Malam kini telah hadir menggantikan siang yang mungkin telah penat dengan segala aktivitas yang ia saksikan. Seorang gadis yang telah mengenakan pajama dengan motif hello kitty kini tengah asyik menyaksikan serial drama malam kesukaannya. Sesekali ia tertawa ketika melihat adegan lucu di drama yang tengah ia saksikan. Gadis tersebut lalu meraih ponsel yang terletak tak jauh darinya dan menghubungi seseorang.
"Rauna, kau dapat ke rumahku sekarang?" ucapnya ketika telpon telah tersambung.
"...."
"Ayolah, aku mohon. Orang tua dan kakakku malam ini tidak pulang, jadi aku di rumah sendirian."
"..."
"Bu-bukan, bukannya aku takut sendirian, aku hanya bosan. Kau dapat menemaniku, kan? Aku mohon," tanyanya penuh harap.
"..."
"Oh, begitu. Ya, sudahlah. Maaf mengganggumu."
Gadis itu lalu mematikan sambungan tersebut.
Dia menghembuskan napas seraya menutup kedua matanya. Beberapa detik kemudian ia membuka matanya kembali.
"Ayolah, Stephanny. Tidak akan ada apa-apa. Kau tidak perlu takut karena sendirian," ujarnya pada dirinya sendiri seraya menepuk ke dua pipi tirusnya.
Stephanny berjalan ke dekat jendela. Dari sana ia dapat menyaksikan suasana malam yang masih saja ramai. Tiba-tiba, pandangannya terhenti pada satu titik. Ia melihat seorang gadis berambut pirang sebahu tengah berjalan dengan tatapannya yang kosong.
Pauli...
Stephanny menghembuskan napasnya yang selalu terasa berat saat ia melihat Pauli. Ah, seandainya saja dia punya kesempatan kedua untuk memperbaiki semua yang telah terjadi pasti dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.
Tuhan....
Tak lama, setelah sosok Pauli tak terlihat, lampu rumah Stephanny mati. Ia merasa kaget. Entah mengapa jantungnya kini berdetak sangat cepat. Setelah itu, terdengar suara langkah kaki. Padahal tidak ada orang lain di rumahnya selain dirinya.
Ah, apa mereka tidak jadi pergi?
"Mommy, Daddy, Kak Neora."
Tidak ada jawaban.
Suara langkah kaki itu seolah mendekat, menghampiri Stephanny. Keringat mulai mengucur membasahi hampir seluruh tubuh Stephanny. Deru napasnya terdengar tak beraturan. Suasana malam ini entah kenapa mulai terasa mencekam bagi Stephanny.
Stephanny meneruskan langkahnya. Ia berusaha mengumpulkan semua keberaniannya.
"Sebuah luka harus dibalas luka. Rasa sakit harus dibalas sakit. Hidup adalah sebuah keadilan dan akan selalu memberikan keadilan dengan cara yang berbeda."
Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang Stephanny tak kenal sama sekali. Bersamaan dengan itu lampu rumah Stephanny menyala. Stephanny menghembuskan napas lega. Tunggu dulu! Bukankah tadi ada suara seseorang? Lalu di mana sang pemilik suara itu berasal?
Apakah suara itu berasal dari ilusiku? Tapi, entah kenapa suara itu terdengar begitu nyata.
Stephanny mengusap keringat yang membasahi pelipisnya perlahan. Rasa lega yang beberapa detik lalu Stephanny rasakan kini menghilang.
Keringat dingin lagi-lagi membasahi tubuhnya. Stephanny membalikkan tubuhnya takut. Tepat saat dirinya membalikkan badan sosok yang mengenakan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya berdiri di hadapannya. Bahkan Stephanny tak dapat melihat wajah sosok misterius itu. Hal yang paling membuatnya takut adalah sosok misterius itu memegang sebuah pedang yang terlihat sangat tajam dan kapan saja dapat terhujam ke arahnya. Bagi Stephanny sosok yang terlihat di depannya tersebut seperti seorang malaikat maut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vonis Kematian
Mystery / ThrillerSosok berjubah hitam yang seperti dewa kematian datang di kehidupan Nel dan teman-temannya. Dia memerangkap mereka dalam teror kematian dan membuat mereka kembali mengingat dosa yang mereka lalukan di masa lalu. Sebenarnya dosa apa yang mereka lakuk...