Dua Puluh Satu

2.6K 123 1
                                    

Sore menjelang malam, Zweetta sedang bermalas-malasan di kamarnya. Bukannya ia tega membiarkan sang mommy menyiapkan masakan makan malam seorang diri. Apalah daya, ia merasa sangat lemas sore ini.

"Dasar pemalas!" Suara seseorang mengganggu aktivitasnya yang sedang asyik membaca novel.

"Roy!" serunya seraya menutup novel yang ia baca.

Ronald mendekati Zweetta dan duduk di tepi ranjang kakaknya itu. Ronald menatapnya dengan intens, mencari sesuatu yang mungkin dapat ia temukan dari sorot Zweetta.

Plak!

Sebuah novel mendarat mulus di puncak kepala Ronald dan ia mengaduh kesakitan.

"Ish! Kau ini .... "

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Zweetta

"Jelaskan! Bagaimana kau bisa pergi berdua dengan pria brengsek itu? Huh!"

"Roy... Dia S-U-A-M-I-K-U dan dia juga K-A-K-A-K I-P-A-R-M-U."

"Tapi, Zwee .... "

Belum sempat Ronald menyelesaikan kalimatnya, dengan sigap Zweetta menempelkan jemarinya tepat di bibir sang adik.

"Sudahlah, Roy. Dia sudah berubah, percayalah padaku."

Ronald terlihat berpikir. Ia masih tak percaya bahwa laki-laki itu sudah berubah. Ia hanya takut jika pria brengsek itu akan kembali menyakiti kakakknya.

"Baiklah! Tapi lihat saja, jika dia berani menyakitimu aku takkan membiarkannya lolos."

"Aku jamin, itu tidak akan terjadi. Tenanglah. Ngomong-ngomong kapan kau datang? Dan mana calon adik iparku?" goda Zweetta, ia menaik turunkan alisnya.

"Baru 5 menit yang lalu dan aku langsung ke sini untuk mencarimu. Kau malas sekali sekarang, Zwee? Lihat, mommy sibuk sendiri di dapur."

"Bukan aku yang malas, tapi calon keponakanmu ini. Hari ini dia membuatku merasa lemas," ucap Zweetta seraya menunjuk perutnya.

Ronald mengelus perut Zweetta dengan penuh kelembutan.

"Keponakan uncle, jadi anak yang baik ya. Jangan merepotkan mommy. Nanti kalau kau sudah keluar uncle janji akan menuruti semua kemauanmu."

Zweetta tersenyum, sejak kehamilannya ia merasa semua orang begitu peduli dengan dia, semua orang begitu menyayanginya.

"Aku mandi dulu ya, badanku lengket sekali."

Ronald pun keluar dari kamar Zweetta menuju kamarnya untuk segera mandi.

Sementara Zweetta, dalam diamnya tiba-tiba dia kembali teringat dengan wanita yang tadi ia temui di rumah sakit. Setelah 2 tahun lamanya, kenapa wanita itu harus kembali muncul di hadapannya. Wanita yang pernah nyaris memasukkannya ke dalam jurang kematian. Wanita yang begitu mencintai Earnest tetapi Earnest tak pernah menanggapinya. Dan dia, Maura Jenner, wanita itu menyalahkan Zweetta atas sikap Earnest terhadap dirinya.

Tanpa ia sadari, tubuh Zweetta kembali menggigil ketakukan. Ia memeluk dengan erat lututnya. Kilatan kejadian 2 tahun yang lalu membuatnya benar-benar takut. Di mana saat itu ia terjun bebas ke dalam jurang yang tingginya mencapai 7 meter. Zweetta sangat beruntung karena saat itu pihak kampus bergerak cepat untuk menemukan Zweetta. Hampir 1 tahun lamanya Zweetta menjalani terapi untuk memulihkan kakinya akibat kejadian itu. Di sisi lain, tak satu pun keluarganya yang peduli, bahkan Elbert dan Lorine hanya menjenguknya beberapa kali, memberi uang tanpa menemani dan merawat Zweetta.

Zweetta [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang