Satu

8.3K 295 9
                                    

"Zwee, sampai kapan kau akan menolak bantuan, Daddy?" Suara khas lelaki paruh baya terdengar di kejauhan sana.

"Oh! Ayolah, come on, Dad. Zwee bisa menangani semuanya sendiri. Daddy tak perlu khawatir," jawab Zweetta menahan kekesalannya.

"Tapi, Zwee?"

Tut... Tut... Tut...

Dengan terpaksa Zweetta menutup telepon dari Elbert, ia tak ingin sepagi ini berdebat dengan Elbert dengan masalah yang sama setiap harinya.

Sementara di sisi lain, Elbert menghempaskan bokongnya di kursi hitam kebesaran milik para pejabat tinggi Madison Group. Ia menatap nanar ke sembarang arah. Ada sedikit rasa kesal dan bangga yang menyelimuti hatinya. Putri yang telah ia rawat selama ini, telah tumbuh menjadi putri yang sangat mandiri dan dewasa. Ia tersenyum miring, ingin membuktikan bahwa pernyataan Arine mengenai buah hatinya sangatlah tidak benar.

°°°

Zweetta kembali duduk di kursi kebesarannya, memeriksa satu persatu berkas yang harus ia tanda tangani pagi ini. Zweetta sangat sulit percaya pada orang lain, itu juga menjadi salah satu alasan kenapa selama ini Zweetta hanya berteman dengan karya-karya yang telah berhasil ia publikasikan.

Baru 4 tahun ini Zweetta merasa tak sendiri. Earnest, ya hanya lelaki itu lah yang telah mewarnai hari-hari Zweetta. Satu-satunya sahabat Zweetta yang tidak pernah meninggalkan Zweetta dalam situasi dan kondisi apapun.

"Sepagi ini sudah manyun, apa terlalu banyak berkas yang harus kau tanda tangani?" Suara Earnest yang tiba-tiba, mengentikan kegiatan Zweetta dalam memeriksa berkas-berkas dari para penulis.

"Tidak juga. Hanya sedikit kesal pada Daddy," jawab Zweetta seraya melanjutkan aktivitasnya.

"Ada masalah apa lagi, Zwee?" Earnest duduk di kursi yang berada di depan meja kerja Zweetta.

Sungguh, bagaimana bisa Zweetta bertahan dalam hubungan seperti ini. Banyak wanita di luar sana yang begitu menginginkan Earnest. Namun Zwee? Ia tetap kekeh pada pendiriannya untuk menjadikan Earnest sebagai sahabat terbaiknya. Padahal sejauh mata memandang perhatian Earnest kepada Zweetta bukanlah perhatian seorang sahabat, melainkan perhatian seorang kekasih. Lihat dan tatap bagaimana kerap kali Earnest menatap Zweetta dengan tatapan hangat.

"Tentu kau tau apa yang setiap hari Daddy bicarakan, Er. Membosankan bukan?"

"Humm ... Ya, ya, ya. Dari pada aku seharian melihat paruh bebek di wajahmu, lebih baik sekarang kau ikut denganku." Earnest beranjak dari tempat duduknya, berputar dan kini ia berdiri di samping Zweetta.

Zweetta menengadah, menatap wajah tampan Earnest lalu tersenyum.

"Ke mana kau akan membawaku?" Zweetta menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi navy yang sengaja di letakkan khusus di ruang kepemimpinannya.

"Sudahlah jangan banyak bertanya." Tanpa aba-aba Earnest menarik lengan Zweetta dengan lembut, lalu menggandeng tangannya dan membawa wanita itu keluar dari ruangan kerjanya.

"Ke, katakan jika ada yang mencariku, aku akan menemuinya setelah jam makan siang." Ucap Zweetta pada sang resepsionis andalannya.

"Siap, Ms." Jawab Keana dengan nada yang santun.

°°°

Apa kau tau ke mana Earnest membawa Zweetta pagi ini? Ya, Earnest membawanya ke Big Ben atau lebih dikenal dengan Elizabeth Tower, Big Ben terletak di ujung Westminster Bridge yang juga berdekatan dengan Parliament Square di London. Tempat favorit para remaja, pasangan kekasih, dan juga para keluarga. Earnest benar-benar lelaki yang romantis. Ia selalu tau bagaimana cara menghibur Zweetta saat wanita itu kembali terpuruk oleh keadaan keluarganya. Dan Big Ben ini adalah tempat favorit Zweetta.

"Ah, Earnest! Kau selalu tau ke mana harus membawaku pergi." Dengan antusias Zweetta memeluk tubuh Earnest.

Dari perusahaan Zweetta ke Big Ben hanya membutuhkan waktu 10 menit berjalan kaki.

Rupanya tak berhenti di situ kejutan yang hari ini Earnest berikan untuk Zweetta. Earnest telah menyembunyikan sebuah bingkisan kecil di saku jas kerja nya.

"Apa ini?" Tanya Zweetta saat Earnest memberinya bingkisan itu.

"Buka saja." Earnest membiarkan Zweetta membuka perlahan bingkisan itu.

Bingkisan itu ternyata berisi sebuah kalung emas yang memiliki liontin huruf Z.

"Beautiful, Er. I like this." Ucap Zweetta dengan mata yang berbinar.

Earnest membantu memasangkan kalung itu pada leher jenjang Zweetta.  Kemudian Zweetta berbalik badan dan memeluk Earnest dengan erat. Setiap mata memandang pasti akan mengira bahwa Earnest dan juga Zweetta adalah sepasang kekasih. Namun, pada faktanya mereka hanyalah sebatas sahabat.

"Tetaplah tersenyum seperti ini, Zwee. Sungguh aku teriris ketika melihatmu menangis atau pun murung." Bisik Earnest tepat di telinga kanan Zweetta. Zwetta menyunggingkan senyumnya yang mungkin tidak diketahui oleh Earnest.

Hari ini Earnest benar-benar mengembalikan mood Zweetta yang telah berantakan oleh ayahnya. Setelah puas bersenang-senang Earnest dan Zweetta pun kembali ke kantor sebelum jam makan siang di mulai. Untuk urusan makan siang, Zweetta selalu suka rela membawa bekal yang cukup untuk ia makan bersama Earnest. Jadi, mereka tidak pernah makan siang di luar kantor, kecuali ada meeting dengan client yang meminta meeting di luar kantor.

Zweetta [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang