Duabelas

750 41 0
                                    

Zweetta mengerjap-ngerjapkan matanya, menengadah menatap wajah letih Earnest yang tertidur dalam posisi duduk. Zweetta masih menjadikan paha Earnest sebagai bantal. Zweetta tersenyum simpul.

Andai saja, tidak ada perjodohan konyol itu pasti sekarang ia telah bahagia bersama Earnest. Tak terasa perlahan mata Zweetta memanas dan mulai menumpahkan air yang sangat berharga bagi Earnest.

"Hei .... What happen, Babe?"

"Euuhh .... Emmm .... Nothing," Zweetta segera menghapus air matanya kasar.

Earnest membantu Zweetta untuk duduk dari posisi tidurnya, lalu ia turun dari ranjang dan kemudian menyandarkan Zweetta pada sandaran ranjang.

"Hei .... " Earnest memegang pipi Zweetta menghapus air mata yang masih tersisa di ujung-ujung mata Zweetta. "Kenapa menangis, Zwee? Apa ada yang terasa sakit?"

Zweetta menggeleng lemah, ia semakin terisak lalu merengkuh leher Earnest supaya lebih mendekat, Zweetta menangis di pelukan Earnest.

Earnest tak berkata apa pun, ia hanya menaik turunkan telapak tangannya pada punggung Zweetta. Cukup lama mereka berada pada posisi ini. Sebelum akhirnya Zweetta kembali merasakan mual yang begitu hebat. Zweetta segera melepas pelukannya dari tubuh Earnest dan langsung berlari ke kamar mandi.

Huweeek! Huweeek!

Earnest pun segera mengikuti Zweetta ke kamar mandi. Ia memijat tengkuk Zweetta dengan harapan supaya wanita itu segera mengeluarkan isi perutnya. Tapi nihil, Zweetta hanya mampu mengeluarkan cairan.

Ada rasa takut yang terbesit pada diri Earnest. Mungkinkah Zweetta hamil? Lalu jika dia hamil, bersalahkah Earnest karena telah membiarkan Zweetta lebih memilih dirinya dari pada Nicole?

"Siang ini kita ke dokter," ucapnya seraya terus memijat tengkuk Zweetta.

Zwetta hanya mengangguk pasrah, ia sendiri sudah tidak sanggup dengan kondisi ini. Tubuhnya benar-benar lemas.

Earnest kemudian memapah Zweetta dan membantunya untuk kembali berbaring di ranjang.

"Aku akan membuatkanmu bubur dan susu hangat. Tunggu sebentar!"

Earnest segera bergegas ke dapur untuk membuatkan Zweetta semangkuk bubur dan segelas susu hangat.

°°°

"Makan dulu ya, Zwee. Aku akan menyuapimu," Earnest menyendok bubur dan meniup-niupnya supaya dingin.

Tanpa perintah, Zweetta pun membuka mulutnya, ia melahap bubur itu hingga bebera sendok. Ia segera menghentikan suapan Earnest ketika ia kembali merasa mual.

"Cukup, Er. Berikan susunya," pinta Zweetta

Earnest pun memberikan susu coklat hangat yang telah ia buat bersama bubur tadi. Zweetta segera menenggak susu itu hingga tersisa seperempat gelas saja.

"Istirahatlah, aku akan mencuci mangkuk dan gelas ini dulu. Setelah itu kita bersiap ke rumah sakit."

Zweetta [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang