2nd ~Begin~ (1)

749 24 2
                                    


"Kalian tahu? Kematian Stephanny sebulan yang lalu seperti tanda bahwa kita harus berhati-hati. Entah mengapa aku merasa hal yang sama juga akan menimpa kita," ujar seorang gadis pada keempat sahabatnya. Nel juga merupakan salah satu diantara mereka. Tapi, ia tidak terlalu menanggapi ucapan sahabatnya itu.

"Rauna, kau tidak perlu merasa ketakutan seperti itu. Kematian Stephanny tidak ada hubungannya dengan kita," jawab Evan seraya menyeruput orange juice yang dia pesan sebelumnya. Ya, mereka sekarang ini sedang berada di caffetaria yang ada di dekat sekolah mereka.

"Salah! Kau salah, Evan. Rauna benar, kita harus berhati-hati. Bisa saja misteri kematian Stephanny ada kaitannya dengan kita. Menurutmu bagaimana, Bryan?" ucap Sally membenarkan apa yang Rauna takutkan.

Sejujurnya, Shallylah yang merasa paling takut diantara semuanya. Entah mengapa Shally selalu merasa sebuah bahaya telah menanti mereka semua dan kematian Stephanny adalah awal dari sebuah bencana besar yang tidak bisa mereka hindari.

"Mungkin kau benar Shally. Semua misteri itu ada kaitannya dengan kita. Tapi, Evan juga ada benarnya, kita tidak boleh terlalu ketakutan," jawab Bryan berusaha menenangkan Shally dan Rauna, ya, walaupun sebenarnya Bryan juga merasa kematian Stephanny memang ada kaitannya dengan mereka semua.

"Sudahlah, kita harus tetap berpikir positif karena dengan berpikir positif akan menghasilkan hal yang positif juga," ucap Evan seraya tersenyum.

"Evan benar. Kita harus selalu berpikir positif. Mungkin itu hanya ketakutan kita saja."

Walaupun aku merasa semua adalah awal dari sebuah bencana besar.

"Tapi, aku yakin apa yang dikatakan Rauna benar adanya. Kematian Stephanny ada hubungannya dengan kita semua," kekeh Shally berusaha meyakinkan sahabat-sahabatnya.

"Mengapa kau seyakin itu, Shal?" tanya Evan heran.

"Itu karena, karena..."

"Hidup adalah sebuah siklus yang di mana di dalamnya terdapat sebuah keadilan," ujar Nel tiba-tiba.

Tatapan sahabat-sahabatnya kini beralih pada Nel. Mereka memandang Nel tak mengerti. Terlebih Shally, ia tak melepaskan tatapannya pada Nel. Sepertinya, ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Tetapi, Nel tidak menanggapi tatapan penuh tanya dari sahabat-sahabatnya. Ia malah berlalu meninggalkan keempat sahabatnya tanpa memberikan penjelasan dari ucapannya.

"Dasar! Sepertinya dia benar-benar tak peduli," gerutu Rauna.

Dia merasa benar-benar kesal dengan sikap Nel yang begitu cuek. Padahal dulu, tepatnya sebelum kejadian setahun yang lalu, Nel adalah orang yang selalu berdiri paling depan jika ada hal-hal ganjil atau masalah yang mereka hadap. Tetapi, sekarang Nel malah menjadi orang yang paling tidak peduli.

"Sudahlah, tidak usah merasa kesal seperti itu," ucap Evan.

Siklus? Apakah, apakah semua ini....

"Shall, wajahmu kenapa mendadak pucat?" tanya Bryan.

Kedua sahabatnya lalu menoleh ke arah Shally yang seolah sedang menyimpan sesuatu.

Tidak! Katakan jika apa yang aku pikirkan salah.

"Shall," panggil Rauna.

Shally tetap bergeming. Pikirannya dipenuhi dengan sesuatu yang sangat mengganjal hatinya. Sesuatu yang membuatnya bingung, tak mengerti juga takut.

Katakan jika suara itu bukan suara dia. Katakan kalau apa yang aku pikirkan salah. Katakan kalau dia tidak kembali untuk menuntut balasan dari kami. Katakan jika semua yang aku pikirkan ini salah.

Vonis KematianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang