Teri-solir.

7.1K 435 27
                                    

Pertama kali aku melihat wajah seorang wanita yang menurutku cantik. Lebih cantik dari wajah ibuku.

Saat itu aku bersama yang lain sedang mengunjungi sahabat kami Kiba yang sedang pulang ke desanya. Aku mendengar bahwa desa itu adalah sebuah tempat yang sejuk dan menyenangkan. Maka aku bersama dua temanku Sasuke dan juga Gaara memutuskan menyusul Kiba yang sudah pulang ke desanya terlebih dahulu.

Konoha. Namanya sedikit aneh menurutku. Namun benar yang mereka katakan disini sangat sejuk bahkan aku tidak sedikitpun mencium polusi. Banyak pohon besar dan terlihat sangat teduh jika digunakan untuk berhanami.

Aku Namikaze Naruto. Mahasiswa yang sedang melanjutkan study S2 di Tokyo University. Usiaku 21 tahun. Anak pengusaha kaya dibidang pertambangan. Aku anak tunggal dan sifatku sedikit dingin -menurut banyak orang. Aku single dan tidak tertarik pada makhluk yang bernama perempuan. Tapi aku bukan gay, karena aku masih bisa menegang jika melihat perempuan telanjang.

"Astaga. Kalian benar-benar menyusul kemari. Aku kira kalian bercanda. Bahkan kalian juga membawa si Tuan aspal kesini"

Aku mendengar suara Kiba. Dan aku juga mengetahui siapa yang dirinya sebut tuan aspal. Tapi aku tidak terlalu mendengarkan. Aku terlalu fokus melihat jajaran pohon yang sangat hijau disepanjang jalan yang tadi kami lalui. Menyejukkan mata dan juga pikiranku.

"Ayo masuk Naruto. Kebetulan ibuku sudah memasak makan siang."

Aku menoleh saat Kiba menepuk bahuku. Ternyata Sasuke dan Gaara sudah masuk dan hanya aku yang tertinggal. Sialan mereka.

Aku melihat rumah Kiba. Tidak besar bahkan ini tergolong kecil. Dengan dua lantai dan masih terbuat dari kayu. Benar-benar rumah khas Pedesaan. Namun rumahnya bersih dan sama sekali tidak aku jumpai satu sampahpun disini. Kurasa keluarga Kiba memang pecinta kebersihan.

Saat aku melihat kesamping halaman aku melihat beberapa ekor anjing sedang berlarian dengan seorang bocah kecil yang mengejar mereka. Bibirku terangkat sedikit. Tanpa sadar aku tersenyum saat melihat bagaimana anak kecil itu terjatuh dan tubuh gemuknya tersungkur ditanah.

"Oh itu anjing peliharaan keluargaku. Mereka jinak dan Astaga! Kau baik-baik saja Kaito? Mana ibumu?"

Suara Kiba mengagetkanku, dan aku melihatnya menghampiri anak yang tadi sempat aku tertawakan. Rambut putih bocah itu sedikit berantakan. Aku terus memperhatikan bagaimana bocah yang aku tebak usianya masih 3 tahun itu mengadu manja pada Kiba. Mereka terlihat seperti ayah dan anak sungguhan. Hanya kurang sosok ibu dan lengkaplah sudah.

"Kaito-kun"

Suara lembut seorang wanita mengalihkan atensiku dan pada saat itu juga aku terpaku. Wajah yang putih bersih dengan bibir merona alami. Poni rata dengan potongan rambut sebahu. Siapa dia. Kenapa dia begitu cantik dimataku.

"Ada apa ini Kiba-kun? Apa anakku merepotkanmu lagi?"

Hah? Anak? Jadi wanita cantik itu sudah punya anak. Aku sedikit kecewa mendengarnya. Ternyata memang wanita cantik dengan status yang masih sendiri itu mustahil masih ada.

Aku memutar badan dan meninggalkan tempat itu -menuju keruangan Sasuke dan Gaara berada. Hatiku sedikit iri pada Kiba dan wanita yang tidak aku tahu namanya begitu sangat dekat. Cemburu?. Yang benar saja. Aku tidak sedang menyukai seseorang. Aku tidak mungkin cemburu. Tidak mungkin kan?

"Kau lama sekali. Terjebak dijalan yang bernama kehidupan dobe?"

Mulut sialan Sasuke mulai mengelurkan racun. Menyebalkan saat mendengar semua orang menertawakannku. Tanpa membalas aku sudah duduk dimeja makan karena ibu Kiba yang menyuruhku. "Hn" jawabku sekenanya. Jangan menganggap aku orang yang dingin. Tapi memang aku tidak tahu harus berkata apa sekarang.

ONE SHOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang