Jika rasa tak bisa diungkapkan dengan suara, ungkapkanlah dengan untaian kata. Jika untaian kata masih tak bisa, mintalah kepada tuhan agar menyampaikan rasamu padanya.
****Bel telah berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba. Tapi Kashi belum kunjung kembali ke kelas. Di kelas Damian dan Bulan gelisah mengapa daritadi Kashi tidak balik balik.
"Lan lo cek ke kamar mandi cewek deh. Masak Kashi ke kamar mandi gak balik balik. "
"Aduh Damian ku sayang, sebenarnya aku pengin cari Kashi tapi lo tahu kan kalo gue gak boleh telat makan. Gue Laperr"
" Ya udah sana ke kantin, gue mau cari Kashi dulu. "
Damian keluar kelas meninggalkan Bulan termangu di dalam. Tak ambil pusing soal bentakan Damian tadi, mending ia isi perutnya. Bulan ngacir sendirian di kantin.
Damian tak tahu ia harus cari kemana, istirahat cuma 30 menit saja jika ia harus keliling sekolah yang besar ini tidak mungkin. Tiba tiba ia berpikir kalau ia mencarinya ke tempat yang tenang, selain perpustakaan, karena Kashi kalau sudah seperti ini biasanya dia akan menyendiri dan hilang kabar.
Damian melangkah menuju Rooftop, satu satunya tempat yang menurutnya bisa nenangin pikiran.
Di atas sana Kashi sedang duduk seperti Aras tadi di sofa dan menengadah ke angkasa bedanya Aras diam dan Kashi menangis. Tapi tangisannya tak meninbulkan suara, sehingga Damian yang ada di belakangnya tidak tahu kalau dirinya sedang menangis. Damian melangkah mendekati Kashi, menepuk punggungnya, sehingga sang empu menoleh ke belakang.
Mata Kashi membulat sempurna, aduh ngapain Damian ada di sini saat aku lagi kacau kacaunya sih. Malu kan jadinya. Batin Kashi. Ia buru buru menghapus buliran air matanya.
"Da... Damian kamu ngapain ke sini" Tanya Kashi sambil memalingkan wajahnya untuk menghindari kontak mata dengan Damian. Damian sendiri malah beranjak duduk disampingnya."Justru gue yang tanya, ngapain lo disini nangis pula"
"Eng.. Engak kok siapa juga yang nangis, ini itu aku kelilipan kan disini banyak debu, terus anginnya kan daritadi semilir, makanya tuh debu masuk ke mata aku. " Bohong Kashi.
Damian hanya terkekeh pelan, menangkup wajah Kashi agar menghadap kearahnya.
"Kalau diajak omong itu lihat ke orangnya, gak sopan. "
Kashi terpana dengan raut wajah Damian yang terlihat begitu dekat, membuat Jantungnya menjadi berdetak tidak karuan.
Nih jantung kenapa konser dadakan sih, gak tau apa jarak aku lagi deket sama dia.
Damian menatap lekat wajah Kashi, yang menurutnya tambah cantik jika dilihat se dekat ini.
Kashi gugup dan melepaskan tangan Damian dari pipinya. Ia salting wajahnya memerah bak tomat. Damian tersenyum kecil melihat perubahan raut wajah Kashi yang menurtunya menggemaskan jika salah tingkah.
Damian menggenggam tangan Kashi dan mengajak Kashi beranjak dari tempat itu. Kashi yang mendapat perlakuan itu hanya diam dan mengikutinya. Tidak tahu saja daritadi Kashi berusaha menyembunyikan senyumannya dari Damian.
****
Di kantin Bulan sedang makan sepiring nasi goreng dengan es teh yang tinggal setengah gelas itu sendirian. Padahal kantin sedang ramai, tapi tak seorangpun mau duduk sama Bulan. Mungkin karena Bulan terkenal ketus dan galak. Saat sedang asyik asyiknya makan dari belakan ada yang mengagetinya."Dooor.."
Bulan kaget dan tersedak nasi gorengnya.
"uhuk uhuk.... " orang yang mengagetinya langsung merasa bersalah dan menepuk nepuk tengkuk Bulan agar mengeluarkan makanan yang keluar dari jalur yang sebenarnya.
"Nihh minum" orang itu langsung meminumkan teh yang tinggal setengah itu ke mulut Bulan. Setelah dirasa sudah sembuh dari acara tersedaknya, Bulan langsung mencak mencak ke orang yang mengagetinya tadi.
"He Bimoli... Lo gila apa? Lo mau buat gue mati gara gara tersedak apa?"
"santai dong lan. Kan niatnya gue mau nemenin lo yang sendirian aja, kaya jomblo jamuran. Harusnya lo makasih dong gue mau nemenin lo, secara Bimo kan artis SMA ini yang banyak digandrungi kaum hawa. "
"Pede lo udah tingkat dewa ya.. Lagian mending gue makan sendiri daripda ditemenin sama lo Bimoli. Harusnya lo yang minta maaf karena udah buat gue tersedak bukannya bilang makasih atas kehadiran lo. Udah sana pergi. Noh daritadi mantan lo lihatin kita, kaya mau mangsa gue aja. " Tunjuk Bulan sambil mendorong Bimo ke arah meja pojok kantin itu, tempat dimana mantan Bimo berada.
"Ogah gue nyamperin tuh Keysa. Mending gue nemenin ayang Bulan disini. Lagian tenang aja selama ada aa Bimo disini gak ada yang berani gangguin ayang Bulan. "
Goda Bimo, yang membuat Bulan risih.
"Iyuh banget lo jadi cowok. Mending gue pergi aja gak mood makan, gara gara ada lo" Bulan pergi meninggalkan Bimo di kantin sendirian.
"Yaah kog gue ditinggal sih, ayang Bulan tungguin pangeranmu" Bimo lari mengejar Bulan yang jaraknya sudah jauh darinya.
***
Di taman belakang sekolah Aras berada, duduk sendirian di kursi besi bercat putih. Memejamkan matanya, kedua telingaya disumpal headshet sehingga kebisingan di sekelilingnya tidak ia dengar.
Dering ponsel membuat Aras melepas benda yang menyumpal di kedua telingaya.
"Hallo pah ada apa"
"........"
"Emang ada apa pah? "
".........."
"Iya nanti Aras langsung pulang. Udah dulu ya, ini udah bel masuk. "
Aras mematikan sambungan telponnya, ia bergegas ke kelas, karena bel masuk sudah berbunyi.
Gimana kurang seru debatnya antara Bulan dan Bimo? Atau adengannya kurang romantis antara Kashi dan Damian? Atau malah kepo tentang Kisah Aras selanjutnya? Stay terus ya, jangan lupa Vote dan Koment.
Maaf ya kalau ada Typo, maklum belum direvisi.
Salam Rindu dari Author ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Te déteste
Teen FictionCredit Cover by Bellaraa_ "Alasan aku membencinya? Hmm karena apa ya? Mungkin karena aku ada rasa" "serius lo? " "Iya rasa pengin muntah maksutku" Tak pernah terfikirkan oleh Kashi kalau ia akan satu kelas lagi dengan Aras. Cowok yang selalu memb...