CHAPTER 12

84 5 0
                                    

Jujur saja, aku ingin sekali hidup bebas tanpa ada penderitaan yang aku alami. Tapi jika ini kehendak Tuhan, aku tidak akan menentang semua apa yang Tuhan berikan padaku.

                           TWINS

Hari ini aku tidak berangkat sekolah dan aku malah harus pergi ke rumah sakit. Aku benar-benar tidak suka rumah sakit apalagi melihat alat-alat menyeramkan itu. Aku trauma melihat semua alat-alat menyeramkan itu. Setelah aku bersiap-siap, wajahku tampak pucat dan tidak bersemangat. Aku terus terpikirkan bagaimana nantinya aku berada di rumah sakit. Seperti apa aku nantinya di rumah sakit? aku akan mabuk disana atau aku akan pingsan disana? Terlalu banyak pikiran yang aku pikirkan sehingga sakit itu mulai muncul kembali. Saat aku menuruni anak tangga, pandanganku kosong, tapi pikiranku terus berputar.

"Hey sayang, kenapa jalan mu seperti orang mabuk?" tanya mama yang duduk di ruang keluarga sambil menonton tv

"Seperti biasa mam" jawabku

"Hah.. Kemarilah lucy" suruh mama sambil memberi isyarat dengan melambaikan tangannya

Aku menuju ke arah mama dan duduk disebelah mama.

"Huft.. Mama tau kamu tidak suka bau rumah sakit. Tapi ini demi dirimu juga. Jadi kamu harus mempersiapkan diri untuk bisa menahannya, jangan pingsan ya" kata mama panjang lebar

"Iya ma" jawabku singkat

Setelah itu kami langsung berangkat menuju rumah sakit. Bagaimana dengan kelly nanti? Apakah dia akan mencariku? Apakah dia tau kalau aku tidak berangkat sekolah? Mama melirik ke arah ku dan menghela napas "hahh..."

Aku tidak mendengar mama menghela napas karena aku masih terpikirkan bagaimana kelly nanti. Mama yang mengerti diriku ini langsung berkata

Mama
Huft.. Lucy, jangan terlalu banyak pikiran. Mama hanya ingin otak kamu tidak banyak berpikir, jika kamu terlalu banyak berpikir, kamu akan stress berat. Kamu adalah anak yang terlalu berpikir keras. Hal sepele selalu saja kamu pikirkan.

"Lucy, tidak perlu khawatirkan guru, kelly, dan lain-lain. Mama sudah mengabari wali kelas mu bahwa kamu hari ini tidak bisa datang ke sekolah" tebak mama

"Ba.. Bagaimana mama tau kalau lucy sedang memikirkan itu?" tanyaku panik
"Dan.. A..apa mama bisa membaca pikiran orang?" sambungku

"Ahaha..kamu ini masih belum mengenal mama dengan sepenuhnya ya. Mama bisa lihat dari raut wajahmu yang supel murung itu" jawab mama sambil menyetir

"Ja.. Jadi mama tau apa yang aku rasakan saat ini?" tanyaku lagi

"Yah.. Bisa dibilang itu iya bisa dibilang tidak. Karena tidak semua orang bisa mama mengerti perasaan mereka" jawab mama

"Oh begitu ya" jawab ku dengan suara pelan

Tak lama, kami sampai di depan rumah sakit. Hati ku berdebar sangat cepat. Badanku bergemetar. Aku sudah berusaha untuk tenang, tapi tak bisa. Mama yang berada di sebelahku langsung memegang tangan kananku. Mama menoleh ke arah ku dan tersenyum manis. Senyuman mama membuat ku lebih tenang. Mama seperti mengucapkan mantranya supaya aku bisa lebih tenang. Lalu kami pun masuk ke rumah sakit. Mama mendaftarkan ku kepada teman mama alias dokter teman mama. Nama dokter nya adalah dr. Medika. Dr. Medika sangat baik padaku. Aku mengenalnya sejak kecil. Kalau tidak salah saat aku berusia 3 tahun. Dia selalu memberiku support dan nasihat untuk kesembuhanku. Aku seperti memiliki 2 ibu yang sangat perhatian denganku.

Yah, tepat aku mulai memasuki ruangannya, dr. Medika tersenyum kepadaku dan mengucapkan "halo lucy~""selamat pagi" dengan wajah cerianya. Dr. Medika tidak berubah sama sekali, dia selalu tersenyum dan menyapaku saat hendak memasuki ruangannya.

TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang