CHAPTER 7

86 4 0
                                    

Rasa sakit yang kurasakan kini telah kembali lagi. Aku takut tidak bisa mendapatkan kesempatan kedua. Rasa takut ini menghantuiku kembali.

                               TWINS

Hari ini kami bertengkar. Untuk pertama kalinya kami bertengkar cuman gara-gara hal sepele. Sebenernya aku tidak ingin bertengkar hari ini, aku pingin hari ini hari kebahagiaan kita. Tapi apa boleh buat, sudah memang seperti ini jalannya. Semuanya sudah di atur sama Tuhan. Kita hanya menjalankannya dengan baik dan benar. Hari ini banyak kejadian yang tidak terduga. Aku ingin sekali hari esok cepat datang dan melupakan hari ini. Aku sudah membuat kelly kerepotan dengan ku. "Aku ini memang merepotkan" keluhku sambil menangis. Hari ini aku ingin mengurung diriku dikamar semalaman. Aku ingin menenangkan diriku sejenak. Melepaskan semua beban yang ku pendam. Aku sudah tidak mempedulikan keadaan kelly, karena aku ingin mengurus diriku dulu.

                              ●ω●

Flashback
Suatu malam, aku sedang bermain piano di ruang keluarga. Saat itu aku baru berumur 3 tahun. Aku baru bisa memainkan satu lagu. Lagu yang kusuka yaitu "twinkle twinkle little star"
Saat sedang aku bermain, semua orang menikmati lagu yang kumainkan. Mereka juga ikut berdengung dan menggelengkan kepala mereka mengikuti lagu yang kumainkan. Di tengah permainan ku, terdengar suara bel dari arah ruang tamu. Lalu ayah membuka pintu itu dan terdengar suara "wah.. Lama tak jumpa sahabatku" kata ayah dengan sangat gembira sambil memeluknya. Ada 3 orang yang datang. Satu teman ayah yang laki-laki dan satu teman mama yang perempuan, aku melihat ada anak perempuan seumuran denganku. "Sayang~ ada tamu" panggil papa. "Iya pa, tunggu sebentar ya" jawab mama yang sedang di dapur. Lalu mama pergi ke ruang tamu. "Wah~ imutnya~" kata mama kepada seorang anak perempuan. "Salam kenal mama lucy" jawabnya sambil menundukkan kepalanya. "Panggil mama saja ya anak manis~" jawab mama sambil memegang ujung hidung anak perempuan itu. Aku tidak mempedulikannya, Lalu aku melanjutkan bermainku. "Wah~ tadi saya mendengar ada yang bermain piano, bagus banget permainannya" kata tante itu. "Iya, lucy sedang bermain piano" jawab mama sambil menunjuk kearah ku. "Wah~ sayang,yuk kita kesana" ajak tante itu sambil membawa seorang anak perempuan. Aku benar-benar terfokus pada permainan ku sambil bernyanyi. Aku benar-benar tidak mempedulikan yang lain, seakan aku sudah masuk kedalam laguku. Saat dibagian akhir permainanku,aku menghela napas. Lalu terdengar suara "wuahh~ Bagus banget lucy" kata tante itu yang sedang memujiku. Aku langsung membalikkan badan ku. Aku melihat ada tante dan anak perempuan seusiaku melihatku dengan tatapan terharu.  Lalu aku berlari ke arah mama yang berada di sebelah kanan piano,lalu aku bersembunyi di belakang mama. "Haha.. Lucy selalu seperti ini, dia anaknya pemalu" kata mama yang sambil mengelus kepalaku. "Sayang~ ini ada teman baru untukmu, kamu bisa bermain dengannya" kata mama yang sambil memegang pipiku. Aku menggelengkan kepalaku. "Hey sayang~ kamu gak perlu takut, kalian akan jadi sahabat yang baik" kata mama sambil tersenyum. "Iya lucy, kalian akan jadi sahabat yang baik" sambung tante sambil tersenyum juga. "Ayo sayang~ perkenalkan dirimu" suruh tante itu kepada anaknya. "Ha.. Hai namaku kelly, senang bertemu denganmu. A.. Aku suka dengan permainanmu tadi" katanya sambil mengulurkan tangan kanannya. Aku sempat takut dan mundur sambil menggelengkan kepalaku kearah mama. Mama hanya tersenyum kepadaku. Lalu aku melangkah maju dan berkata "lu.. Lucy.. Na.. Nama saya lucy. Sa.. Salam kenal" jawab ku dengan tersedu-sedu. Aku memang masih belum lancar bicara. Masih gagap dan takut untuk berbicara. "Wuah.. Lucy, biasakah kamu memainkan lagumu lagi? Aku akan bernyanyi bersamamu" mohon kelly. Aku menganggukkan kepalaku. Lalu kami naik kursi dan memulai permainanku. Kami bernyanyi bersama dengan sangat gembira dan senang twinkle,twinkle,little star~ how i wonder what you are~ up above the world so high~ like a diamond in the sky~ twinkle, twinkle, twinkle little star~ semua orang juga ikut bernyanyi. Dengan permainan pianoku dan juga suara kami yang sangat mungil, membuat orang juga ikut bernyanyi, tersenyum, tertawa, dan mengikuti iringan musiknya. Walau aku masih malu-malu,tapi aku tetap berusaha untuk menjadi yang lebih baik untuk kelly. Kami bermain piano bersama, menyanyi bersama, bermain bersama. Semua kita lakukan bersama-sama. Wajah yang penuh ceria membuat lingkungan sekitar manjadi lebih berwarna. Warna kuning terang membuat kebahagiaan disekitar kita dan suara mungil begitu juga tingkah kita yang lucu membuat orang sekitar ikut tertawa dan gemes karena tingkah konyol kami. Dimulai dari itulah kami mulai berbincang. Tapi sepertinya tidak akan lama. Kenapa? Karena rasa sakit yang kurasakan dahulu sekarang kembali ingin menghancurkan hidupku. Saat itu kami sedang bermain di kamarku. Bermain balok-balokkan. Membuat bangunan-bangunan yang bagus. "Lucy, rumah kamu bagus banget" kata kelly sambil memujaku. "A..a.. Ti.. Tidak kok" jawab ku tersedu-sedu. "Haha... Tidak usah malu-malu lucy"jawabnya. Aku hanya bisa tersenyum mendengar perkataan kelly. Deg.. Ngiiingg.. Terdengar suara nyaring yang membuat kelapaku sakit. Aku benar-benar kaget. Aku langsung menundukkan kepalaku. Aku mencoba untuk tidak panik. Mencoba untuk tenang. Aku tidak ingin membuat keributan disini. Aku tidak mau mereka melihatku seperti ini. Aku tidak mau.. Jangan sekarang.. Jangan sekarang.. Aku ingin melihat mereka bahagia.. Aku tidak ingin membuat mereka sedih lagi.. Kumohon jangan sekarang.. Ngiiiiiinnnggg.. Hah.. Hah.. Hah.. (Suara nafas yang cepat) "Hey lucy, bagaimana menurutmu? Apakah ini bagus?" tanya kelly. Aku tidak bisa mendengar suara kelly. Suaranya sangat kecil, dan penglihatanku mulai buram. Tess.. Tess.. Air yang berwarna merah mengalir dari hidungku. "Hey, lucy kenapa?" tanya kelly sambil menoleh kearahku. "Lucy.. Ti.. Tidak.. A.. Apa-apa kok" jawabku sambil melihat kelly walau penglihatanku tidak jelas. "Lu.. Lucy.. Hi.. Hidungmu kenapa?!" katanya sambil menunjuk kearah hidungku. "Hah?" tanyaku heran. Lalu aku pergi ke arah cermin dan ternyata hidungku berdarah. "Da..darah.." kataku dengan suara yang sangat kecil. Penglihatanku mulai gelap.. Gelap.. Dan gelap.. Aku mulai tak sadarkan diri. Aku menjatuhkan badanku dengan keras. Bruugghh.. "Lu.. Lucy..!!!!!!" teriak kelly dengan sangat keras. Semua orang yang berada lantai bawah kaget mendengar teriakan kelly yang begitu kencang. "Huaa... Lucy.." tangis kelly dengan kencang. Lalu semua orang pergi ke kamar lucy. Saat ayah lucy membukakan pintu dengan sangat kencang. Brakk..!! "Ada apa?!" teriak ayah lucy dengan sangat kencang. "Lu.. Lucy.." kata kelly sambil gemeteran. Mama lucy langsung menghampiri lucy dan mengangkat lucy. "Sayang.. Bangun sayang.." katanya sambil menangis. Papa kelly langsung melihat keadaan lucy.

Kelly
Mamaku langsung menghampiriku dan menenangkanku. Dengan pelukan yang sangat hangat. Papaku langsung menelponmu ambulance. Bibi mempersiapkan semua barang yang akan dibawa. Pertama kalinya, aku melihat lucy seperti ini. Aku benar-benar kaget dan syok. Aku takut terjadi sesuatu pada lucy. Aku terus berdoa supaya lucy cepat sembuh.

Tak lama kemudian ambulance datang dan langsung membawa lucy. Kami semua ikut ke rumah sakit. Diperjalanan aku hanya bisa menangis. Ibuku terus memelukku dengan sangat erat. Sesampainya di rumah sakit, lucy langsung dibawa ke ruang UGD. Kami semua menunggu diluar ruangan. Aku tetap menangis. Aku tak tau kenapa aku menangis, tapi ini keluar dengan sendirinya. "Huaa..." tangisku dengan sangat kencang. "Hey kelly,kenapa kamu menangis sayang?" tanya mama lucy dengan wajah penuh air mata. "Maafkan aku tante.. Huaa.. Maafkan aku.." rengek ku dengan keras. "Hey kelly, kau tidak salah sayang" jawab mama sambil memegang pipiku. Aku langsung memeluk mama. Lalu aku kembali menangis dengan sangat kencang. Ibuku juga ikut memeluk kami. Kami berpelukan bersama seperti film boneka yang memiliki antena diatas. Apakah kalian tau namanya? Jika tau itulah yang kami lakukan, persis. Aku melihat banyak tangisan yang keluar dari air mata seseorang. Ini pertama kalinya aku melihat banyak orang menangis. Aku benar-benar takut.
Kami menunggu diluar ruangan hingga 3 jam lamanya. Aku tetap menangis, aku takut lucy kenapa-napa. Kami baru saja bertemu, aku tak ingin kehilangannya. Aku ingin dia sembuh dan bermain bersama denganku. Keceriaan lucy membuat hatiku senang. Senyumannya bagaikan bungan matahari yang terkena sinar matahari. Seperti kilauan yang sangat indah. Dokter tak kunjung keluar. Lampu di atas ruang UGD masih menyala. Semua orang panik, semua orang takut, begitu juga denganku. Lalu aku melihat lampu diatas ruang UGD sudah mati, itu pertanda sudah selesai. Tak lama kemudian dokter pun keluar dari ruangan UGD. Mama dan papa lucy langsung menghampiri dokter. Saat dokter berbicara, wajah mereka tampak sedih. Deg.. Deg.. Jantungku berdetak kencang dan cepat. Aku sangat takut. Aku takut apa yang dibicarakan oleh dokter itu. Setelah mereka berbincang, dokter pun pamit undur diri. Mama lucy menangis dengan sangat kencang dan papa lucy juga ikut menangis. Aku takut! Aku takut!! Lalu mama lucy menghampiri ibuku. "Bagaimana keadaan lucy?" tanya ibuku. "Dia masih mengalami masa kritis nya" jawab mama sambil menangis. "Sstt.. Tenanglah.. Aku yakin lucy akan baik-baik saja" jawab ibuku sambil memeluk mama lucy. Aku tidak mengerti apa yang dikatakan oleh mama. Karena aku masih kecil,jadi aku tak tau apa-apa. "Kritis katanya? Apa itu kritis?"tanya ku dalam hati sambil menangis. "Sementara ini lucy tidak bisa dijenguk. aku akan mengantar kalian" ajak papa lucy. Aku menolak untuk pulang. Aku masih merasa bersalah kepada lucy. Ini semua salahku. Akulah yang menyebabkan lucy seperti ini. "Tidak..!! Kelly ingin disini!" rengekku. "Hey kelly, lucy akan baik-baik saja. Sekarang kita pulang ya, besok kita kesini lagi" jawab ibuku sambil menenangkanku. Aku ingin melihat lucy, ibu.. Aku ingin melihat keadaan lucy.." rengekku sambil menangis. "Sekarang lucy tidak bisa dijenguk, dia masih istirahat" jawab ibu. Akhirnya kami pun menunggu lucy di luar ruangan. Lama-kelamaan aku mulai mengantuk. Mungkin karena hari ini aku kecapean dan banyak menangis. Akhirnya aku tidur diatas pangkuan ibuku. Setelah aku tertidur lelap, kami pulang ke rumah.

Hari ini, untuk pertama kalinya, aku melihat seorang perempuan yang tersenyum begitu ceria didepanku. Tapi senyumannya itu seketika lenyap. Tak ada lagi senyuman yang kulihat dari wajahnya. Senyuman itu seketika hanya sebuah mimpi. Senyuman itu seketika hanya sebuah khayalan yang aku khayal. Aku ingin sekali melihat senyuman mu lagi, lucy.

TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang