CHAPTER 10

91 3 4
                                    

Hati yang berdebar-debar membuatku tak konsen akan sesuatu. Wajah yang memerah membuatku malu menatap wajahnya. Perasaan yang campur aduk membuatku tak nyaman dengan semua ini.

                           TWINS

Hari ini banyak sekali kejadian yang tak terduga. Pertama aku sudah berbaikan dengan kelly dan yang kedua aku terjatuh karena tersenggol oleh seorang laki-laki. Sekarang aku sedang tengkurep di atas kasur dan pikiranku penuh dengan laki-laki itu. Aku berusaha melupakannya tapi tak bisa. "Kenapa dia tak bisa hilang dari pikiranku.." kataku yang sambil menutup wajahku dengan bantal sambil malu-malu. Wajahku saat ini benar-benar merah. Entah kenapa aku bisa semalu ini. Aku mengguling-gulingkan badan ku diatas kasur. Kitty yang melihatku seperti ini langsung mengeong "meeooww.." (kenapa?) "ah kitty, kemari kucingku" kataku sambil melambaikan tangan. Kitty langsung pergi kearahku dan mengelus-elus badannya ke kepalaku.

"Hey kitty, kenapa jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya? Apakah aku sedang sakit?" tanya ku sambil memegang jidatku. "Meoow~" (itu namanya sedang jatuh cinta~) 
"huft.. Aku benar-benar sudah tidak waras"
"meooww" (majikanku kenapa sih.. -_-||)
"lucy.. Waktunya makan.." suruh bibi dengan suara yang cukup keras. "Oh iya bi, lucy segera turun" jawabku yang langsung bergegas kebawah.

Sesampainya di meja makan wajah bibi terlihat sangat heran saat melihat wajahku. Aku langsung bertanya kepada bibi "ada apa bi?" "wajah non lucy merah. Apa non lucy sakit?" tanya bibi yang sambil berjalan membawa makanan ke meja makan. "Ah!! B.. Benarkah?!" tanyaku kaget. Setelah mendengar bibi bicara seperti itu padaku, aku sangat panik sambil memegang wajahku.  "Haha.. Non lucy tampak lucu sekali. Nah ini makanannya non" kata bibi yang menaruh makanannya di atas meja. Lalu aku mulai melahap masakan bibi dengan senang. Setelah aku makan aku langsung meminum obatku dan kembali ke kamar. Saat di kamar aku langsung duduk diatas kasur. Perasaanku masih sama seperti tadi. Masih campur aduk. "Huft.. Aku benar-benar ingin menghilangkan perasaan ini dan menenangkan pikiran, tapi apa yang harus aku lakukan?" tanyaku sambil menaruh tangan kananku diatas kepala. "Baiklah, aku akan bermain piano" sambungku yang langsung bergegas kearah piano.

Mohon nyalakan
Aku tarik kursi yang berada dibawah piano dan aku mulai menduduki kursi empuk ini. Aku mulai mengangkat kedua tanganku diatas tuts dan perlahan demi perlahan ku turunkan tanganku sampai menyentuh tuts. Saat ku sentuh tuts dengan lembut terdengar suara tuts berbunyi "ting" dengan nada yang tinggi. tuts pertama aku bunyikan dengan penuh perasaan yang mendalam lalu tuts kedua dengan nada dibawah tuts pertama. Aku memainkannya dengan penuh perasaan. Dengan ekspresi wajah yang mengikuti irama piano.
Saat bermain piano, aku melihat bayangan hitam yang berada di ingatanku. Bayangan hitam yang benar-benar tidak ingin kuingat ataupun kulihat. Aku mulai masuk kedalam ingatan masa laluku. Aku melihat anak lelaki itu yang sedang bermain denganku saat aku masih kecil. Lalu ia mengajakku kesebuah tempat yang sangat indah. Disana aku bermain dengan sangat gembira bersamanya. Aku melihat sebuah keceriaan mulai muncul disekitaran kami. Kemana-mana kami selalu bersama hingga ingatan itu mulai berjalan sampai pada akhirnya aku melihat kejadian itu lagi. Kejadian dimana aku mengalami kecelakaan yang membuat semua orang berdarah-darah. Aku bermain piano tanpa ada kesadaran dariku. Tanganku masih bermain tapi jiwaku tidak ikut bermain. Jiwaku masih masuk kedalam ingatan masa lalu yang menyeramkan. Saat  terjadi kecelakaan entah kenapa tepat saat permainan pianoku berhenti. Aku menghadap keatas dengan mata menutup.

"Hah... Hah... Hah.." nafasku tidak teratur, jantungku berdetak kencang.

Aku takut.. Aku takut.. Perasaanku tambah kacau. Tanganku tiba-tiba lemas begitu juga dengan badanku. Tiba-tiba aku menangis tanpa sadar. Lalu aku menundukkan kepalaku sambil menangis. Badanku gemetaran, aku tidak bisa mengendalikan emosi dan tangisku. Aku tetap menangis sampai aku tenang kembali.

TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang