Aku tidak tahu. Entah dari mana datangnya perasaan itu, tapi yang pasti aku selalu merasa senang jika mereka membicarakan tentangmu. Senang ketika kita tak sengaja bertemu saat jam pulang. Atau tak sengaja papasan saat di koridor. Pada waktu itu, rasanya hari-hariku berubah. Hari-hari yang dulunya hanya terisi oleh hitam, putih dan abu-abu, perlahan terpadu oleh warna-warni rasa.
Aku yang dulu bertekad untuk tidak jatuh cinta lagi, entah bagaimana bisa, perlahan pendirian itu mulai goyah. Aku tidak pernah menginginkan diriku untuk jatuh cinta. Rasa itu hadir sendiri. Mendobrak tabir yang sudah kubangun susah payah.
Sekuat apa pun aku berusaha menghindar, rasa itu selalu tahu tempatnya berlabuh. Namun, harus kuakui, hari-hari yang kujalani dengan perasaan itu adalah hari-hari yang berbeda.
Hari-hari yang lebih berwarna, dan penuh sukacita. Setidaknya, begitulah yang bisa kusimpulkan. Kamu selalu memenuhi pikiran. Entah itu siang, sore atau malam.
Dan aku tidak pernah bisa mengerti, rasa apa yang bisa membuat aku merasa ingin selalu dekat dengan kamu. Yang aku tahu, rasa itu indah, hanya itu.
Satu hari di hari-hari berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Hari di Bulan Mei
Short StoryTeruntuk kamu yang kurindukan kehadirannya. Setelah kepergianmu, malamku menjadi sunyi. Pagiku menjadi sepi. Hatiku berkabut. Kosong. Hari-hari yang dulunya berwarna kini gelap. Duniaku yang semula terang, kini pekat. Kamu pergi. Tanpa sepatah kata...