Aku adalah orang yang penutup. Tidak mudah membicarakan hal-hal pribadi pada teman atau sekitar. Bahkan pada keluargaku pun aku tertutup. Aku hanya merasa, jika itu semua bisa kupendam sendiri, untuk apa membaginya ke orang lain. Sama seperti apa yang kurasa saat itu. Perasaan tak masuk akal, yang membuatku imgin selalu bertemu kamu. Itu semua kupendam sendiri.
Kamu mungkin tidak merasakannya, tidak merasakan apa yang kurasa semenjak pertemuan pertama kita. Sebuah rasa yang membuatku ingin selalu melihat senyummu, tawamu dan semua tentangmu. Rasa yang membuat malam-malamku yang sunyi menjadi penuh rindu.
Bahkan, aku yang dulu tidak semangat menyambut pagi, setelah bertemu kamu, pagi menjadi sesuatu yang kurindu. Karena pagiku lebih memiliki warna.
Jujur, sebenarnya aku masih sering bertanya-tanya. Apakah rasa ini salah? Satu sisi dalam diriku mengatakan, jangan biarkan rasa itu semakin tumbuh. Jangan biarkan dirimu terbuai pada perasaan tidak masuk akal yang nantinya hanya akan membuatmu lupa akan kenyataan.
Namun, sesuatu dalam hatiku menyergah. Hatiku tidak setuju dengan pemikiran itu. Apa salahnya memendam rasa? Bukankah jatuh cinta itu fitrah? Dia meyakinkanku, tak apa, jatuh cintalah. Dan aku merenungkan itu. Terlepas dari benar atau salah, yamg kutahu, rasa itu indah.
Satu hari di rasa yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Hari di Bulan Mei
Cerita PendekTeruntuk kamu yang kurindukan kehadirannya. Setelah kepergianmu, malamku menjadi sunyi. Pagiku menjadi sepi. Hatiku berkabut. Kosong. Hari-hari yang dulunya berwarna kini gelap. Duniaku yang semula terang, kini pekat. Kamu pergi. Tanpa sepatah kata...