Jangan baper sama kebaikannya, mungkin itu sifat aslinya.
***Ternyata Damian membawa Kasih ke gerbang belakang sekolah, yang sering dibuat untuk kabur. Kasih dibuat bingung olehnya. Akankah Damian menyuruhnya untuk memanjat gerbang yang tinggi ini?
Ini gila. Gak mungkin aku bisa manjat gerbang yang tinggi ini. Aku kan pakai rok. Lagian aku manjat gerbang yang tingginya 1,5 m aja gak bisa, apalagi ini tinggi banget. Batin Kasih.
"Tenang aja, gak usah khawatir gue gak mungkin nyuruh lo buat manjat gerbang ini kog."
Kasih kaget dan menoleh ke arah Damian, seolah dia tahu apa yang ada di dalam pikiran Kasih saat itu.
" Terus gimana cara masuknya."
Damian merogoh saku celananya dan memperlihatkan benda pipih berwarna silver itu pada Kasih.
Damian maju ke arah gerbang dan mulai membuka gembok yang mengunci gerbang itu."Ayo masuk! Masih mau berdiri disitu?"
***
Suara langkah kaki mulai terdengar di kelas 11 Ipa 1. Anak anak yang awalnya berisik, sekarang berubah menjadi diam seketika. Suara langkah kaki itu semakin dekat dengan kelasnya. Anak anak mulai menebak nebak hukuman apakah yang akan diterimanya hari ini. Berbeda dengan Aras yang sedari tadi gelisah sambil berulang kali melihat jam tangan miliknya.
Sial sebentar lagi Pak Handoko sampai kelas. Manasih tuh anak belum dateng juga. Batin Aras. Aras mendesah pasrah ketika suara langkah kaki itu memasuki kelasnya. Otaknya sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Aras mulai menghitung mundur dari angka 5 dengan jarinya.
"5...4...3....2......"
Segini dulu cerita aku ya. Jangan lupa votmen. And sorry for typo.😂 Mau lanjut gak ceritanya? Kalau mau lanjut comen ya biar aku bisa pertimbangin mau lanjut apa gak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Te déteste
Teen FictionCredit Cover by Bellaraa_ "Alasan aku membencinya? Hmm karena apa ya? Mungkin karena aku ada rasa" "serius lo? " "Iya rasa pengin muntah maksutku" Tak pernah terfikirkan oleh Kashi kalau ia akan satu kelas lagi dengan Aras. Cowok yang selalu memb...