BAB 10

430K 10.4K 225
                                    

Clara membanting kencang pintu apartemen. Ia masih tidak bisa melupakan kejadian hari ini. Marah? Tentu saja. Kecewa? Apalagi. Malu? Sudah pasti. Terlebih lagi setelah pertemuannya dengan Mr. Golden yang membuat Clara tidak bisa berhenti memikirkan pria itu.

"Stop, Clara! Stop!" bentak Clara, geram pada dirinya sendiri. Berulang kali ia mencoba untuk menjaga akal sehatnya, tapi entah mengapa bayangan Mr. Golden selalu menghantui. Clara sangat tidak suka keadaannya yang seperti ini. Pikiran dan perasaannya seakan bersatu untuk membuatnya gila. Sekeras apa pun ia mencoba menghapus bayangan wajah Mr. Golden, tetap saja tidak bisa.

Clara melemparkan tas tangannya begitu saja ke sofa, lalu duduk dan bersandar lemah di sana. Clara mengembuskan napas panjang, berusaha mengeluarkan beban berat dan rasa kesal yang terus menetap di dadanya sejak ia melontarkan kekesalannya pada Tamara. Hingga saat ini, Clara tidak bisa menerima alasan Tamara yang seakan menjualnya ke Pak Timothy.

Ia dan Tamara sudah berteman dua tahun lamanya, tapi pertemanan mereka hancur seketika hanya karena masalah uang. Ia tidak tahu apa yang mendasari Tamara sampai rela menyodorkannya pada Pak Timothy. Yang ia tahu, Tamara selalu berkecukupan dan setiap pria rela memberikan uang melimpah demi memenuhi kebutuhan wanita itu. Tapi sekarang, setelah mendengar bagaimana Tamara begitu membutuhkan uang, membuat Clara tidak percaya sama sekali.

Clara memejamkan mata, meresapi keheningan dalam apartemennya, dan mencoba menenangkan diri. Beberapa kali Clara mengembuskan napas panjang, akhirnya perasaannya pun berangsur-angsur tenang. Clara membuka mata, lalu menegakkan tubuhnya.

Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam, dan perutnya mulai lapar. Clara beranjak dari sofa, mengambil remote TV, lalu menyalakannya. Setidaknya suara TV bisa mengisi kekosongan apartemen ini, pikirnya.

Ia melangkah menuju dapur mungilnya, lalu menyiapkan makan malam sederhana berupa sepiring telur dadar dan nasi. Clara tidak ingin memasak sesuatu yang merepotkan, karena ia berencana tidur setelah makan. Tubuh dan pikirannya benar-benar butuh istirahat.

Setelah selesai memasak, Clara membawa piring berisi nasi dan telur, lalu duduk di sofa dan menikmati makan malam sembari menonton TV. Siaran di TV mulai terasa membosankan. Clara mengganti ke saluran lain yang menampilkan film drama percintaan. Film itu menceritakan tentang percintaan antara atasan dengan sekretarisnya. Tapi, di film itu atasannya adalah seorang wanita, sedangkan sekretarisnya adalah seorang pria. Film percintaan yang diisi dengan sedikit komedi, membuat perasaan Clara semakin membaik. Terutama setelah perutnya terisi penuh.

Ia membiarkan TV tetap menyala, kemudian beranjak menuju tempat cuci piring. Clara membersihkan piring dan peralatan yang kotor, kemudian mematikan TV sebelum berjalan menuju kamar tidur. Clara menanggalkan pakaiannya satu per satu lalu masuk ke kamar mandi, kemudian menyalakan shower.

Ia melangkah masuk ke bawah pancuran dan membiarkan air hangat membasuh seluruh tubuhnya dari ujung rambut hingga kaki, berharap air dapat membuang seluruh rasa lelahnya. Ia berdiri diam di bawah pancuran selama beberapa saat. Tak sengaja pikirannya melayang ke alur film yang baru saja ia tonton. Matanya terpejam dan pikirannya melayang jauh entah ke mana.

Clara mulai membayangkan dirinya sedang menjalin hubungan romantis dengan Mr. Golden. Ia mulai memeluk tubuhnya yang telanjang dan basah di bawah kucuran air, sementara pikirannya terus tertuju pada Mr. Golden. Oh, Tuhan. Kenapa aku tidak bisa melupakan tatapan itu? batin Clara sambil terus memeluk tubuhnya semakin erat.

Pikirannya yang liar pun kembali mengingat bagaimana bokong seksi Mr. Golden dan setiap gerakan indah yang diciptakan. Jantung Clara perlahan berdebar semakin cepat. Ia mulai membayangkan bagaimana rasanya saat tangan kekar itu memeluk dan membelai tubuhnya.

Beautiful Madness - The "B" Series #1✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang