8th Rauna

353 18 4
                                    


Maaf, aku baru update setelah hampir dua bulan gak update.

Selamat membaca ;)

***

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Evan pada Nel yang sedang berbaring dan melihat ke luar jendela ruang inapnya. Ia berjalan dengan sekeranjang apel merah yang dibawanya, lalu meletakkannya di nakas.

Nel mangalihkan pandangannya pada Evan. Segaris senyuman terukir di bibirnya.

"Seperti yang kau lihat," jawab Nel.

Evan melihat ke arah Nel, memerhatikannya lalu menggangguk. Ia lalu berjongkok dan membuka lemari kecil yang ada di sana. Di keluarkannya sebuah piring putih dan pisau buah. Ia lalu duduk di kursi yang ada di samping ranjang Nel. Iya meletakkan piring putih tersebut di pangkuannya, lalu mulai mengupas apel merah yang di bawanya.

"Bryan mana?" lanjut Nel.

Evan menggeleng, bahkan dia pun tidak tahu keberadaan Bryan saat ini.

"Sebenarnya, apa yang terjadi malam itu? Apa itu hanya skenario yang kau buat sendiri? Lalu kau menculik Rauna seperti yang dibilang Bryan?" tanya Evan. Kedua tangannya memegang gagang pisau dan apel dengan erat.

Nel membelalak, tidak percaya bahwa Evan juga akan menuduhnya.

"Ka-kau mencurigaiku?"lirih Nel.

Evan menghembuskan napasnya yang terasa berat.

"Aku hanya tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Ya, aku harap kecurigaan Bryan salah."

Tak ada yang memulai percakapan kembali. Baik Nel maupun Evan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Evan yang terus saja mengupas apel lalu menyuapkan potongn apel tersebut ke mulutnya sendiri dan Nel yang merasa geli dengan tingkah Evan. Ya, bagaimana tidak? Evan memakan apel yang di bawanya untuk Nel, atau setidaknya itu yang Nel pikirkan. Tapi lihatlah sekarang, dia memakan dengan lahap apel itu seorang diri. Ya, Nel tau, sahabat yang ada di dekatnya saat ini memang sangat menyukai apel.

Merasa diperhatikan, Evan menghentikan kegiatannya memakan apel lalu melihat ke arah Nel yang memerhatikannya. Dia bergantian melihat ke arah Nel lalu ke arah apel yang ada di tangannya.

"Kau mau?" tanya Nel seraya menyodorkan sepotong apel yang telah di gigitnya.

Nel terkikik geli lalu menggeleng.

"Buatmu saja."

Lalu Evan kembali melanjutkan memakan apel. Bahkan kini di sudah mulai mengupas apel lainnya.

"Apa kau sudah menemukan Rauna?"

Evan menghembuskan napasnya asal. Ia meletakkan apel yang ada di pangkuannya, tapi sebelah tangannya masih memegang pisau. Ah, mendengar pertanyaan Nel membuatnya kembali mengingat kejadian tak menyenangkan yang terjadi beberapa jam lalu. Dia menggemertakan giginya dan merasa wajahnya kini memanas, mungkin sekarang sudah memerah. Evan menggenggam erat pisau yang ada digenggemannya saat ini. Tidak, dia tidak akan menggunakan pisau itu untuk menusuk Nel. Evan hanya kembali merasa kesal.

"Aku sudah membuat laporan orang hilang pada kepolisian. Tetapi mereka belum akan menindaklanjutinya."

Evan kembali mengingat kejadian pagi tadi. Beberapa jam sebelum dia memutuskan mengunjungi Nel, lebih tepatnya tak lama setelah berpisah dengan Bryan. Ah pukul berapa saat itu? Mungkin sekitar pukul lima pagi atau sudah lewat sedikit, Evan memutuskan pergi ke kantor polisi untuk membuat laporan orang hilang.

Saat itu dengan berlari tergesa Evan memasuki kantor polisi. Ia sempat terjatuh saat berlari dan membuat celana jeans yang dia kenakan robek di bagian lutut dan menyebabkan luka di sana. Bahkan Evan ingat, dia berlari dengan mengabaikan sepatunya yang terlepas sebelah. Lalu, dengan deru napas yang tak dapat dia kontrol dan berbagai pikiran negatif yang merayapi pikirannya, Evan memberikan laporan perihal menghilangnya Rauna.

Vonis KematianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang