Tiga Puluh Lima

2.4K 95 2
                                    

Malam telah tiba, hiruk pikuk di sekitaran Villa mulai mereda. Hari ini, Earnest, Nicole, Zweetta dan Keana memutuskan untuk beristirahat di villa. Esok mereka berempat baru akan berjalan-jalan ke pantai, ke tempat-tempat perbelanjaan dan ke tempat-tempat kuliner. Jangan bertanya di mana Ronald. Pria tengil itu bahkan tidak ikut menginap di villa ini. Masa bodoh bagi mereka berempat, toh Ronald sudah dewasa.

Zweetta duduk di tepi ranjang, melamun menatap luar kamar melalui jendela yang masih terbuka tirainya. Sementara Nicole sedang mengeringkan rambutnya karena ia baru saja selesai mandi. Seraya mengoyok rambutnya dengan handuk, Nicole yang baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan celana boxer serta tanpa balutan baju pada tubuh bagian atasnya langsung mendekati Zweetta. Ia duduk di samping Zweetta. Zweetta tak menyadari kehadiran Nicole di sampingnya. Ia masih sibuk dengan lamunannya. Entah apa yang sedang difikirkan olehnya.

"Zwee," panggil Nicole dengan suara lembut. Menyadari tak ada respon dari Zweetta, Nicole memegang bahu Zweetta dan membuat Zweetta terlonjak.

"Nic, kau rupanya." Zweetta menatap Nicole dengan tatapan sayu.

"Ada apa, Sayang? Apa yang sedang kau fikirkan."

Zweetta lalu memutar tubuhnya ke kanan supaya ia bisa berhadapan dengan Nicole. Beberapa saat ia menatap lekat mata Nicole dan tak lama kemudian sebuah butiran bening luruh dari mata indah Zweetta.

"Hei ... Hei ... " Nicole memegang kedua pipi Zweetta seraya menghapus air mata istrinya itu. "Kenapa, Zwee? Kenapa kau menangis?" tanya Nicole bingung.

"Maafkan aku, Nic," ucap Zweetta menahan tangis.

"Maaf? Maaf untuk apa, Wifey?"

"Maaf karena aku telah gagal menjadi ibu yang baik, Nic. Seharusnya sebentar lagi kau sudah bisa menjadi seorang ayah. Tapi, karena aku tak bisa menjaganya aku gagal membuatmu di panggil Daddy." Air mata semakin deras mengucur dari mata Zweetta.

"Ssstttt ... Sudah, Zwee." Nicole meletakkan jari telunjuknya pada bibir Zweetta. Ia kemudian merengkuh tubuh Zweetta untuk dipeluknya. "Jangan pernah menyalahkan dirimu, Wifey. Ini bukan salahmu, Sayang." Nicole melepas pelukannya dan kembali memegang pipi Zweetta dengan kedua tangan kokohnya. "Look me," ucap Nicole karena Zweetta terus menundukkan pandangannya tanpa mau menatap Nicole. "Hei ... Look me, Dear." Zweetta memberanikan diri untuk menatap Nicole. "Zwee, percayalah Tuhan akan segera menghukum orang yang telah berbuat jahat kepada kita. Percayalah, bahwa sebentar lagi Tuhan akan mengirimkan malaikat kecilnya yang lain untuk kita. Aku mohon, Sayang. Aku sangat memohon kepadamu, Zwee. Jangan ada lagi air mata yang keluar dari mata indahmu itu. Karena itu sangat melukaiku."

Zweetta [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang