Tiga Puluh Dua

2.2K 109 1
                                    

Sore ini Zweetta sedang duduk bersantai di taman belakang rumah Elbert, ia duduk bersantai seraya memberi makan kelinci-kelinici peliharaannya. Zweetta duduk di ayunan yang terletak di bawah pohon Cupressus Retusa. Tempat favorit Zweetta saat ia ingin menikmati sejuknya pepohonan di tengah-tengah perkotaan London.

"Seharusnya tak lama lagi kamu akan menemani Mommy duduk bersantai di sini, menunggu Daddy pulang bekerja, Dear," gumam Zweetta dengan mata yang berkaca-kaca. "Siapa yang telah tega membuat Mommy kehilangan dirimu?" Zweetta mulai terisak.

Bayangan bagaimana ia seharusnya bahagia di tempat ini telah sirna begitu saja. Harapan bahwa ia akan hidup bahagia dengan buah hatinya dan juga Nicole telah hancur. Ia tahu, ia masih bisa hamil lagi. Tetapi, penantiannya terasa sia-sia. Seharusnya di bulan ke 3 tahun ini, Zweetta dan Nicole sudah bisa tertawa bersama buah hati kecil mereka. Semua itu hanya sebatas angan saat ini.

"Mommy berjanji, Mommy tidak akan memaafkan siapa pun yang melakukan semua ini. Mommy akan memberinya pelajaran supaya ia tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang ia cintai!" Zweetta meremas-remas perutnya.

"Zwee? Where are you?" teriak Ronald yang sedang mencari-cari Zweetta. "Ah! Di sini kau rupanya!" Ronald berlari-lari kecil mendekati Zweetta. Langkahnya terhenti saat ia mendapati Zweetta yang sedang memegangi kepalanya dengan satu tangan, sementara tangan yang lainnya memukul-mukuli perutnya.

"Come back, Babe! Come back! Mommy menginginkanmu!"

Zweetta semakin histeris dan terus memukuli perutnya dan mengacak-acak rambutnya frustasi.

Selama ini Zweetta selalu berusaha terlihat tegar di depan Nicole, Lorine, Elbert dan yang lainnya. Ia selalu berusaha terlihat baik-baik saja. Namun saat sendiri, ia terlihat begitu rapuh karena bayi yang di nantinya telah tiada.

"Zwee! Stop it!" teriak Ronald. Ronald memegangi tangan Zweetta lalu menarik wanita itu ke dalam pelukannya. "What happen? Kenapa kau menyakiti dirimu sendiri? Huh!" Ronald menaik turunkan tangannya pada punggung Zweetta. Berharap ia akan menyalurkan ketenangan untuk kakaknya.

"Kenapa semua ini terjadi, Roy? Kenapa aku... Kenapa aku harus kehilangan bayiku?" isak Zweetta.

"Hei! Sssttt .... Tenanglah, Zwee. Biarkan little Arizona tenang di atas sana. Kau tak perlu khawatir karena Maura dan Aunty Arine sudah menerima hukumannya."

"Apa?" Zweetta melepaskan tubuhnya dari pelukan Ronald, menegakkan tubuhnya dan menatap Ronald dengan tatapan tak percaya. "Maura? Aunty Arine?" Zweetta bergeleng. "Apa benar mereka adalah dalang di balik semua ini?"

Bibir Ronald terkunci rapat, apa yang baru saja ia katakan. Ia membocorkan rahasia besar yang sangat di jaga oleh daddynya. Tapi, apa dia bersalah jika memberi tahu Zweetta tentang semua ini? Dia rasa cukup semua ini di sembunyikan dari kakaknya.

"Di mana mereka sekarang?" tanya Zweetta dengan nada yang dingin. Ronald masih bergeming, enggan menjawab pertanyaan dari Zweetta. "Di mana mereka, Roy? Antarkan aku untuk menemui mereka!" teriak Zweetta hingga membuat Ronald terhenyak dari lamunannya.

"Me... Mereka di penjara, Zwee."

"Antarkan aku menemui mereka, Roy!" Zweetta beranjak dari duduknya. Tetapi, Ronald masih terpaku di sana. Zweetta berbalik dan berkacak pinggang dengan raut muka yang penuh amarah. "Roy! Come on!"

Ronald pun terpaksa memenuhi permintaan Zweetta, ia berharap tidak akan terjadi sesuatu di sana. Zweetta memang wanita yang baik dan sabar, namun ia akan berubah 100% jika ada seseorang yang sudah melampaui batas.

Mungkin kemarin ia sangat takut dengan Maura, bahkan ia tak berani hanya untuk sekedar menatap Maura. Namun, saat ini semua rasa takutnya lenyap entah ke mana. Berbagai rangkaian sumpah serapah telah ia susun rapi di dalam hatinya dan siap untuk terlontar dari mulutnya di hadapan dua orang yang telah benar-benar membuatnya muak.

Zweetta [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang