Berita mengenai kasus pembunuhan yang menimpa seorang guru menengah atas di sebuah sekolah swasta ternama menjadi headline news hari ini. Semua media sedang marak menayangkan berita yang serupa, baik media cetak maupun elektronik. Hal yang di soroti dalam berita tersebut beragam.Ada yang menyangkut-pautkan kasus tersebut dengan kasus pembunuhan yang menimpa adik korban beberapa waktu lalu dan ada pula yang menyoroti tulisan dari darah yang ditemukan tak jauh dari jasad korban. Ej will end. Tulisan tersebutlah yang menimbulkan banyak pertanyaan.
Ada yang menyebutkan bahwa tulisan tersebut merupakan petunjuk yang akan mengarahkan pada si pelaku dan ada juga yang menyebutkan bahwa tulisan tersebut adalah pemberitahuan si pelaku bahwa akan ada korban selanjutnya yang tidak lain adalah Evan Jovanta.
Di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang minim, seseorang tengah menyaksikan berita yang di suguhkan pagi ini di televisi. Orang tersebut mengenakan sebuah jubah hitam. Ya, dia adalah orang yang mengantarkan Neora pada kematiannya.
“Wanita bodoh!” ucap sosok berjubah hitam itu, menatap sinis pada tayangan di televisi.
Sosok berjubah hitam tersebut memegang bahunya yang terasa sedikit nyeri. Rasa nyeri karena goresan yang dibuat oleh Neora.
“Perempuan sial!”
Ia melangkah ke sebuah almari yang berada di sana. Ia mengambil selembar foto dari dalam laci almari tersebut. Awalnya ia ragu untuk membalikan foto tersebut, tapi akhirnya ia membalikkannya. Dari foto tersebut terlihat muda-mudi yang berpose dengan cerianya.
“Masa lalu hanyalah sebuah kenangan,” lirihnya. Ia memegang kuat ujung foto tersebut.
Dari nada suaranya sepertinya ia merasakan suatu kesedihan. Tangannya kini juga mulai gemetar. Ia lalu menyimpan kembali foto tersebut.
“Semanis apapun kenangan yang telah kalian ukir di hidupku, kalian tetap harus membayar apa yang telah kalian lakukan. Kalian memang berharga untukku, tapi bukan berarti aku bisa memaafkan kalian semua.” Nada suara yang semula sendu, kini berubah menjadi nada yang menyiratkan sebuah amarah dan dendam.
“Ya, kalian akan mendapat balasan dari apa yang telah kalian lakukan.”
Sosok berjubah hitam itu kini melangkah ke tempat semula ia duduk, lalu kembali menyaksikan tayangan –yang menurutnya- bodoh yang hanya menyoroti hal tak berguna. Hal yang tak akan bisa menghentikan langkahnya untuk mengantarkan tawanan-tawanannya ke neraka.
“Di dekat korban ditemukan sebuah tulisan Ej will end. Hal ini diduga adalah pesan kematian korban yang mengarah pada pelaku, tetapi dugaan lain menyebutkan...”
Sosok berjubah hitam itu tersenyum sinis mendengar apa yang reporter beritakan.
“Ej will end. Nel Jweldi,” gumamnya seraya berpikir. Dia baru menyadari bahwa huruf-hurup itu adalah susunan dari nama Nel Jweldi.
“Hm, sepertinya ini akan menarik,” ucapnya disertai dengan senyuman licik.
Di otaknya kini telah berputar sederetan ide-ide licik untuk membalaskan semua rasa sakit yang dia rasakan karena perbuatan mereka. Tidak, mereka semua memang tidak secara langsung menyakiti dirinya, tetapi dengan melalui Pauli dan juga Landy mereka telah menyakiti dirinya.
Ia berjalan ke arah sebuah cermin lalu memandangi wajahnya yang terpantul dari sana. Gigi-giginya bergemertak dan tangannya pun mengepal. Kemudian sebuah tinju ia arahkan ke cermin, lebih tepatnya ke arah pantulan wajahnya. Seolah menyiratkan bahwa dia membenci pantulan dirinya sendiri yang ada di sana.
Dari cermin yang retak tersebut bercak merah dari darah yang berasal dari tinjunya menempel. Namun, meskipun tangannya berdarah ia tak merasakan sakit. Karena rasa sakit dalam hatinya jauh lebih besar dengan rasa sakit yang ada di tangannya. Rasa sakitnya memang tak berdarah dan berbentuk, tetapi terasa nyata dan sangat menyiksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vonis Kematian
Mistério / SuspenseSosok berjubah hitam yang seperti dewa kematian datang di kehidupan Nel dan teman-temannya. Dia memerangkap mereka dalam teror kematian dan membuat mereka kembali mengingat dosa yang mereka lalukan di masa lalu. Sebenarnya dosa apa yang mereka lakuk...