FOLLOW IG : sri_harianti_oktaviana
*****
Mata Clara mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya lampu yang terasa menusuk mata. Tubuhnya terasa nyaman, tapi kepalanya masih sedikit pusing. Clara mencoba mengamati sekitarnya dan langsung terduduk di atas tempat tidur. Ia sudah berada di kamar tidurnya.
Clara menundukkan kepala dan melihat tubuhnya yang sudah berganti pakaian. Matanya terbelalak ketakutan. Ya, Tuhan! Apa Mr. Golden yang gantiin bajuku? tanya Clara panik. Ia memeluk tubuhnya saat rasa dingin mulai menyerang. Clara berusaha mengingat kembali apa yang terjadi semalam, tapi yang ia ingat hanya saat di mana Mr. Golden memaksanya untuk meminum minuman yang terasa sangat panas dan memabukkan.
Clara turun dari tempat tidur, lalu berjalan keluar dari kamar. Apartemen yang tidak terlalu besar namun tertata rapi adalah satu-satunya tempat tinggal yang ia miliki. Satu-satunya harta yang ayah tinggalkan untuknya.
Ia melangkah menuju pintu apartemen dan memeriksanya. Pintu itu masih terkunci. Ia tidak tahu bagaimana caranya bisa kembali ke sini atau apa sebenarnya yang sudah Mr. Golden lakukan padanya. Ia benar-benar tidak ingat. Clara bergegas memeriksa kamar tidur yang lain, berharap bisa menemukan Mr. Golden di sana, namun tidak ada siapa-siapa. Clara menutup pintu kamar, lalu kembali ke kamar tidurnya. Pandangannya tak sengaja tertuju pada jam di dinding.
"Astaga! sudah jam setengah sembilan," teriak Clara histeris. Ia bergegas masuk ke kamar mandi, menanggalkan pakaian, dan mandi secepat kilat. Setelah mandi, Clara mengambil pakaian kerjanya yang hanya berupa kemeja lengan pendek biru toska, celana bahan hitam, dan sepatu heels berwarna senada dengan celana.
Clara memoles riasan sederhana, berharap masih memiliki sisa waktu untuk kembali merias wajahnya saat tiba di kantor. Rambut sengaja ia kuncir kuda karena sudah tidak ada waktu lagi untuk merapikan atau mempercantiknya. Clara sedikit kelabakan mencari tas kerjanya karena ia sama sekali tidak ingat di mana menaruhnya.
Kelegaan menghampiri saat melihat tas kerjanya tergeletak begitu saja di sofa ruang TV. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti saat ia ingin keluar apartemen. Bayangan akan Mr. Golden yang leluasa mengganti pakaiannya dan menatap tubuhnya yang telanjang, membuat Clara merona malu.
Dengan cepat ia menggeleng, berusaha menghapus pikiran liar yang berniat menghambat langkahnya untuk bergerak cepat, karena ia benar-benar sudah terlambat sekarang. Kerja! Kerja! Kerja! tegur Clara pada dirinya sendiri sembari berusaha keras menjaga kewarasannya.
Ia bergegas keluar dari apartemen, menguncinya, lalu melangkah cepat menuju pintu lift. Untung sekali pintu lift langsung terbuka dan ia pun segera menekan tombol ke lantai dasar. Dering ponsel yang keras, mengejutkan dirinya yang terlalu serius memandangi layar angka lift. Ia mengabaikan panggilan itu dan langsung melangkah keluar saat pintu lift terbuka.
Sapaan pagi dari petugas keamanan apartemen selalu mengiringi langkahnya setiap kali menuju pintu keluar. Tapi, entah mengapa saat ini pria itu menatapnya dengan tatapan aneh dan bingung. Clara tidak menggubris tatapan itu dan hanya melemparkan senyum ramah yang biasa ia lakukan setiap hari. Ponselnya kembali berdering. Clara langsung mengeluarkannya dari tas kerja, ingin tahu siapa orang yang bersikeras menghubunginya pagi ini.
"Apa, Tam?" tanya Clara cepat.
"Siang ini lu ada kegiatan nggak?" tanya Tamara riang.
"Gue kan kerja, Tam. Jangan aneh-aneh, deh!" tegur Clara sambil terus melangkah menjauh dari pintu gedung apartemen.
"Lu kerja?" tanya Tamara bingung dengan jawaban Clara.
"Emang lu nggak kerja? Lu izin lagi?" tanya Clara balik seraya berlari kecil menunju gerbang apartemen. Napasnya terengah-engah saat ia berhenti tepat di depan gerbang dan sialnya tak ada satu pun taksi di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Madness - The "B" Series #1✔
Fiksi UmumNO. 1 General Fiction : 23/12/2017 & 10/01/2018 BAB DIPRIVATE ACAK!! FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! ROMANCE ADULT (Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa, kekerasan, dan kata-kata yang tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Harap kebijakann...