejauh ini , namun ini berbeda wanita itu memang masih virgin dan Gilbert lah yang pertama kali menyentuhnya walau tetap saja definisi nya sebagai wanita penghibur .

Segera Farro bersiap untuk menuju apartemen LAMENDA .

~

Tubuh wanita itu sudah sedikit lebih baik dari sebelumnya , ia merasakan ada jemari menyentuh punggungnya, hembusan nafas yang melambat , dan gerakan detak jantung yang kini tepat di wajahnya , tunggu .. siapa dia ?.

"Lepaskan aku .. siapa kau " memandang seluruh ruangan dan kini ia berada di kamar , matanya mengintip di balik selimut betapa kagetnya bahwa tubuhnya benar-benar bugil kali ini .

"Kau " memukul lengan Gilbert agar terbangun dari tidurnya.

"Kau sudah bangun ? Apakah kau baik-baik saja ?" Lelaki itu memundurkan punggungnya bersender disopong sebuah bantal di belakangnya.

"Dimana pakaianku ? Katakan dimana aku sekarang?" Teriaknya histeris.

"Kauu di apartemenku.. pakaianmu sudah bau ..jadi aku memandikanmu " ia pun menjawab dengan jujur .

Mengeratkan selimut putih itu di tubuhnya "apa ? Memandikanku ? Jangan bilang bahwa dirimu yang me-" ucapnya terpotong.

"Ya .. aku yang melepas semua pakaianmu .." beranjak berdiri membelakangi tubuh wanita itu karena tahu bahwa wajah malunya sudah keluar , tak ingin menambah malu ia pun berpura-pura tak melihat.

Gilbert pun menelpon Farro untuk membeli beberapa pakaian wanita , terpaksa Farro yang sudah hampir sampai pun berbalik arah menuju butikk wanita .

Tak ada suara setelah perdebatan kecil itu , lelaki itu pun menoleh dan melihat bahwa wanita itu sedang menangis di atas ranjang , ia mendekatinya dan duduk sedikit menunduk.

"Aku meminta maaf karena pernah melukaimu... Tapi percayalah itu diluar kendaliku " menarik dagunya dengan pelan .

Wanita itu meneteskan air matanya "bolehkah aku meminjam uang padamu ..aku berjanji aku mengembalikannya "

STAINED PURITY | Sudah DiterbitkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang