Part 3

203 61 16
                                    

Jangan terlalu larut dengan kebencian.  Kalau pada akhirnya itu yang  membuatmu merasakan kehancuran

***

"Benerkan apa katua gue. Kasih itu memang pembawa sial. Kalau dulu kalian pilih gue, pasti tidak akan terjadi seperti ini."

Aras sedari tadi bolak balik keluar kelas dan mengumpat tidak karuan karena Kasih belum datang juga, padahal presentasi dikelasnya 15 menit lagi akan dimulai. File yang akan dibuat presentasi dibawa oleh Kasih selaku presentator kelas.

" Kenapa sih, lo dari tadi gak bisa diam. ngumpat terus kerjaanya, gak jelas tau gak." ucap Bulan dengan entengnya sambil menyangga kepalanya diatas meja. Melihat kelakuan Aras seperti anak kecil membuat Bulan berencana mengikatnya dibawah tiang bendera dan menyumpal mulutnya dengan kaos kaki si Jono. Ya si Jono notabenya cowok ter jorok di kelas. Rambut saja jarang di kramas apalagi kaos kakinya sudah dipastikan pasti bau. Makanya Bulan berniat menyumpal mulut Aras dengan kaos kakinya supaya diam itu mulut.  

"Ini gara gara temen pembawa sial lo itu tau gak, udah jam segini belum dateng."

"Tunggu aja kali, bentar lagi juga nyampe. Dan asal lo tau ya Kasih itu bukan pembawa sial." Bulan lama lama mulai jengan dengan Aras.  Jika Kesabaran Bulan sudah habis bisa dipastikan rencananya tadi bakal dilaksanakan. (Sayang Atuh cogan digituin)

"Whatever, gue males debat sama lo. Gak mood gue lagian."

Aras berjalan ke luar kelas, berharap ada sesuatu yang bisa mengembalikan moodnya hari ini, lagian debat sama Bulan itu gak ada habis habisnya. Pasti ujung ujungnya Aras yang kalah.

Bruk......

Belum juga sampai pintu, Tiba tiba Aras jatuh. Tanpa ia sadari ternyata ia tersandung kaki meja.

Sedetik kemudian gelak tawa dari semua siswa mulai pecah di kelas yang tadinya cuma diisi dengan umpatan gak jelas Aras, sekarang, sudah seperti sedang menonton stand up comedy.

" Makanya jalan itu pake mata bukan pake dengkul" Bulan tertawa sambil memegangi perutnya yang sakit akibat terlalu banyak ketawa.

"Sialan lo Lan. Untung lo cewek kalau cowok udah habis lo."

Bersusah payah Aras berdiri karena kakinya masih sedikit sakit. Aras berbalik berjalan menuju mejanya,  yang berada dibelakang meja Bulan, tentunya meja kasih juga dong karena Bulan satu meja dengan Kasih. Mengurungkan niatnya untuk mencari sesuatu agar mengembalikan moodnya karena kakinya sakit mungkin habis kepentok meja.  (Aduh Aras makanya jangan ghibahin orang kena azab kan)

(diam lu thor)

"Kalau cewek emang kenapa? Lagian kenapa sih lo masih benci sama Kasih? Bukannya lo itu nge..."

Belum selesai Bulan ngomong, mulutnya sudah dibekap oleh Aras. Aras memajukan wajahnya, dan membisikkan sesuatu di telinga Bulan. Dan sontak wajah Bulan berubah seketika. Yang awalnya gembira sekarang berubah menjadi ketakutan.

Kepo ya?? Tunggu cerita selanjutnya. Sorry kalau ada typo😂😂

Te détesteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang